[1] Pengalaman Bersama Sepeda Bagian 1

7 0 0
                                    

Berkeliling desa dengan sepada memang menyenangkan. Apalagi kalau berboncengan bersama kakak sendiri. Memang, sejak kecil aku sangat akrab dengan kakakku, dimana-mana kami pasti selalu bersama. Misalnya saja, waktu bermain rok taron, nunggoni pupok, cublok cublok suwong dengan anak komplek kami pun selalu bersama. Begitulah kami, dulu.

Rutinitas aku dan kakakku adalah berkeliling desa menggunakan sepeda kecil bermerek subaru yang sangat populer dan keren saat itu. Konon, jika ada anak yang mempunyai sepeda ini pada jamannya, itu artinya ayahnya adalah anak konglomerat. Sungguh legenda yang keliru.

Kakakku adalah seorang yang antimainstream. Cara berkendara sepeda kami berbeda dengan orang pada biasanya. Jika biasanya orang akan membiarkan pengemudi mengambil alih penuh sepeda. Kami berbeda, posisi bersepeda kami, aku sebagai pengendali setir dan kakakku sebagai pengayuhnya. Jadi ibarat jika di kapal, aku adalah nahkodanya, lalu kakakku adalah mesin pendorongnya. Sungguh konyol.

Inovasi kami tidak berhenti disitu. Cara bergantian posisi duduk di depan ke belakang pun berbeda. Jika biasanya orang akan berhenti, jika bergantian posisi. Kami tidak. Saat berganti posisi duduk. Kami tidak menghentikan laju sepeda kami namun kami berhasil bertukar posisi dengan keadaan sepeda tetap melaju. Mirip sirkus-sirkus di roda gila.

Senanglah aku. Mengingat, ada sirkus mini yang hanya bisa kunikmati dulu, saat kecil. Sungguh kenangan kecil, yang tidak akan pernah aku lupakan.

Aku ingat, bahwa sepeda kecil yang kumiliki dulu adalah sebuah pemberian dari ayahku. Ayah yang selalu menyayangiku meskipun dia adalah seorang tua yang terkena penyakit stroke parsial. Sebuah penyakit yang ia dapat sejak kelahiranku.

Waktu itu, entah asal atau dapat dorongan angin darimana. Tiba-tiba ayahku membelikanku sepeda bekas bermerek subaru, beli dimana? Entah, aku sendiri tak tahu. Namun bisa kutebak, kalau barang itu bekas, jadi mungkin dia beli di pasar loak di Kota seberang.

Waktu itu, aku sangat senang. Pertama kalinya dalam hidupku, ayah membelikanku sebuah hadiah. Sebuah hadiah bukan karena pencapaian apapun, yang ia beri tiba-tiba tanpa alasan.

Sesuai rutinitas, aku dan kakaku bersepeda keliling desa. Tiba-tiba kakakku berkata ingin mencoba hal baru.

"Can... kita kan tiap hari udah keliling desa nih, kakak bosen... gimana kalau kita nyoba ke desa sebelah? Siapa tau di sana ada yang seru-seru" Kata kakakku

"Jangan kak, gaboleh sama ibu" Larangku

"Yaelah, enggak papa, yang penting gak ketahuan... ayo!" Kata kakaku mengajak

"Ok-e" Jawabku setuju

Memang betul intuisi kakakku. Di desa sebelah ternyata, ada jalan menurun yang tidak ada di desaku. Sebuah jalan menurun yang curam. Mungkin ini yang dimaksud kakaku sebagai hal-hal seru itu.

Suatu hari, kakaku ingin mencoba inovasi baru dengan jalan menurun itu. Dari jauh, dia mengambil ancang-ancang menaiki jalan menanjak dari bawah. Kala itu posisiku adalah sebagai pembonceng. Dari bawah, sekuat tenaga dia mengayuh sepeda. Ketika sudah diatas, tiba-tiba tanpa peringatan dia melakukan standing dengan sepeda tua itu (efek nonton film rambo).

Sungguh, tanpa diduga, tanpa sengaja. Ban depan dari sepeda subaru kami copot. Mungkin karena seped bekas. Karena sepeda terlalu kecil, atau posisi standing yang terlalu lurus. Pantatku sampai menyentuh tanah, lalu aku jatuh. Syukurlah. Namun, kakakku harus mengalami sakit karena dia jatuh ke depan dengan ban yang sudah copot.

Bukannya ditolong atau apa, malah kami ditertawai oleh orang-orang dewasa di benkel sana. Setelah melihat kaki kakakku berdarah, mereka bergegas menolongnya. Betapa ngeri, kaki kakakku sampai kemasukan krikil-krikil besar di dengkulnya. Melihatnya saja sampai ngeri aku. Sampai sekarang bekas luka habis kejadian itu masih ada.

Sejak kejadian itu, sepeda subaru itu rusak. Dan hilang entah kemana sampai sekarang. Mungkin dirongsokkan oleh ayah atau mungkin dibuang. Sebagai gantinya, ayah membelikan 'kakakku' sepeda Polygon berwarna hitam. Sungguh, nekat membawa nikmat.

Jalan Cerita - Potongan Kisah Unik Tentang Dia ( A Flash Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang