Part 2

257 6 1
                                    

Dia berdiri dan menoleh ke tempat dimana ia terpeleset tadi. Jantungnya berdetak kencang, badannya gemetar lagi ketika ia melihat darah berceceran di lantai lorong sekolah. Dia ingin berteriak, tapi karena saking takutnya suaranya hilang dan ia tak bisa bicara apapun. Yang bisa ia lakukan hanya lari, ia lari terbirit-birit sambil sesekali menengok ke belakang. Tak sadar ia menabrak Krisna di depannya.

"Bruakkk..!!!".

Mereka berdua jatuh tersungkur, sontak Krisna marah-marah pada Fadil, "Loe tuh kenapa sih, Dil. Lari terbirit-birit gitu, loe mau ikut lomba maraton?".

"I i i i i i t u", kata Fadil dengan gagap.

"Itu apa?. Loe nemuin penculiknya?", Fadil menggelengkan kepalanya.

"Loe ketemu korbannya?", Fadil tetap menggelengkan kepalanya.

"Oke ini terakhir, loe ketemu hantu?", Fadil masih saja menggelengkan kepalanya.

"Terus apa dong?. Sekarang tarik napas dalam-dalam. Tenangin diri loe terus ceritain ke gue apa yang sebenarnya terjadi", perintah Krisna.

"Huhhhh, gue tadi nggak ngeliat penculik ataupun setan, tapi gue tadi ngeliat darah berceceran di lantai lorong", jelas Fadil.

"Darah?", tanya heran Krisna.

"He eh. Maka dari itu tadi gue lari sampai nabrak loe gara-gara itu".

Fadil mengajak Krisna melihat ke lorong sekolah agar Fadil percaya kalau di sekolah ini ada yang aneh. Sesampainya mereka di lorong sekolah, Fadil menunjuk tempat ia jatuh tadi dan bilang, "Disini, tadi gue jatuh disini gara-gara kepeleset sama darah itu".

"Mana?. Liat deh nggak ada darah apa-apa kok disini".

"Masa' sih?".

"Coba liat. Mana ada darah?. Orang lantai bersih gini kok dibilang ada darah berceceran. Loe halu kali. Makanya jangan mikir nggak nggak, jadi takut sendiri kan!".

"Ya kali ya. Mungkin gue cuma halu, tapi gue tadi kok bisa jatuh ya, perasaan tadi gue jatuh kepeleset, tapi kepeleset apa yah?".

"Tau. Mungkin kepeleset kulit pisang kali, loe ada-ada aja. Udah ah gue balik lagi ya, ke kelas delapan. Loe terusin ke kelas sembilan!".

Fadil takut, ia tak mau melanjutkan penelusurannya, ia ingin ikut dengan Krisna, namun Krisna tak nyaman diikuti oleh Fadil. Ia pun menjalankan ide isengnya, "Dil, ada apaan tuh?".

Fadil melihat ke arah yang ditunjuk oleh Krisna sesaat Krisna hilang. Ia bersembunyi untuk menghindar Fadil. Saat Fadil kembali menengok, sudah tidak ada Krisna di depannya. Dia ketakutan sendiri, badannya mulai gemetar lagi dan ia hampir ngompol karena ditinggal Krisna. Krisna yang bersembunyi di semak-semak tertawa melihat Fadil ketakutan. Lalu Krisna membuat suara seakan-akan suara bu kunti yang menyeramkan, "Hi hi hi hi hi hi hi".

Fadil kembali lari terbirit-birit keluar sekolah. Ia pulang ke rumah menutup pintu rumahnya, mengunci rapat pintu kamarnya dan ia bersembunyi di balik selimut. Di sekolah hanya ada Krisna dan Dito sekarang, Krisna menelusuri seluruh kelas delapan, tapi dia tidak menemukan apapun. Dito juga, Dito sudah menelusuri seluruh kelas tujuh dia juga tak menemukan apapun.

Mereka akhirnya bertemu kembali di lobby sekolah, Dito mencari Fadil, "Fadil dimana, Kris?".

"Fadil pulang duluan, katanya tadi dia habis ngeliat darah berceceran di lantai lorong, tapi saat gue cek kesana nggak ada apa-apa tuh, lantainya bersih-bersih aja. Loe ngerasa itu beneran atau cuma Fadil aja yang halu sih, To?".

"Gue ya, Kris kalau belum sama sosok aslinya, gue gak akan nganggap ada hantu di sekolah ini. Udah ah ayo pulang. Tapi ngomong-ngomong loe nemuin sesuatu nggak?", tanya Dito.

Sisi Lain Cerita Anak SekolahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang