Bagian 2

43 9 28
                                    

"Kes ... Kessy! Bangun! Sudah pagi!" Grey menggoyangkan tubuh Kessy yang masih terlelap.

"Sudah pagi, ya? Aku merasa tidak enak badan," balas Kessy sambil mengusap wajahnya.

"Kalau begitu, biar aku saja yang pergi, kamu istirahat saja. Setoranmu biar aku saja yang membayarnya."

"Ah, tidak perlu. Aku lebih baik pergi  daripada istirahat di tempat ini. Pada akhirnya, aku tidak akan bisa beristirahat di sini." Kessy berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Grey yang sudah bangun sedaritadi, tentu saja sudah mencuci mukanya.

Anak-anak lain sudah terlebih dulu pergi, yang tersisa hanyalah mereka dan 1 orang pemilik panti.

"Ayo, Grey!" Grey mengambil gitar kecil miliknya lalu pergi ke lampu merah tempat biasa mereka mengamen.

Mereka semua mencari uang dengan cara yang bisa dibilang "tidak terhormat". Hanya Grey dan Kessy yang mengamen, sisanya, mengemis, berpura-pura cacat, dan juga meminta sumbangan dengan mengatas namakan panti asuhan mereka.

Grey dan Kessy terbilang cerdas. Mereka menguping lagu dari berbagai tempat, sehingga mereka selalu mendapat lagu baru untuk dinyanyikan.

Matahari sudah berada tepat diatas kepala. Awan seakan bersembunyi dan membiarkan semua orang kepanasan.

"Kita hitung dulu, yuk!"

Grey mengangguk, menandakan setuju dengan anjuran Kessy.

"Tiga ribu ... empat ribu tujuh ratus ... sembilan ribu ..." Mereka menghitung hasil bersama.

"Cuma ada 20.300, huh!" keluh Kessy.

"Nanti 'kan kita lanjut lagi, tenang aja." Grey membuat Kessy kembali optimis.

"Wah wah wah ... ada yang lagi ngitung duit nih,"  Tiba-tiba seorang preman datang dan langsung merebut uang dalam genggaman Kessy, "Anak kecil itu, gak boleh memegang duit banyak-banyak, buat Abang aja!"

"Kembalikan uang kami!!" Kessy memukuli preman itu tepat di bagian dadanya.

"Hahaha ... heh anak kecil! Pergi sana!" Preman itu mendorong Kessy hingga terjatuh.

"Kembalikan atau aku akan menghajarmu!!" Grey yang melihat sahabatnya jatuh semakin memuncak kemarahannya.

"Hahaha... coba aja kalau bisa!" Preman itu mengambil kuda-kuda, berpura-pura meladeni Grey. Uang yang ia genggam diletakkan di tanah dekat dia berpijak. Di matanya, Grey hanyalah anak ingusan.

Grey menarik napas dalam, mengepalkan tangannya, lalu meninju udara di depannya sekuat tenaga.

Preman itu terpental sejauh sekitar 10 meter oleh angin yang dibuat oleh Grey. Beberapa orang yang melihatnya pun terpelanga, terkejut serta tak percaya dengan apa yang mereka saksikan tadi. Begitu pula dengan preman itu. Sebenarnya dia bisa kembali berdiri. Tetapi, setelah yang ia alami barusan, membuatnya tidak bisa berdiri dan masih tidak mempercayai apa yang sebenarnya terjadi.

Kini, semua mata tertuju pada Grey. Kessy mengambil uang itu dan gitarnya Grey, serta menarik pergelangan tangan Grey. "Cepat kita pergi dari sini !!"

Mereka berlari cukup jauh. Grey seperti lupa untuk merahasiakan kekuatannya.

"Bahaya tau kalau orang-orang tau kemampuanmu!"

"Ma-maaf, Kes. Aku lupa. Habisnya, preman itu merebut uang kita dan melukaimu."

"Sudahlah. Untung saja tidak ada yang mengejar kita. Ayo kita mengamen lagi. Ini kan jam makan siang, kita ke mengamen di warteg aja." .

Sampailah mereka di sebuah warteg yang cukup ramai. Mereka mengamen di pintu masuknya saja. Grey bermain gitar, Kessy yang bernyanyi.

THE BENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang