• Stars

393 25 3
                                    

Zidny tidak henti mengomel karena Iqbaal tidak juga memberitahunya dirinya akan dibawa ke mana. Sudah hampir satu jam mereka berada di dalam mobil untuk mengitari kota Jakarta, namun mereka belum juga sampai di tempat tujuan. Bahkan Zidny tidak tau di mana keberadaannya saat ini. Jalanan yang Iqbaal lewati sangat asing baginya karena jauh dari gemerlapnya lampu-lampu kota. Jalannya sepi, sedikit berbatu, dan lumayan sempit--hanya bisa dilewati satu mobil.

"Baal, kita mau ke mana siiiih?" tanya Zidny entah untuk yang keberapa kalinya. "Jangan-jangan lo ngapa-ngapain gue ya? Ya Allah, Baal!" Zidny jadi takut sendiri karena dirinya dan Iqbaal sekarang berada di tempat yang sepi.

"Ngapa-ngapain lo? Ngapain? Kurang kerjaan amat," sungut Iqbaal keki.

"Ih, lo mau apain gue? Gue aduin Mama!" Zidny mulai sedikit menjauh dari Iqbaal.

Iqbaal memutar bola matanya malas. "Lo kenal gue berama lama? Ya kali gue ngapa-ngapain lo. Nggak doyan."

Zidny menyipitkan mata curiga. "Terus lo doyannya sama cowok? LO GAY? LO HO--"

"Cerewet!" Iqbaal menoyor kepala Zidny.

"Ugh! Terus jadinya kita mau ke manaaaa?" Zidny jadi kesal sendiri.

"Kita berhenti di sana, yang ada bapak-bapak jaga pos ronda. Nanti mobilnya kita titipin ke mereka karena mobil nggak bisa masuk ke gang yang itu. Jalannya terlalu sempit," jelas Iqbaal.

"Apa?!" Zidny membeo.

"Diem, toa."

Dan Zidny hanya bisa cemberut lagi.

Setelah menitipkan mobilnya kepada bapak-bapak yang jaga malam di pos ronda, Iqbaal dan Zidny lalu berjalan melewati gang sempit. Di sekitar mereka berjejer rumah para warga. Beberapa orang masih ada yang bersantai di depan rumah karena jam baru menjunjukkan pukul tujuh lebih.

"Lo masih belum mau ngasih tau kita mau ke mana, Baal? Demi apapun, lo orang paling ngeselin seragunan!" omel Zidny masih sambil terus berjalan mengikuti langkah kaki Iqbaal.

Iqbaal mengernyit. "Seragunan?"

"Iya lah!" seru Zidny mantap. "Lo kan temen mereka."

Iqbaal tersenyum jail. "Berarti lo salah satu dari mereka? Lo kan temen gue. Lo siapa? Monyet? Orang utan?"

"Iqbaaaaaal!" Zidny menghentakkan kakinya.

Iqbaal tertawa puas. Lalu dengan gemas dirinya memeluk Zidny dari samping. "Bentar lagi nyampe. Sabar ya," kata Iqbaal sambil melepaskan pelukannya.

Kurang lebih lima menit kemudian Iqbaal dan Zidny sampai di tempat tujuan. Zidny tidak berkedip sama sekali ketika melihat pemandangan di sekitarnya. "Baal, kita di manaaaa? Ini super klasik!"

Iqbaal tersenyum. "Ini pasar malam."

Zidny mengangguk-ngangguk antusias. "Jadi ini pasar malam? Waaaah!"

Iqbaal pun menggenggam tangan Zidny, menggandeng gadis itu untuk memutari area pasar malam yang lumayan penuh sesak. Iqbaal tau Zidny akan sangat senang berada di sini karena ini baru pertama kalinya ia mengunjungi pasar malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Three ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang