7

149 11 1
                                    

Disinilah sekarang Rania berada. Dikafe favoritnya. Tapi tidak dengan orang favoritnya saat ini. Aidan mengajak Rania untuk makan, karena sedari pagi memang Rania belum makan apapun.

"Mau pesen apa?" Tanya Aidan dengan nada lembut.

"Nasi ayam kecap aja deh," jawab Rania seadanya.

Pasalnya Rania masih memikirkan siapa Andira yang Abi maksud. Dan kenapa Abi tiba-tiba berubah menjadi cuek dengannya. Perasaan Rania tak enak jika memikirkan hal itu. Bahkan hal buruk yang Rania pikirkan adalah Abi yang memang hanya menganggapnya sahabat masa kecilnya itu.

"Minumnya?"

"Es teh manis,"

Setelah menjawab pertanyaan Aidan, ia langsung pergi ke toilet. Entah apa yang ingin ia lakukan, hanya saja saat ini Rania sangat muak dengan sahabat yang ada didepannya sekarang. Rania merasa bahwa renggangnya hubungan ia dengan Abi disebabkan oleh Aidan. 

Baru saja Rania keluar dari toilet, ia melihat pandangan yang sangat asing dimatanya.

Ia melihat Abidzar disana. Abidzar yang ia sayangi sedang tersenyum, bahkan tertawa. Dan sesekali tangannya mengusap pipi lawan bicaranya. Dada Rania sesak. Hingga pada akhirnya air matanya pun menetes. Membasahi pipinya, mengeluarkan semua emosinya. Dan tiba-tiba saja Abi yang ia cintai beranjak pergi, tak lupa Abi juga merangkul wanita yang sedang bersamanya. Mereka terlihat sangat serasi?

Rania mengurungkan niatnya untuk kembali duduk berhadapan dengan Aidan.

Rania lebih memilih untuk mengikuti kemana perginya Abi. Entah mengapa walaupun itu terlihat menyakitkan, Rania tetap ingin melihat apa yang mereka lalui saat itu.

Rania menangis lagi. Bahkan tangisannya sangat terlihat menyedihkan sampai-sampai ada beberapa pelayan di Kafe itu untuk menanyakan keadan Rania dan menanyakan apa yang sudah terjadi pada Rania.

"Ran? Lo kenapa?" Tanya Aidan yang tiba-tiba sudah berada dibelakang Rania dengan wajah gelisah, bahkan sangat gelisah.

Rania tak menjawab. Rania diam, dia membeku, dia bungkam dan hanya tangisannya lah yang bisa ia berikan.

"Kita pulang,"

*

Kenapa Rania belum bales chat gue sih?  Gumam Abi.

Disinilah Abi sekarang berada. Dikamar dengan nuansa biru laut. Ya--warna kesukaannya dan juga Rania. Mereka sama-sama menyukai warna itu.

Abi memutuskan untuk pergi kerumah Rania. Ia tak memperdulikan jam berapa dan semalam apa sekarang. Ya, sekarang jam 10 malam. Abi mengambil jaket dan kunci motor kesayangannya dan langsung bergegas pergi menjauhi rumah. 

Setelah 10 menit kemudian, ia telah sampai didepan rumah Rania.

Entah kenapa perasaann yang tadinya gelisah menjadi tak enak. 

"Loh Bang Abi? Ngapain malem-malem kesini? Non Ranianya juga sudah tidur kayaknya. Tadi pas pulang sekolah Non Rania nangis, Bang. Sampe ikutan sedih juga Bapak. Huh. Sedih Bang kalo diinget," kata Pak Ujang-penjaga rumah Rania.

"Nangis Pak? Kenapa? Dia pulang sama siapa tadi? Bapak gak bercanda kan ini? Rania luka-luka gak? Trus kenapa Bapak gak hubingi saya tadi?" Tanya Abidzar panjang kali lebar.

"Kalo nanya satu-satu dong! tadi sih dia pulang sama Den Ai--siapa ya tadi? Bapak lupa, hehe." kata Pak Ujang cengengesan.

"Yaudah kalo gitu, besok pai saya kesini deh. Besok kalo Rania mau berangkat sekolah jegat ya Pak! Bilangin Babang Abi yang tampan ini akan menjemput Neng Rania gitu," perintah Abi pada Pak Ujang yang dijawab dengan gelengan dari Pak Ujang.

"Haduh anak jaman sekarang lebay."

"Hehehe, jangan lupa lho Pak! Nanti saya traktir mie ayam Bu Romlah 2 porsi!"

*

Aidan : berangkat sekolah sama gue. ga terima penolakan.

Rania mendesah pelan saat membaca pesan yang muncul dihandphonenya. Hanya saja ia berharap Abi-lah yang mengirim pesan itu. Ah! Tidak. Bahkan hati Rania masih hancur jika mengingat apa yang dilihat Rania kemarin. Padahal, baru beberapa hari lalu Abi membuatnya terbang tinggi saat Abi merayakan Anniversary pertemanan mereka.

Rania telah beres melakukan persiapan dan sekarang ia sedang berjalan menuju gerbang, tapi baru saja ingin membuka gerbang rumahnya, tiba-tiba saja Rania tersentak karena Pak Ujang menahannya.

"Neng, semalem Babang Abi kesini sekitar jam 10-an lah. Trus bapak bilang aja kalo neng udah tidur. Nah trus dia nitip pesen, katanya pagi ini neng berangkat sekolahnya sama Bang Abi gitu," kata Pak Ujang menjelaskan.

"Ah engga Pak." Jawab Rania ketus.

Baru saja Rania melangkahkan kakinya keluar gerbang, Abi datang.

Dengan wajah tak berdosanya, ia memeluk Rania.

Dan mengatakan,

"Ran? Kangen."


STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang