Dear Venna [2]

285 50 26
                                    

Hari ini mungkin menjadi hari yang paling melelahkan bagi Venna. Kakinya terus berlari ke sana kemari mencari Vian. Katanya Vian sudah datang sedari tadi tetapi kemana lelaki itu?

Kaki Venna lemas. Ia sudah tidak kuat untuk berlari atau berjalan. Venna menekuk lututnya dan duduk di lantai koridor sekolah membiarkan murid-murid yang lain menatapnya aneh.

Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya melayang. Lututnya tidak lagi bertumpu pada lantai. Mata Venna yang semula terpejam kini sudah terbuka, didapatinya Anjas yang tengah membopong tubuhnya menuju ruang UKS.

"Jangan banyak lari, manis. Gua tahu lutut lu suka sakit kalau terlalu lelah," ucap Anjas ketika mereka sudah sampai di UKS. Tangan Anjas mengetuk-ngetuk lutut Venna dengan sedikit keras sampai gadis itu merintih.

"Gua harus cari Vian. Ada sesuatu yang mau gua bicarain sama dia, An."

Alis tebal milik Anjas mengernyit. "Sepenting apa?"

"Ini penting banget. Gua harus bilang ke dia, kalau gua udah tahu semuanya. Gua tahu siapa pengirim surat itu, gua tahu," jawab Venna. Senyum manis gadis itu tampak mendominasi kecantikan wajahnya.

Anjas diam, tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tetapi tubuhnya menegang. Senyum manis gadis itu bukan milik tuannya.

"Vian, dia Vian. Vian yang cinta sama gua, An. Gua tahu, akhirnya gua tahu," ujar Venna dengan semangat.

Anjas menyandarkan tubuhnya ke dinding UKS. Ia mengusap keningnya pelan. "Dari peluang yang disajikan semesta, apakah kau sebuah kemungkinan yang mungkin untukku?"

Kali ini alis Venna yang mengerut heran. Ia ingat kata-kata itu, kata-kata yang pernah ada di salah satu surat yang diterima Venna. Surat itu, tetapi mengapa Anjas tahu?

"Setidaknya pertanyaan itu yang terus memenuhi otak dan hati. Tetapi nyatanya, peluang yang disajikan semesta mungkin sangat kecil. Nona bersenyum manis itu bukan suatu kemungkinan untukku. Tanpa sadar hatinya telah salah memilih, dan menunjukkan bahwa nona itu memilih lelaki lain bukan seorang Theorama Anjas."

Dada Venna mulai merasa sesak. Ia memalingkan pandangannya dari Anjas. Venna tidak tahan untuk melihat wajah lelaki itu. Tetapi bagaimana bisa orang itu adalah Anjas? Mengapa Venna dari dulu tidak menyadarinya?

"Selamat nona, hati nona sudah salah memilih."


◾◼◾◼◾◼

Dipublikasikan tanggal 25 Mei 2017.

Ini adalah short story pertamaku. Jadi, aku berharap kalian menyukai ceritanya. Terima kasih^^

Dear Venna [2/2 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang