Sunshine in Seoul

125 24 10
                                    

Hello^^ this is our first story :D mohon maaf jika masih banyak kesalahan ... Hope u like this guyssss :)

***

Gadis itu berdecak berkali-kali. Sudah setengah jam dia menyusuri tiap sudut kelas, namun tak ditemukannya sesuatu yang dia cari. Sementara teman-temannya sudah ribut diluar, menyuruhnya untuk bergegas karena waktu semakin sore.

Aduh, kenapa aku bisa pikun begini? Dia bergumam sambil mengetuk dahinya berkali-kali. Pintu kelas terbuka, seorang temannya masuk dengan langkah cepat dan menggenggam bahunya.

Ini? Ditunjukkannya sebuah kotak pensil dengan beruang kecil di salah satu sudutnya. Mendadak senyum gadis itu mengembang dan kedua bola mata hitamnya berbinar-binar senang.

Terimakasiih.. Dipeluknya erat benda itu.

Haaah.. Vitha.. Vitha. Temannya sibuk bergeleng-geleng. Tadi aku mencarinya sampai ke tangga, lho. Benar kan, dugaanku – Kini dia melotot ke arah Vitha yang mengulas cengiran itu. Kamu meninggalkannya didekat cermin toilet! Apa yang kamu pikirkan, sih..?

Hehe. Lagi-lagi Vitha tersenyum manis sekali, berusaha menyogok kemarahan temannya. Akhir-akhir ini memang.. Aku sering kelupaan menaruh barang, hehe. Wajahnya yang tampak innocent membuat orang lain tak tegaan padanya.

Bukan akhir-akhir ini, tapi biasanya memang begitu, kan. Sahut temannya cuek, lantas menggandeng tangannya keluar kelas. Mereka berjalan menuruni tangga, empat sekawan yang sudah seperti tri kwek-kwek ditambah anak bawang.

Amira, Nadia, Rahma, dan si anak bawang, Vitha yang tampangnya paling imut. Begitu tiba di lantai satu yang sangat lengang, suara langkah sepatu mereka memantul-mantul menyusuri koridor sampai di lobi sekolah.

Kamu tahu? Amira menjentikkan jemarinya. Sebenarnya kotak pensilmu tadi.. Bukan aku yang menemukannya.

Yang lain menatap wajah aneh itu. Menunggunya melanjutkan.

Itu.. Kini dia membalas tatapan Vitha dengan sangat bersemangat. Waktu aku menuruni tangga, seseorang bertopi hitam menunjukkannya padaku. Dia bicara bahasa Inggris, jadi kurasa.. Dia mungkin saja – Senyumnya melebar.

– guru pendamping di kelas bahasa itu, ya? Sela Nadia tak kalah hebohnya. Amira mengangguk-angguk, kedua alis matanya terangkat naik dan bola matanya berbinar-binar ditempa cahaya sore matahari.

Iyaa!! Dia yang ada di kelas bahasa Korea itu, lho! Untuk menit-menit selanjutnya, kehebohan mengiringi langkah mereka. Aku pernah lihat! Iya, dia memang tampan dan bersinar. Rahma kemudian bercerita bagaimana dia bertemu dengan-nya di kelas bahasa kemarin.

Benar-benar seperti didalam drama..! Ahh, rasanya aku yang jadi pemeran utamanya. Sontak yang lain menyorakinya heboh.

Vitha, sebagai pendengar yang baik hanya bertanya dalam hati, cowok Korea, ya? Dia mengibaskan tangannya sendiri. Tidak penting, deh.

Ji Yoon. Ucap Amira. Semua menoleh. Bukankah itu namanya?

Vitha mengangguk samar, bergumam sendiri dalam hati. Ji Yoon? Mudah.. Bagi semi alzeimer seperti dirinya, menghafal berbagai macam nama yang sulit memang sedikit mengganggunya.

Im Ji Yoon. Sebuah suara terdengar di belakang mereka. Sontak membuat keempatnya menoleh dan menahan jeritan mereka begitu melihat siapa yang berdiri disana.

Vitha menatap orang itu, diperhatikannya rambut cokelat dibalik topi hitam dengan mata oriental yang khas itu untuk beberapa saat. Tanpa sadar nafasnya tertahan sejenak, menyadari latar di belakang sosok Ji Yoon yang memunculkan semburat jingga serta daun yang beterbangan bersama semilir angin; begitu syahdu dan membuatnya sedikit bergidik.

Uh. Dia tergagap seketika. Jadi.. Itu dia? Ludahnya tertelan tanpa sengaja.

Lalu kenapa..?

Ada sesuatu yang membuatnya menyimpan perasaan itu hingga sampai di rumah. Dia pernah masuk kelas bahasa? Aku tak pernah melihatnya, pikir Vitha. Ah, mungkin saat itu aku tidak masuk. Teringat kembali kata-kata Amira, seseorang bertopi hitam menunjukkannya padaku.

Jadi.. Kelopak matanya yang lebar terangkat. Mendadak rona merah merambati wajahnya.

Dia yang menemukannya..? Gumam Vitha. Dibukanya kotak pensil itu untuk suatu alasan yang tak jelas. Tidak mungkin, kan.. Namun dia tetap merasakan sesuatu, yang tanpa disadari berada jauh didalam dirinya.

Tapi.. Apa? Apa yang kurasakan sebenarnya..?

Tiba-tiba mulutnya membentuk huruf o, lalu berujar dengan nada ceria. Hah! Mungkin aku – Bola matanya bergerak. – Harus mengucapkan terimakasih padanya! Jadi itulah yang membuatku gelisah, pikirnya.

Tapi, aku tak bisa mengucapkannya langsung. Itu akan sangat memalukaaan! Kedua sisi tangannya bergerak menepuk-nepuk pipi. Vitha sadar, dia bukanlah seorang gadis ceria tralala yang heboh dan memiliki rasa percaya diri yang tangguh – ehm, singkatnya, dia kikuk dan innocent. Itulah kenapa dia menulis sebuah surat terimakasih malam ini – surat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Untuk Ji Yoon.

Salam kenal, namaku Vitha dari kelas sebelas IPS. Terimakasih telah menemukan kotak pensilku kemarin, aku sangat senang. Salam.

Dibacanya kembali surat itu berkali-kali. Kepalanya bergerak miring.

Sepertinya sedikit aneh. Dia berbicara sendiri. Tapi – ah, yang penting aku bisa berterimakasih padanya. Seulas senyum tampak di wajah imut bermata lebar itu untuk beberapa detik. Dilipatnya surat itu dengan hati-hati dan menyelipkannya diantara buku catatan.

Aku bisa menyerahkannya besok.

*to be continued ...

#makasih buat yang udah mau baca :) jangan lupa komentar nya yaa :) butuh kritik dan saran kalian guysss :)

>> See youuu <<

Sunshine in Seoul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang