1

5K 164 10
                                    

Semenjak ayahku tiada
hari hari kami seakan suram.
Tanpa warna,tiada canda tawa
Bagi kami ayah adalah rembulan.
Sinar dalam kegelapan,ia menuntun kami menuju kecerahan islam.
Ia menuntun kami merasakan nikmat iman.
Bahkan sebenarnya ia bukan ayah kandung ku namun ia ayah tiriku.Ia menikah dengan Bunda ku ketika aku berusia 15 tahun.
Seperti anak pada umum nya aku tidak menerimanya.
Aku merasa Bunda ku akan mengacuhkanku.
Namun aku salah setelah Bunda menikah dengan ayah,Bunda semakin semangat membimbingku.
Begitu pun ayah walau ia bukan ayah kandungku namun sangat menyayangi diriku.
Aku beranjak dengan malas dari tempat tidur mengingat mata ku yang lebam karena menangis semalam.
Sekarang cuti yang ku ambil telah habis,memang semenjak ayah sakit seminggu sebelum meninggal aku telah mengambil cuti.aku kasihan jika melihat Bunda mengurus ayah dan pekerjaan rumah sendiri.
Bunda telah membangunkanku dari tadi tapi aku baru bangun.
Aku malas melakukan aktivitas apapun semenjak ayah pergi.
Ku rasa aku tidak memiliki motivasi untuk Hijrah sekarang.
Hanya butuh 10 menit aku mandi lalu berhias.
Awalnya aku merasa risih dengan pakaian semacam ini jubah,longgar dan sangat tertutup tapi karena dorongan dari ayahku aku sadar aku harus memakainya. Karena itu kewajiban ku sebagai muslim untuk menutup aurat.

"Sesungguhnya bukan Syariat yang ku jaga,tapi syariat yang menjagaku"

Aku turun menemui Bunda yang masih berkutat dengan pengorengannya.
"Assalamualaikum pagi Bunda"
Kataku sambil memeluk Bunda

"Waalaikum salam Cantik,sana cepat makan nanti adik terlambat"

"Iya,Bun Siap"

Seusai sarapan aku berangkat kuliah dengan motor kesayanganku,walau aku juga dibelikan mobil oleh ayahku.
Kata ayah takut aku kepanasan.
Padahal karena kepanasan aku akan lebih bersyukur karena dapat merasakan panas matahari yang dirasakan banyak orang disekitarku.
Aku hanya memakainya jika sangat diperlukan.
Hampir aku lupa keluarga ku ini sangat kecukupan.
Ayahku seorang dokter dan Bundaku ahli gizi.
Jadi jangan heran bila makanan ku selalu diatur,bahkan ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar sampai SMA ibu selalu membawakanku bekal.
Awalnya aku sangat malu, teman temanku selalu berkata,bahwa aku ketinggalan jaman.
Tapi aku sadar itu demi kebaikan ku sendiri jadi aku tidak pernah mengeluh pada Bunda.



Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang