Chapter II

74 7 0
                                    

Vote sebelum membaca..

___________

Sampai lah mereka di sebuah tempat bernama kantin, Revan menurunkan Kiana dengan kasar hingga membuat gadis itu kehilangan keseimbangan badan dan hampir saja terjatuh kalau ia tidak berpegangan pada meja di sampingnya.

Revan meringis karna bahu nya terasa pegal, "Dasar babi aer! sumpah lu berat banget, bitch!" Ringisnya.

"Suruh siapa gendong gue. Kan tadi gue udah bilang turunin gue, gue bisa ja— Oke gue diem." Kiana seketika kicep karna pelototan Revan ia takut pria itu akan meng-grepenya karna banyak bicara. Seperti ancamannya tadi.

Kevin si pendendam kelas atas menjadikan gadis itu seperti pengawalnya dan harus berdiri di sampingnya yang sedang makan di kantin. Gak jelas banget bukan, kevin ini..

'Yang bener aja, gue terus-terusan berdiri disini nemenin dia makan. Bilang aja minta di temenin makan ama gue, mana makannya lama banget lagi! Mati aja kek lo kevin!' Umpatnya dalam hati.

Lalu menghembuskan nafas berkali-kali. Kevin menoleh, "Lu harus kayak gini sampe bel sekolah berbunyi sampe orang-orang di sini puas ngeliat lu menderita." Ucapnya dingin sambil menunjuk Kiana dengan sendok makan.

Kiana hanya melirik sinis kemudian memutar bola matanya jengah.

"Bang oyet, dia yang bayar!" Teriaknya kepada penjual makanan yang ia pesan.

Membuat Kiana tersentak. "Lah apa-apa nih?! katanya orang kaya, masa makan aja di bayarin sih. Emang mau? pake duit rakyat jelata kayak gue." Sindirnya berharap Kevin membatalkan permintaannya. Semoga..

Kevin menoleh tajam, "bacot!" Ucapnya lalu kembali makan.

Kiana berdesis kesal, sambil menghentak-hentakan kakinya yang pegal, "bilang aja minta di temenin sama gue!"

Membuat ketiga trio wek wek itu menoleh tajam ke arahnya. Kiana melengos berpura-pura cuek.

"Dia bacot baget sih Vin, harusnya kita apain nih cewek?" Tanya Bio.

Kevin berpura-pura berpikir, "tasnya kita gantung aja kali yaa di tiang bendera." Jawabnya santai. Di setujui para sobatnya. "lumayan kan buat gantiin bendera yang lagi di cuci anak osis. Tas dia kan dekil-dekil gimana gituh, dapet banget tuh feel perjuangannya."

"Bener-bener, nanti bisa mengingatkan kita ke jaman peperangan dulu, yoi." Mereka bertiga bergantian ber-high five. Saat kevin hendak bangun. Praktis, Kiana menahannya mana rela tas cantiknya di jadiin bendera pusaka. What the fuck, man!!

Kiana kelagapan, "eh jangan dong elah. Oke gue diem!" Ucapnya dan langsung terdiam mematung dengan bibir mengerucut. Kiana terlihat sangat lucu, membuat ketiga manusia itu tertawa puas.

***

Seorang gadis berambut pendek sebahu sedang termenung sambil menumpukan dagunya dengan telapak tangan kirinya. Berkali-kali ia menghembuskan nafas berat. Saat ini ia sudah seperti manusia yang bosan hidup, redup tak bercahaya.

Memikirkan nasibnya selama 2 tahun di sekolah ini, dan memikirkan uang jajannya selama seminggu yang ludes karna cowok jadi-jadian seperti Kevin dan kawan-kawan.

Kiana menghembuskan nafas gusar.
"putri.." Panggil bu Intan selaku guru matematika sekaligus wali kelasnya.

Kiana tak mendengarnya ia masih sibuk dengan lamunannya. "PUTRI KIANA!" Panggil bu guru dengan nada tinggi.

Kiana terlonjak kaget sampai membuatnya berdiri tiba-tiba. Ia terkesiap, "ahh, siap bu?" Sahutnya.

Seluruh penghuni kelas menertawainya. Kiana meloleh ke kiri dan kanan melihat para siswi yang menertawainya, ia mengerucutkan bibirnya.

2 SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang