Awal Bekerja

250 39 12
                                    

Light In The Dark

Chapter 2
.
.
"Kau sedang menghitung apa?" Jieun tersenyum kecil ketika Minseok datang menghampirinya, namja tersebut mengambil alih buku yang sedari tadi di coret-coret oleh Jieun. Membacanya perlahan kemudian menutup buku itu kembali.

"Keuntungan caffe selama dua bulan ini turun Min, jika kita terus seperti ini maka -"

"Sssstttt " Minseok menaruh telunjuknya di bibir Jieun, mengisyaratkan sang kekasih untuk diam.

"Kau tak perlu khawatir, hal ini biar aku yang pikirkan. Kau ada disini dan mau membantuku setiap hari aku sudah sangat bersyukur" jawab Minseok, dibawanya tubuh Jieun ke dalam pelukan hangatnya.

Minseok dan Jieun adalah sepasang yatim piatu. Kedua orang tua mereka dahulu bersahabat baik dan itu membuat Jieun Maupun Minseok dekat sejak kecil. Hanya saja dunia tak seindah lukisan diatas canvas. Kedua orang tua mereka dinyatakan tewas ketika pesawat yang mereka tumpangi jatuh.

Sejak hari itu keduanya tak pernah terpisahkan, Minseok yang selalu berada di Depan Jieun untuk melindungi wanita tersebut, sementara Jieun selalu berada di samping Minseok. Gadis itu yang selalu berada di sisi Minseok bahkan pada saat moment terburuk sekalipun. Mereka berdua bagai sudah di takdirkan untuk bersama dan saling melengkapi.

Ketika lulus sekolah Minseok memilih membuka sebuah Cafe, dirinya yang sangat menggilai kopi membuat hatinya tergerak untuk membuat tempat dimana masyarakat bisa menikmati minuman tersebut kapanpun.

Dengan bermodalkan uang peninggalan sang orang tua Minseok perlahan mulai menapaki diri sebagai seorang enterpreneur. Sementara Jieun yang bertugas sebagai penasihat pribadi Minseok ia yang mengatur keuangan dan segala hal tentang cafe dengan dasar pengetahuan tentang management yang pelajari ketika kuliah dulu.

"Kita butuh tambahan modal, tapi bagaimana caranya mendapatkan uang lebih" ujar Jieun lagi.

"Bukankah aku sudah bilang, kau tenang saja semua ini biar aku yang pikirkan"

"Aku ingin berguna untukmu walau hanya satu kali" jawab Jieun lirih " Selama ini aku hanya berdiri manis di belakang meja kasir tanpa membantu apapun." lanjutnya.

"Jieun-ah dengar, hapus semua pikiranmu yang sepertimu. Ini tugasku sebagai seorang laki-laki, kau tak perlu merasa bersalah lagi pula kau sudah lebih dari membantuku selama ini " ujar Minseok meyakinkan.

"Kalau begitu bagaimana caramu menangani keuangan sekarang? "

"Hmm ituuuu " jawab Minseok bingung. Jieun jelas tau seberapa besar lembar won yang dimiliki sang kekasih, dan jawaban Minseok tadi hanya untuk membuat Jieun tenang semata.

"Minseok-ah bagaimana jika aku bekerja? "

"Apa? "

"Jangan salah paham, jika aku mulai bekerja sejak sekarang dan mulai menabung kurasa itu bisa membantu" ujar Jieun lagi dan Minseok kini menarik nafasnya dalam.

Semua yang di katakan Jieun memang benar, tapi membuat Jieun bekerja hanya demi untuk membantu keuangan Cafe itu tidaklah benar.
Minseok ingin Jieun nya bahagia, Minseok ingin Jieun tak perlu mengeluarkan keringatnya, biarlah semua Minseok yang menanggung. Namun Minseok juga tahu, jika sang kekasih bukan tipe wanita yang akan membuat Minseok bersusah payah seorang diri. Ia tipe wanita yang akan memaksa Minseok membagi bebannya dan di tanggung bersama.

"Kau marah ya? " tanya Jieun pelan karena sejak ia mengungkapkan keinginannya untuk bekerja Minseok hanya diam.

"Bagaimana mungkin aku bisa marah padamu?" ujar Minseok pelan, tangannya kini membelai pipi Jieun pelan.

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang