"Dipc apaan lu ama Kenan?" Tanya Karin heran.
Sera mengedikkan bahu sembari melahap nasi gorengnya lahap, "Au, gajelas. Dikasih tebak-tebakan kaga jelas." Ucapnya.
Karin, Ghina, dan Ara hanya ber'oh'ria, sementara kedua lainnya murung, menatap makanan mereka nanar.
Ghina menyeruput es tehnya dengan gaya Ratu Inggris. "Kenapa sih kalian?" Tanyanya kepada Dara dan Alisa.
Yang satu cuman motong-motongin siomaynya, yang satu cuman ngaduk kuah bakso sampe gak anget lagi. Setres mungkin.
"Woi!" Ara menepuk pundak Alisa.
"Ha?" Alisa mengerjap.
"Nape si anjing."
"Kaga."
Ara berdecak, lalu diam. "Temen gua pada berubah autis apa ya?" Celetuknya sembari mengunyah makanan.
Sera tertawa renyah dan melihat ke arah Dara, yang sedaritadi matanya ngacir ke meja di pojok kantin, ditempati oleh dua pemuda berbeda jenis.
Yaela gausa tanya siapa uda tau.
Bayu ama Gerri lagi pacaran.
Yarin ae uda.
Gadeng hehe.
Meja pojok itu ditempati oleh Dani dan Azza, yang lagi menarik perhatian sekolah dan remaja-remaja perempuan yang secretly demen ana Dani.
Dara salah satunya.
Sera melemparkan gulungan tisu ke Dara.
"Apa apaan?!" Ucap perempuan itu kesal.
Sera lagi-lagi tertawa renyah. "Gausah diliatin." Celetuk gadis yang dikuncir kuda itu. "Gaguna." Lalu ia kembali berkutat dengan makan siangnya.
Dara menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.
Tepat saat itu, Dani meninggalkan meja kantin karena dipanggil teman satu tim futsalnya. Mungkin membicarakan tentang lomba yang akan digelar.
Dara berhenti memotong-motong siomaynya. Ia kembali memfokuskan diri ke meja pojok yang sedaritadi ditatapnya.
Serapun kembali memperhatikan Dara dan melempar gulungan tisu. Dara spontan menoleh. "Don't even think about it." Kata Sera, kemudian meja yang ditempati 6 orang itu hening, semuanya menatap was-was ke arah Dara.
"Y'know, Imma just talk to her." Dara menunjuk dengan jempolnya.
Alisa menggeleng. "Lo gila ya?"
Ara mengangguk setuju. "Iya. Lagipula lo pengen ngomong apa sama dia? Pikir dua kali." Ucapnya menahan tangan Dara.
Dara mengedikkan bahu. "Abisin aja siomay gue." Lalu ia menepis tangan Ara, pergi mendekati Azza dan duduk di samping gadis mungil itu.
Sera menggeleng kecil. "What a stubborn bitch." Lalu ia memakan siomay Dara.
Sementara di pojok kantin yang biasa ditempati oleh orang kasmaran, Dara menyapa Azza.
"Boleh duduk 'kan?" Suara Dara membuat Azza sedikit melompat kaget, karena ia sedang membaca buku.
Azza menaikkan sebelah alis dan memberikan Dara 'The Judging Look' sebelum akhirnya tersenyum manis dan mempersilahkan temannya itu.
Azza menutup bukunya. "Tumben." Ia menceletuk.
Dara menggeleng kecil dan tersenyum tipis. "Gak apa-apa." Ia berdeham kecil dan melanjutkan perkataannya, "Semenjak lo deket sama Dani, gue rasa lo berhak tau asal-usul gua sama dia. Gue gamau lo salah paham. Jadi boleh 'kan gua cerita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanderlust; A Group Chat
Teen FictionGroup chat dua belas pelajar SMA yang katanya sengklek semua, hehe.