"I disapprove that fur ball of sunshine."
Harry sering dibuat susah dengan kelakuan adik perempuannya yang memang ajaib dari lahir. Harry yang sebenarnya banyak tingkah akan terlihat jauh lebih kalem jika disandingkan dengan Marry. Mama pernah cerita dulu waktu mengandung Marry ngindamnya mama memang sering aneh-aneh. Pernah sekali mama ngidam untuk nonton papa main lompat tali sambil mengenakan daster. Karena itu Harry tidak heran jika akhirnya yang keluar seperti Marry.
Dari banyak tingkah ajaib Marry, mungkin yang satu ini paling membuat Harry kerepotan sampai sekarang. Walaupun sebenarnya tidak terlalu aneh untuk diminta anak seumuran Marry. Kali ini Marry ingin sekali memelihara anjing setelah melihat anak anjing baru kepunyaan teman dekatnya. Jelas, Marry juga harus punya.
"Tidak boleh. Kakak kan alergi bulu," protes Harry seketika itu juga.
"Ya kakak pakai masker, dong. Masa' anak anjingnya harus digunduli?" balas Marry tidak mau kalah. Perhatiannya teralih pada mama yang lengannya sudah Marry rangkul sejak lima menit lalu. "Marry boleh pelihara anak anjing ya, Ma?"
Harry meletakkan tangannya di dada kiri. "Kamu tega sekali sama Kakak ya, Mar." Marry hanya menjulurkan lidah.
Bukan Marry namanya jika tidak mendapatkan apa yang dia mau. Jika urusannya dengan izin mama papa, anak itu akan memakai jurus 'anak baik'. Jurus ini melibatkan pekerjaan rumah yang diambil alih dengan suka rela oleh Mary plus pijatan mantap untuk papa setelah pulang kantor, belum lagi tugas-tugas sekolah yang tiba-tiba bernilai sempurna. Orang tua mana yang tidak luluh. Marry akan terus menjilat seperti itu sampai keinginannya diterima.
Harry seharusnya tidak heran jika akhir pekan berikutnya Marry menjeblak pintu depan dengan senyum sumringah, disusul papa yang membawa kandang anjing beserta isinya yang mengintip penasaran akan rumah barunya.
Anak anjing yang dipilih Marry berjenis alaskan malamute, jenis anjing yang biasanya membantu manusia untuk menarik kereta salju. Dengan campuran bulu putih dan hitam, anak anjing itu memang terlihat sangat menggemaskan. Tapi Harry juga tahu, jika anjing itu sudah dewasa, ukurannya tidak main-main. Dia bisa saja menduduki Marry dan anak itu akan tertutupi sepenuhnya.
"Mau dikasih nama apa ya?" Marry tampak berpikir sementara peliharannya tengah mengitari kakinya sambil mengibaskan ekornya sesekali. "Robert?"
Anak anjing itu tidak merespon, malah berganti mengitari meja berkaki rendah di samping kaki Marry. Marry mendengus, mencoba memanggilnya dengan nama lain, tapi anak anjing itu sama sekali tidak tertarik.
"Rico? Zeus? Blackie? Whitey? Baekhyun? Harry?"
Harry hanya memandang adiknya dengan pandangan terluka. "Kualat kamu sama Kakak, Mar."
"Kalau begitu kasih saran dong, Kak. Marry kan payah soal memberi nama," Marry makin cemberut. Dia lalu jongkok dan mengelus kepala si anak anjing yang kelihatannya suka dimanjakan seperti itu.
Harry memandangi anjing hiperaktif itu dengan malas. Daripada memikirkan nama yang menurutnya tidak penting, otaknya lebih suka untuk memikirkan strategi defensif agar keberadaan anak anjing itu tidak akan terlalu mempersulit hidupnya. Bagaimanapun juga Harry tahu mengurus anak anjing sama susahnya dengan mengurus anak manusia. Apalagi anak anjing itu yang kepunyaan Marry. Majikannya saja ajaib, apalagi peliharannya.
Melihat Marry yang melotot ke arahnya, mendesaknya agar segera mengusulkan nama, membuat Harry hanya mendengus pasrah. Dia memutuskan akan memilih nama yang aneh, sehingga usulannya tidak akan diterima.
"Ming?"
"Guk!"
Anak anjing itu kelihatannya setuju. Dia langsung berlari menuju kaki Harry dengan tidak lupa mengibaskan ekornya. Harry langsung berjingkat menaikkan kakinya ke sofa sambil memekik panik. Harry memandang makhluk kecil itu dengan takjub, tidak menyangka nama aneh yang dia berikan malah disukai. Harry sudah bisa mengendus bibit-bibit keabsurdan dari Ming, yang tidak akan jauh-jauh dari keabsurdan adik tersayangnya.
"Ming! Ming!" Marry mencoba nama itu dan peliharannya merespon dengan antusias. Ming langsung berbalik arah dan melompat ke pelukan Marry.
Begitulah awal cerita Ming yang kerap mengganggu Harry dengan memicu alerginya, juga dimulainya ancaman jitu mama soal tidur di kandang Ming jika Harry tidak mau menurut.
TBC
THESE SERIES ARE ALSO POSTED ON scienceofpeculiar.wordpress.com
YOU ARE READING
Just a Little Piece of Paper (Random Short-stories)
RandomDengan secarik kertas kau bisa menuliskan apa saja Dengan secarik kertas kau bisa menggambarkan apa saja Dengan secarik kertas kau bisa menjelaskan apapun hanya dengan mengerakkan tangan lihaimu yang memegang alat tulis Tapi pertanyaan s...