Aku Akan Selalu
Menemanimu
Walaupun Kau Tak
Menginginkannya***
Satya berjalan gontai kedalam rumah setelah memarkirkan motornya. Kepalanya berdenyut begitu keras. Sehingga membuat penglihatannya sedikit kabur.
Satya membuka pintu rumah dan mendapati rumahnya sepi. Satya memutuskan untuk masuk kekamarnya di lantai atas. Baru beberapa langkah satya berjalan, dia merasakan sesuatu keluar dari lubang hidungnya.
"Darah" kata satya lirih sambil mengusap darah yang keluar. Satya berlari ke wastafel untuk membersihkan darahnya. Setelah dipastikan tidak ada darah yang keluar satya berniat masuk ke kamar. Dan ketika sampai di depan tangga, kepalanya benar-benar berdenyut begitu keras. Lebih keras dari biasanya. Sekarang matanya benar-benar kabur. Dan sekejap kemudian tubuhnya ambruk dan penglihatannya menjadi hitam.***
"Makasih ya ka" kata Ara sambil memberikan helm ke Ka Dave.
"Lain kali boleh dong temenin kaka makan lagi " jawab Ka Dave sambil mengambil helmnya.
"Siap boss " jawab Ara lantang sambil memberi hormat.
Dave hanya mampu tersenyum.
"Ka aku masuk dulu ya " ijin Ara.
"Oh. Oke aku pulang langsung ya. Mampirnya kapan-kapan" jawab Dave.
'Cih. Emang siapa yang ngajak mampir rumah gue coba ' batin Ara dalam hati.
Dave pun menjalankan motornya pergi. Ara pun berjalan memasuki rumah.
"Assalamualaikum semua..."
"Walaikumsalam Ara.." Jawab Bara (Kaka Ara ).
"Kok sepi sih ka ? Mamah papah kemana ?" Tanya Ara yang mendapati rumahnya sepi.
"Ke rumah temen katanya" Jawab Bara. Ara mengganguk mengerti. Ara berniat berjalan masuk ke kamarnya. Tiba-tiba.
"Itu tadi siapa ?" Tanya Bara dengan tatapan mengintrograsi.
"Temen ka." Jawab Ara. Memang Ka Dave temannya bukan.
"Bagus ya udah lupain Satya sekarang. Padahal cowok tadi kalah telak sama Satya " Kata Bara.
"Ka Bara yang ganteng. Tadi itu cuma temen Ara sumpah. Tadi juga cuma ngajak makan. Apa salah ? Lagian aku gak bakal suka dia ko. Hati aku udah stuck di Satya." Jawab Ara enteng.
"Bagus ya kamu makan-makan bareng cowok tadi. SATYA SEKARANG DI RUMAH SAKIT, KAMU GAK TAU KAN !" bentak Bara pada adiknya.
Ara benar-benar syok mendengar Satya masuk rumah sakit. Air matanya tak mampu lagi dia tahan karena mendengar orang yang dia sayang sakit.
"Ka.. Satya sakit apa ka.. Jawab Ara!" Kata Ara sambil memukul bahu Bara kakaknya.
'Maaf Ara kaka gak mau kasih tau dulu sekarang. Kaka tau semua tentang satya. Tentang dia yang ternyata menyuakimu' batin Bara dalam hati.
"Kaka juga gak tau Satya sakit apa de. Tadi kaka dapet kabar dari temen satya, Arsen sama Raskal. Katanya mereka nemuin satya udah pingsan di tangga." Jawab Bara sambil membawa adiknya kepelukannya. Ara hanya mampu mengis di pelukan Bara.
"Gih kamu kesana. Satya pasti butuh kamu" Kata Bara sembari melepaskan pelukannya dan menghapus air mata adiknya.
"Yakin Satya butuh aku ka ?" Tanya Ara tak yakin. Bara mengganguk menyakinkan.
Bara pun mengantar adiknya ke rumah sakit menemui Satya. Sesampainya di rumah sakit Ara berlari ke arah UGD.Bara yang melihat adiknya berlari pun akhirnya ikut berlari. Tenyata disana sudah banyak temannya.
Gladis, Lania, Asen, Raskal. Tapi Ara merasa heran mengapa orang tua Satya tidak ada disaat keadaan Satya seperti ini ?.
Ara pun menghambur memeluk sahabatnya. "Gladis, Lania, Satya kenapa ?" Tanya Ara dengan tangisan yang tak mau berhenti.
Arsen dan Raskal yang melihatnya hanya mampu tersenyum dan bergumam pelan.
"Segitu sayangnya dia sama lo Sat. Mau sampai kapan lo kaya gini" gumam Arsen pelan.
Gladis dan Lania tengah menenangkan Ara. Tiba-tiba dokter keluar. Semua sontak mendekat ke arah dokter.
"Dokter gimana keadaan teman saya ?" Tanya Ara sambil menangis.
"Apa disini ada orang tuanya ?" Tanya dokter memastikan.
Semua menggeleng pelan. Bara pun mengacungkan tangannya.
"Saya kakaknya dok. " kata Bara.
"Ya sudah, saya perlu bicara empat mata dengan anda." Kata dokter itu serius. Bara mengangguk.
"Apa pasien sudah boleh ditemui ?" Tanya Arsen pada dokter. Dokter pun mengangguk.
"Tapi jangan langsung semua. Tiga-tiga ya " Jawab dokter. Mereka mengangguk mengerti.
"Ya sudah saya tinggal dulu. Dan buat anda kakaknya bisa ikut dengan saya " kata dokter itu sembari pergi. Bara pun mengikuti dokter itu.
Sekarang giliran pertama yang masuk ke ruang satya adalah Arsen dan raskal kedua sahabat Satya. Arsen membuka pintu dan medapati satya sudah sadar. Arsen dan Raskal menemui Satya.
"Lo gk papa Sat ?" Tanya Arsen.
"Gk papa" jawab satya singkat.
"Satya diluar ada Ara " kata Raskal yang membuat Satya kaget seketika.
"Dia kesini ?" Tanya Satya memastikan.
"Iyalah. Dia kan sayang sama lo. Sayang banget malah. Dari tadi dia nangis trus mikirin lo" Kata Raskal. Satya tersenyum senang.
"Sampai kapan lo nutupin ini semua ? Sampai kapan lo buat Ara nunggu. Padahal lo juga sayang kan " Kata Arsen dengan mengangkat satu alisnya.
" Gue cuma gak mau dia sakit kehilangan gue " jawab Satya dengan nada sendu.
"Jawabannya itu mulu. Klo lo gk mau Ara buat gue aja. Gue juga ganteng kan, iya gk sen ? Tanya Raskal sambil menunjukan mukanya ke Arsen.
Satya mendelik.
"Apa- apaan lo. Ara tuh milik gue" jawab Satya dengan nada kesal.
"Lo aja diem mulu. Kasian Ara nunggu lo." Jawab Raskal.
"Iya gue tau. Udah sana kalian keluar biar Ara masuk gue pengen banget liat mukanya." Kata satya sambil mendorong lengan Raskal dan arsen untuk keluar.
"Paling kalo masuk dicuekin" jawab arsen sambil berjalan keluar.
Ara yang melihat Arsen dan Raskal keluar segera bangkit dan berlari masuk ke satya.
"Satya lo gapapa kan ? Ada yang sakit ?" Tanya Ara sembari memeriksa tangan Satya.
'Ya tuhan kenapa deg-degan gini banget. Oke sat lo harus berusaha cuek' batin satya didalam hati.
"Gue gk papa " jawab satya sambil menyingkirkan tangan Ara. Ara yang menerima perlakuan seperti itu hanya dapat meneteskan air mata.
'Plis jangan nagis karena gue, gue gak bisa liat cewek nangis. Apalagi lo.' Batin satya.
"Dalam keadaan begini lo masih aja cuek sama gue! Fine mungkin gue gak berati bagi lo" kata Ara sambil berlari keluar dan menangis. Gladis dan Lania yang melihat itu berusaha mengejar Ara. Tpi lania berhenti di ruang satya.
"UDAH PUAS LO BIKIN SAHABAT GUE KAYA GITU. PUAS KAN LO! EMANG YANG DARI DULU LO GK PERNAH BERUBAH!" Bentak Lania. Lania pun pergi meninggalkan Satya dan mencari gladis, Ara yang sudah tak terlihat.
Satya mengacak- acak rambutnya frustasi.
"Apa gue salah kya gini" gumam satya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU IN MY HEART
Teen FictionAzzahra Fradella Pratista Gadis berusia 17 tahun yang duduk di kelas 11 IPA 3 . Zahra sangatlah cantik dengan rambut coklat bergelombang, bola mata hitam, dan kulit putih yang membuatnya banyak dikagumi para pria. Tapi dihatinya hanya ada satu nama...