“Jess? Apa tidak kedinginan? Kau hanya memakai piyama” Vordes mengayun lengan ku yang sedang berjalan gontai.Bahkan kulit ku tidak lagi merasakan dinginnya angin malam jam sepuluh ini. terbakar dengan emosi panas dalam hati yang terpendam tanpa bisa berontak. Hanya memutar di dalam karena aku tidak tahu bagaiman cara mengungkapkannya. Mungkin aku yang bodoh akan hal ini, bukan?
“hah? Ah, Vordes?” jawab ku linglung dari lamunan sesaat.
“kenapa? Kau terlihat tidak bersemangat. Apa happy virus mu dimakan oleh cacing yang ada di tubuh mu?” canda Vordes menyenggol siku ku.Aku memilih diam, tidak tahu harus menjawab apa. Tebalnya skripsi pun akan kalah dengan penjabaran ku jika aku ceritakan masalahnya.
“hey, tidak baik perempuan keluar malam sendiri seperti ini. lihat! Kau seperti anak bebek yang kehilangan induknya. Apa kau baik-baik saja?” kali ini, Vordes lebih serius.
Aku tersenyum singkat, dengan masih berjalan pelan. Dia pun mengikuti.
“bagaimana dengan mu?” aku berbalik bertanya menatapnya singkat lalu fokus kembali dengan jalan lurus di depan.“ah, aku baru saja membeli sesuatu!” jawabnya cekatan denagn menunjukkan kantong plastik yang diangkat hingga ke depan wajah ku.
Satu kali anggukan dari ku, ia mengerti dan menurunkan kantong plastiknya. Tetap mengikuti ku berjalan pelan di sampingku.“hm, apa karena Yeolrapp? Soalnya aku tadi melihat kau dengannya saat aku lewat membeli ini” Vordes bertanya dengan menggoyangkan kantong plastiknya di akhir kata.
Aku menunduk, menghirup oksigen sebisa yang aku bisa.“bukankah itu sudah sering terjadi? Kau bahkan tahu semua tentangnya. Kau sangat mengnalinya bukan, jika dia adalah seorang playboy?” Vordes menatap wajah sampingku yang menunduk.
“lagi pula, ini kan sudah yang kesekian kalinya. Bukannya kau sudah kebal dengan itu?”
Ya, Vordes benar. Yeolrapp memang sudah sering gonta-ganti pacar. Dan ini bukanlah hal menyakitkan yang pertama bagiku. Ini sudah terlalu sering. Tapi rasanya masih tetap sama –sakit.“aku sudah tahu dari dulu jika kau menyukainya. Tapi sayangnya, dia tidak meyadarinya. Hah, bodoh. Sudah, jangan terlalu memaksakan diri, itu semakin membuat mu terluka” Vordes menepuk pundak ku, sedikit memberi kekuatan.
Yang Vordes katakan memang benar. Siapa yang bodoh? Yeolrapp yang tidak tahu akan perasaan ku, atau aku yang tetap mencintainya sedang dia tidak pernah tau?Aku senang saat dia putus dengan pacarnya tapi sedih jika dia mendapat pacar baru. Apa sahabat tidak bisa jadi pacar? Kenapa? Tolong, berikanlah lebih banyak cinta pada sahabat mu sendiri. Dan hal yang kau butuhkan saat sedih akan hal itu adalah sebuah pelukan atau tepukan hangat di pundak mu. Itu memberikan mu kekuatan saat hati sudah tak terbentuk lagi.
...“hei, berikan aku sesuatu karena kau punya kekasih baru. Ya ya ya?” rayu ku sambil bertopang dagu di depan Yeolrapp.
“bukankah sudah terlalu banyak hadiah yang ku berikan padamu?” jawabnya menaikkan sebelah alis.
“hm, itu karena kau sering gonta-ganti kekasih. Wahh aku rasa sudah tak terhitung lagi banyaknya mantan mu, Yeol. Benar-benar playboy yang ulung” aku berdecak lalu menyesap Cappucino.“hentikan. Aku bukan playboy. Mereka saja yang mendekati ku. aku tidak mungkin tebar pesona dengan perempuan-perumpuan itu” jawabnya dengan gaya keren yang di buat-buat.
“kau terlalu percaya diri” jawabku ketus. “huh, aku jadi ingin merasakan kencan” canda ku mengalihkan padangan ke jendela cafe, terlihat beberapa pasangan kekasih yang lewat.“bukankah sekarang kita sedang berkencan?” tanyanya menaikkan senyum
Aku menaikkan alis sejenak. Memangnya sahabatan juga melakukan kencan? Mungkin orang yang di cafe ini juga menganggap aku dan Yeolrapp sedang kencan, bahkan kita sudah sering minum disini. Duduk berhadapan lalu saling bercandaan, tidak ada obrolan serius. Hanya mebahas ini dan itu.