.
"Oh nona, kau mengenalku?", ucap pria berbahu lebar itu menatap dalam gadis dihadapan nya.
Ia pun mengangguk
"Aku Shin Na— "
"Apa yang terjadi?" potong Seokjin, tak terlalu penting menurutnya.
Nayoung sedikit tertegun karena pria itu memotong perkataan nya tiba-tiba.
"Oh...a–asam lambungku naik tiba-tiba dan aku tidak membawa obatnya," ucap Nayoung lirih
"Sudah makan?"
"Aku baru saja memakan sepotong roti,"
Seokjin pun menghembuskan nafasnya berat. Ia segera membopong Nayoung berdiri dan memapahnya ke tempat duduk yang ada di samping counter buah dengan menggeret troli yang tadi gadis itu bawa dengan tangan kirinya.
"Kau tunggu disini dan jangan kemana-mana akan kucarikan obat"
Nayoung pun hanya menganggukan kepalanya sambil menahan gejolak yang ada di lambung nya, ia tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Ia menatap suasana sekitarnya sambil mengelus pelan perutnya. Dia terlihat seperti seorang ibu muda yang tengah mengandung.
"Dia baik juga ternyata," gumamnya lirih
Tak lama kemudian Seokjin kembali dengan satu kantung plastik berukuran sedang.
"Ini obatmu," ucap Seokjin sambil mengulurkan tangan nya dan duduk di samping Nayoung.
"Terima kasih banyak," gumam nya sambil membungkukan sedikit tubuhnya.
Tanpa basa basi Nayoung pun meminumnya dan ia sedikit mengerutkan dahinya merasakan sensasi mint yang ada di tenggorokan nya.
"Terimakasih sudah membantuku, aku berhutang padamu," ucap Nayoung menunduk malu.
Tak mendapat jawaban, gadis itu memalingkan wajahnya ke kanan dan menemukan Seokjin tengah menatapnya lekat.
"Eh a-ada apa?" ucapnya gugup
"Sepertinya aku juga pernah melihatmu," balas Seokjin yang mengingatkan Nayoung akan sesuatu , mereka belum berkenalan.
Walaupun mereka teman satu sekolah dan juga tetangga apartemen yang hanya berjarak tiga unit. Mereka sama sekali belum pernah bertegur sapa satu sama lain.
"A-ah..iya kita belum berkenalan— "
"Kau yang tinggal tiga blok di samping kamar ku kan?"
"Iya benar aku tetangga mu,"
Seokjin menganggukan kepalanya pelan.
"A-aku juga teman satu sekolah mu,"
Ucap Nayoung dengan tarikan nafas yang dalam. Entah kenapa berbicara dengan pria yang satu ini Nayoung merasa sangat gugup, ia merasa terintimidasi.
"Aku tahu, kau sahabatnya Taehyung kan?" ucap Seokjin datar dan mengalihkan pandangan nya pada kantong plastik yang ia bawa. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik tersebut.
"O-oh bagaimana kau tahu?" ucap Nayoung gugup dan tersipu saat mendengar nama Taehyung.
Hening sejenak
"Ini makanlah, aku duluan. Hati-hati dijalan. Jalanan sudah gelap," ucapnya tiba-tiba dengan menyerahkan kotak bento pada Nayoung dan berlalu begitu saja meninggalkan Nayoung yang terdiam kikuk.
"Dia benar-benar unik dan menyeramkan, aku benar-benar merasa terintimidasi," guman Nayoung sambil menggelengkan kepalanya.
Nayoung pun dengan segera membereskan bento dan barang belanjaan nya. Ia akan memakan bento itu saat tiba di rumah. Yang terpenting ia harus sampai rumah sebelum pukul 9 karena jalanan akan sangat gelap pada jam tersebut.
.
.
.
.
하얀(Hayan) Highschool
Nayoung mempercepat langkahnya menuju kelas, ia terlambat bangun pagi ini karena sepulangnya ia dari supermarket semalam ia harus memasak makanan nya dan mengerjakan PR yang sudah terbengkalai berhari-hari sehingga ia mengerjakan nya sampai larut malam.
Klek
Perlahan ia membuka pintu ruang kelas nya yang tertutup rapat. Jantungnya berdegup dengan keras. Ia tak sanggup melihat wajah sinis dan dingin guru yang mengajar nya pagi ini. Lebih baik ia pulang, itu yang ada di pikirannya saat ini. Nayoung menghembuskan nafas nya berat, sangat berat. Perlahan ia menelusupkan kepalanya di sela-sela pintu dan—
"Ya! Shin Nayoung! Cepat masuk, guru-guru sedang ada rapat pengarahan"
Seperti melepaskan kentut, ia merasa lega mengetahui meja guru tersebut belum terisi dan gadis itupun dengan cepat menuju bangkunya dan mendesah lega.
"Huahh ku kira aku akan berakhir seperti Yugyeom dan Jungkook yang dihukum membersihkan toilet dan uks karena terlambat,"
Ctakk
"Akhh.." Nayoung pun menolehkan kepalanya dan—
Plukk
Sepotong roti dalam kemasan menghantam dahi nya setelah ballpoint tadi.
"HEY! KIM TAEHYUNG!!" teriak nya
Pria bernama Kim Taehyung itu pun hanya menyunggingkan cengiran khas berbentuk kotak miliknya. Setelah melempar Nayoung dengan wajah tak berdosa itu ia langsung mendaratkan pantat nya di bangku sebelah Nayoung.
"Mana Jaket dan buku ku?"
"Aku tak membawanya," balas Nayoung ketus.
"Oh baiklah," ucap Taehyung santai.
Nayoung pun mendengus kesal. Ia selalu saja tak bisa menipu sahabatnya itu. Akhirnya ia pun mengeluarkan jaket dan buku catatan milik Taehyung dari dalam tas nya dan memberikan pada pemiliknya.
"Haha kau tahu, kau itu payah dalam hal berbohong," ucap Taehyung sambil mengacak pelan pucak kepala Nayoung .
Deg deg deg
Sialan
Ia melirik sekilas pria itu. Senyuman nya yang cerah selalu menghangat kan hati Nayoung. Ia tak bisa untuk tidak ikut tersenyum.
Sampai kapan aku harus berada di dalam zona nyaman ini, menikmati semua yang ia lakukan sedangkan hatiku meminta lebih. Lebih dari sebatas persahabatan antara kau dan aku. Tapi di dalam lubuk hatiku aku terlalu takut untuk berharap lebih padamu, aku takut kau akan menjauh dan pada akhirnya membuat semuanya menjadi fana.
..
.
Next??
Vomment juseyoo
-Thankseu
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boo
Fanfiction"Bagaimana bisa aku harus menjadi ibu di usia 18 tahun?" -Nayoung "Tapi aku tidak merasa menghamili siapapun" - Seokjin "Maafkan aku" -Taehyung