2. Kehidupan Baru

18 1 0
                                    

Author POV

Sebulan Kemudian

Setelah mengalami berbagai masalah dengan mahkluk halus, Nana mulai membiasakan diri dengan kemampuan baru yang ia miliki sekarang.

Namun, semenjak hari itu Nana menjadi pribadi yang tertutup bahkan terhadap keluarga dan teman-temannya. Ia beranggapan daripada dianggap aneh oleh teman-teman satu kampusnya karena ia dapat melihat mahkluk yang tak bisa mereka lihat. Bahkan ia kini sudah mulai terbiasa berinteraksi dengan mereka yang biasa kita sebut Hantu.

~

Hari yang cerah, seperti biasa Nana berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda. Sebenarnya ia bisa saja pergi dengan diantar ayahnya, hanya saja ia tidak ingin merepotkan ayahnya yang akan pergi ke kantor terlebih lagi arah antara kantor dan kampus mempunyai arah yang berseberangan.

Nana POV

Dengan kecepatan penuh aku mengayuh sepedaku menuju kampus. Aku melihat jam tangan yang menempel di lengan kiriku, dan waktu menunjukkan pukul 08.55 pagi.

"Oh astaga lima menit lagi, jangan sampai terlambat". Ucapku dalam hati.

Sepanjang perjalanan banyak orang yang menatapku dengan aneh tapi aku tak peduli, yang penting aku dapat sampai ke kampus tepat waktu.
Tapi tiba-tiba...

"Ckitttt...... " suara roda sepedaku yang tergores jalanan beraspal.

Sungguh aku kaget sekali karena tiba-tiba sesosok wanita tanpa tangan, wajah pucat dan baju yang penuh dengan darah tiba-tiba berhenti di depan sepedaku yang sedang melaju. Namun, aku berpura pura berhenti dengan alasan uangku terjatuh. Hal ini aku lakukan agar wanita itu tidak mengikuti aku sampai rumah.

"Ah... Sial uangku terjatuh untung saja belum jauh". Ucapku berpura-pura tidak melihat wanita yang kini berdiri di depan sepedaku dengan wajah marah.

Namun, aku tak peduli dan terus mengayuh kembali sepedaku menembus badan wanita itu.
Ketika aku menembus badan wanita itu, ada sensasi dingin yang mampu membuat bulu kudukku berdiri dan membuat aku bergidik.

"Hufttt... Syukurlah dia tidak mengikutiku ke kampus". Bisikku pelan.

Sesampainya di kampus ternyata dosennya sedang sakit sehingga tidak dapat mengajar untuk hari ini. Aku merasa bersyukur kalau dosennya datang bisa-bisa aku harus keliling lapangan 10 kali karena terlambat masuk kelas.

"Syukurlah guru killer ga datang, dia sama menyeramkannya dengan hantu-hantu yang selalu menggangguku". Ucapku sambil bergidik ngeri.

Tak lama atmonsfer disini berubah setelah aku berbicara seperti itu. Namun aku berpura-pura santai seolah tidak merasakan apa-apa.

~

Sesampainya di rumah, aku melihat mamah dan papah sedang berbincang serius.

"Mah,pah Nana pulang !" Ucapku.

Namun, mamah dan papah sepertinya sedang membicarakan sesuatu yang serius sampai-sampai tidak mendengarkan perkataanku barusan.

Dengan malas aku menghampiri mamah dan papah di ruang keluarga.

"Sayang kamu sudah pulang, kapan kamu sampai ?" Ucap mamah.

" iya mah, barusan baru sampai" ucapku seadanya.

Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu tentang bagaimana cara menutup mata batinku ini, karena aku sudah sangat tersiksa disebabkan mata batinku yang selalu terbuka tanpa bisa ku kendalikan. Namun aku mengurungkan niatku untuk bertanya.

"Sayang ada yang ingin papah dan mamah bicarakan sama kamu". Ucap papah dengan nada serius.

"Mau bicara apa pah?". Jawabku sambil duduk disamping mamah.

"Kita sekeluarga akan pindah rumah sayang". Kata papah

"Bagaimana dengan kuliahku pah, mah ?". Ucapku agak gelisah.

"Papah dan mamah sudah mengurus semuanya sayang" ucap mamah meyakinkan.

"Baiklah kalau itu keputusan mamah dan papah, aku menurut saja". Kataku walau tidak rela meninggalkan rumah yang sudah sedari kecil aku tempati.

"Besok kita akan pindah ke rumah baru yang dekat dengan tempat kerja papah dan mamah sekarang, rumahnya lumayan besar, pemandangannya juga bagus kamu pasti betah disana". Ucap papah sambil mengacak-acak pelan rambutku".

"Iya pah, aku ke kamar dulu ya". Ucapku sambil beranjak dari kursi menuju kamarku.

Sejujurnya ada perasaan enggan untuk meninggalkan rumah ini, mungkin aku sudah terbiasa sedari kecil di rumah ini, kenangan di rumah ini tak bisa aku lupakan.

Indigo And The HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang