Chapter 3

87 6 2
                                    

Aku benci melihat kalian seharusnya aku tidak kemari
Aku ingin pulang...

Tiba- tiba saat ku berbalik...

Pranggg...!!! Sebuah nampan berisi minuman yang dibawa pelayang tumpah mengenai seorang wanita paruh baya.

"oh ya ampun apa yang kau lakukan? Kau merusak gaunku bodoh!" Tukasnya

"ak..aku hanya ingin berbalik tadi, aku tidak melihat ada,-

"Persetan denganmu! Coba kau pikir apa yang dapat kau lakukan untuk menebus kesalahanmu ini hahh!" makinya memotong perkataanku

Tiba- tiba seseorang berteriak dari arah belakang ku.
"Mah..ada apa disana?"

Deg.suara itu.oh tidak dia tidak boleh melihatku aku sudah bilang padanya kalau aku pindah dari kota ini seminggu yang lalu. Batinku

"lihat gaun mamah jack lusuh sudah, padahal acara resepsimu baru dimulai. Ini semua gara-gara orang sialan ini"

Tidak ada cara lain aku harus kabur dan lari secepat mungkin.

"minggir semua! Minggir " teriaku sambil berlari membuat semua tamu melihat ke arahku, aku tidak peduli jack mengenali suaraku atau tidak.

"Heiiii... Jangan kabur, kau harus membayar semua ini perempuan brengsek!"

"biar aku kejar dia mah"

" tidak perlu jack, kau harus tetap disini menemani megan"

"tapi kan,---"

"Aku tidak mau kau kenapa- kenapa di hari pernikahanmu."imbuhnya

"dia sangat tidak sopan mah, seenaknya saja pergi seakan-akan tidak terjadi apa-apa, ucapan maaf akan lebih baik bukan?" ucapnya dengan wajah memerah

"sudahlah nak lupakan gadis sialan itu"

----O----

"Aku bersumpah aku sangat malu, tapi memang itu harus kulakukan. oh jack maafkan aku, aku membuat ibumu marah." Sesalku sambil berlari sekuat tenaga dengan tubuh yang bergetar dan berurai air mata yang sedari tadi aku bendung.

"Bodohnya aku seharusnya aku tak usah masuk kesana, sekarang ibunya jadi membenciku ya tuhan aku memang bodoh." makiku pada diriku sendiri

Saat ini... aku hanya ingin pergi ke suatu tempat yang tidak pernah orang kunjungi sebelumnya dan dimana hanya ada suara hembusan angin disana. Rumah tua nan reot di bawah pohon besar ditengah hutan, itu dia tempat yang tepat. Aku berlari secepat yang ku bisa memasuki hutan tak peduli berapa banyak ranting pohon yang mengenai wajahku bahkan ada yang hampir menusuk mataku, aku tidak peduli.

~~~

Rumah tua itu mulai terlihat, dulu pernah sekali aku ke rumah itu untuk bersembunyi karena habis melukai saudariku dengan penggaris besi hingga kepalanya berdarah , tapi aku tidak berani masuk kedalamnya hanya duduk di terasnya saja.

" hosh..hosh...akhirnya sampai juga, kalau dilihat dari luar memang menyeramkan tapi siapa tau didalamnya seperti istana" khayalku

"aku ingin cepat- cepat masuk menangis sepuasnya dan berharap bertemu peri yang bisa merubah takdirku ini, seperi cinderella haha"

" Aku benar- benar sudah gila bicara dan tertawa sendiri"

Klek..
ku buka pintunya perlahan

"Oh uhuk..uhuk aku tersedak debu"

pengap dan berdebu yang ku rasakan saat pertama kali masuk kesini, ini tidak sesuai ekspetasiku. Tapi setidaknya disini lebih baik daripada dirumah tidak ada yang mengatur,membentak dan memukulku.

Aku mulai menyusuri setiap sudut rumah ini benar benar memprihatinkan kondisinya banyak kontoran tikus disini tapi untungnya tidak gelap seluruh jendela dirumah ini sudah terbuka entah sejak kapan.lalu ku lihat ada sebuah pintu bercatkan emas, tapi pintu itu terlihat bersih tidak seperti bagian dari rumah ini yang lainnya dan disana terdapat ukiran bertuliskan "Ramsey". mungkin itu pintu kamar tidur dan ramsey adalah nama pemilik kamar itu dulu. Tanpa banyak pikir aku pun langsung masuk kedalamnya dan seketika aku bungkam

"indahnya"pujiku pada kamar ini, bagaimana tidak seluruh kamar ini berwarna emas sangat bersih terawat dan dindingnya penuh dengan lukisan, tapi ada dua lukisan yang tak asing bagiku lukisan karya vincent van gogh The starry night dan The potato eaters, ini pasti palsu mana mungkin lukisan semahal ini ada disini. Masa bodo dengan semua ini yang jelas dugaanku benar.

Bruukk....

"ya ampun apa ini?"aku menabrak sesuatu seperti meja tertutup kain putih.

Saat ku buka ternyata..

"sebuah piano, apa ini masih berfungsi?"

Aku menekan tuts-tutsnya dan ini masih bagus

"aku jadi ingin bernyanyi, mungkin ini bisa membantu menetralkan suasana hatiku yang kacau"

"aha...sally's song mungkin cocok untuk keadaanku sekarang"

jari-jariku pun mulai menari nari diatas tuts piano memainkan alunan alunan mellow dari lagu ini.

~~I sense there's something in the wind~~
~~That feels like tragedy's at hand~~
~~And though I'd like to stand by him~~
~~Can't shake this feeling that I have~~
~~The worst is just around the bend~~

~~And does he notice my feelings for him?~~
~~And will he see how much he means to me?~~
~~I think it's not to be~~

~~What will become of my dear friend?~~
~~Where will his actions lead us then?~~
~~Although I'd like to join the crowd~~
~~In their enthusiastic cloud~~
~~Try as I may, it doesn't last~~

~~And will we ever end up together?~~
~~no, I think not, it's never to become~~
~~For I am not the one~~
~~under a tree at quat,-

"suara mu lumayan parah"ucap seseorang diambang pintu dengan tiba-tiba

"Oh ya tuhan,si..siapa kau?"jawabku dengan jantung yang berdebar karna kaget setengah mati

-bersambung-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Kill My dearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang