Bertanya terkadang tidak bisa mendapatkan jawaban.
|•|
Awan berada dalam lingkup yang salah. Salah dalam menempatkan diri. Dia menikah dengan Sonya bukan karena cinta, atau ingin membuat keluarganya bahagia. Tidak.
Yang Awan lakukan adalah mempertahankan kekuasaan. Dengan memperkuat saham, menikahi Sonya adalah salah satu cara tercepat mendapatkan kedudukan.
Awan menikahi Sonya ketika berumur 30 tahun, dan bertemu dengan Lona pada tahun sebelumnya. Banyak yang Awan amati, karena dirinya adalah seorang pemimpin. Sudah menjadi dasar dalam teori kepemimpinan, bahwa yang menjadi paling atas akan paling mengamati para bawahannya. Termasuk Lona, sebagai yang Awan amati—dengan sangat—saat itu.
Tidak ada yang sepenuhnya tahu, bahwa Awan menaruh banyak perhatian pada salah satu karyawan kantornya itu. Dan ketika takdir mempertemukan keduanya secara lebih dekat, dengan cara yang tidak bisa dikatakan baik, Awan mengerti bahwa dirinya membutuhkan sosok yang mau memberi tanpa pamrih. Dengan begitu, Awan akan memberikan yang sekiranya hanya perlu ia beri, tidak terlalu banyak.
Satu tahun, adalah waktu yang cukup. Cukup untuk membuat Lona percaya dan begitu menurut pada Awan. Dan pada tahun berikutnya, tidak akan sulit bagi Awan untuk membuat Lona bertahan disisinya, karena sudah Awan pastikan, ketika rencananya mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan Sonya adalah ketika Lona sudah bisa Awan kurung dalam sangkar emas.
"Mama nggak ngerti kenapa kalian berdua begini. Nggak cukup kah kalian selalu bertengkar di rumah? Dan sekarang, malah membuat kegemparan di kantor." Liana, dia begitu marah dengan sikap yang putranya dan menantunya lakukan. "Kenapa nggak sekalian kalian umbar tingkah arogan kalian itu di jalan raya, hah?!"
Ya. Kemarin Sonya berteriak marah-marah di kantor Awan. Dia marah karena hal yang tidak warga kantor mengerti. Yang terlihat hanya sikap Awan yang terlalu santai dalam menanggapi amarah Sonya. Tentu saja warga kantor akan tahu, karena meski pun pertengkaran itu hanya sempat di dengar oleh sekretaris Awan, sudah pasti akan tetap merambat kemana-mana.
"Maaf, Ma. Sonya benar-benar kelepasan. Karena..."
"Kalau terus begini, apa yang bisa Mama harapkan dalam pernikahan kalian? Cucu? Apa itu bisa Mama harapkan? Bahkan kalian selalu menolak waktu untuk berbulan madu, sebenarnya kalian ini kenapa? Kalo nggak cinta di awal, kalian belajar lah untuk saling mengerti. Jangan kayak anak kecil terus menerus."
Awan hanya mendengarkan, tidak berniat menanggapi lebih lanjut. Baginya petuah dari sang ibu sudah cukup banyak. Apalagi ibunya sudah mengetahui kebiasaan dirinya dengan Sonya yang terlalu sering bertengkar. Padahal berbeda rumah, tetap saja Liana memiliki andil besar pada pelayan rumah tangga di sana. Tapi Awan akan tetap bisa menjaga rapat-rapat mengenai keberadaan Lona, karena yang tahu masalah itu hanya Sonya, maka dengan tetap bertahan berumah tangga dengan wanita itu, akan membuat nama Lona baik-baik saja.
Semua hening. Hanya suara helaan napas dalam Liana yang terdengar apik di sana. Tapi semua kembali pada pasangan yang berada di hadapan Liana saat ini.
"Sudah?" ucap Awan memecah keheningan.
"Kamu cuma bilang itu? Nggak sadar kamu adalah inti dari permasalahan di sini?"
Awan kembali diam, dan tidak banyak memandang ibunya. Sonya hanya menyeringai pada apa yang Liana lontarkan pada Awan. Sonya akan terus melibatkan orangtua kedua belah pihak agar hubungan rumah tangganya berjalan baik kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERY ROSE HAS A THORN
ChickLitAlona, perempuan yang siap menjadi apa saja hanya untuk menjadi apa yang Awandanu inginkan. Lona yang selalu sendiri, setelah kepergian orangtuanya diumur 9 tahun, sudah banyak kehilangan kasih sayang. Bertemu dengan Awan adalah awal kebahagiaannya...