4

102 8 1
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.

Tatapan Aliterarah pada satu titik yaitu sebuah benda persegi yang tergantung didinding kamarnya. Lelaki itu menunduk. Semuanya menyalahkannya tanpa mau memahami perasaannya. Ali tau, takkan ada yang memahaminya karena tak ada yang tau apa yang sedang ia alami saat ini.

Pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Gue harap lo berhenti nyakitin prilly lagi! Apalagi nyakitin perasaan lo sendiri. Gue udah berulang-ulang ngasih saran ke lo tapi lo tetap gak peduli" ucap seorang gadis

" lo gak tau apa yang gue rasain" 

" gue tau semuanya, gue tau dan gue paham apa yang lo rasain" ucap gadis itu lagi.

" lo berhak bahagia! Gue gak mau lihat lo kayak gini lagi"

" buat apa kalau hanya untuk sementara?"

" gak ada yang tau bagaimana takdir hidup kita kedepannya Li. Lo harus bisa ngelawan takdir itu"

" gue gak bisa" ucap Ali. Pria itu menenggelamkan kepalanya dikedua lututnya

" jangan paksa gue"  lanjut Ali lagi.

Gadis itu menatap Ali nanar. Ia membantu Ali berdiri dan memeluk Ali dengan erat.

" gue cuma pengen lo rasain kebahagiaan Li, kalopun nanti memang semua akan berakhir setidaknya lo bisa ngerasain kebahagiaan itu walau hanya sedikit. Gue juga gak mau terus-terusan ngerasa bersalah" ucap gadis itu.

Ali melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata itu. " gue mohon bantu gue! Gue gak ada pilihan lain selain ini. Dan hanya lo satu-satunya orang yang bisa bantu gue" ucap Ali sambil menatap gadis itu penuh harap.

Gadis itu pun mengangguk membuat Ali tersenyum.

***

Prilly memandang langit-langit kamarnya. Sudah setahun dia berusaha membuat Ali jatuh cinta padanya tapi ia belum berhasil. Bahkan tidak ada yang berubah dari Ali. Sepertinya pria itu benar-benar membencinya.

" aku percaya gak ada yang namanya kebetulan. aku yakin Ali pasti berubah, Ali pasti cinta sama aku"

Gadis itu meringis saat merasakan nyeri hebat diperutnya. prilly meringkukkan badannya berusaha menahan nyeri tersebut.

" apa maag ku kambuh" gumam prilly. Tidak, ini rasanya tidak seperti biasa saat maagnya kambuh.

" awwww sakit" prilly meringis, air matanya membasahi pipinya. Wajahnya pun semakin pucat.

"Awwssss" prilly terisak saat nyeri diperutnya semakin menjadi.

Gadis itu berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar keluar, ia tidak mau Ayah dan Bundanya mendengar. Prilly akan memastikan sendiri. Beberapa hari ini gadis itu memang merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya.

***
Prilly mengerjapkan matanya. Gadis itu melirik jam yang ada diatas nakasnya.

" huh, gue ketiduran lama banget. Udah jam 7 malam aja" gumam prilly.

Gadis itu bangun dari tidurnya saat dia rasa nyeri diperutnya sudah menghilang.

Prilly mengambil iphonenya di meja belajarnya lalu mencari kontak bertuliskan " Kak Reza"

Prilly pun menelpon reza . Gadis itu menjentikkan jarinya di meja sambil menunggu seseorang yang dihubungi menjawab telponnya.

"Hallo, malam kak" sapa prilly saat reza menjawab telponnya

Sincerity of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang