2. Serangan

39 16 49
                                    

Tuk..

Apa ini? Pikir Asya terkejut.

Dia baru melangkah menuju kelas tapi tiba-tiba sesuatu terjatuh dari atas pintu kelasnya dan sukses mengenai dirinya. Asya menyeka sesuatu dari rambutnya dengan tangannya'tepung!' pikir Asya. Dan tiba-tiba pula pecahlah suara gelak tawa seisi kelas.

"Hahahahaha...."

Deg, Asya membeku di tempatnya. Dadanya terasa sesak dan nafasnya naik turun tapi dia tetap berdiri di tempat.

'Byuurr,' suara air meluncur bebas membasahi seluruh tubuhnya. Seluruh tubuhnya sudah kuyup basah oleh air yang menyiramnya dari atas pintu. Lagi, dia dikerjai lagi? Ia ingin berteriak dan marah tapi bagaimana dan pada siapa? Dia merasa malu. Sangat . Dan dia ingin menghilang apapun yang terjadi.

Kepalanya tertunduk dan tubuhnya menggigil. Asya menggigit bibir bawahnya. "Hiks...." Akhirnya air mata itu tumpah juga.

Kenapa harus hari ini, kenapa? Apa salahku?

Tuk, eh? Ada handuk? Siapa yang memberikannya? Namun Asya tidak sanggup untuk melihat orang yang memberikan handuk tersebut. Dan dia juga merasakan bahwa orang tersebut berlalu dengan cepat karena dia mendengar suara derap langkah kaki yang berlari.

"Ada apa ini?? Asya kenapa kamu basah kuyup?" ujar Bu Siska. Dan kemudian memperhatikan Asya yang menunduk tidak bergerak. Bu siska -pun merangkul bahu Asya.

"Kamu tidak apa-apa Asya?" tanya Bu Siska yang dibalas Asya dengan Anggukan.

"Siapa yang melakukan ini?" bentak Bu Siska berang sementara siswa di kelas hanya terdiam. Tidak ada yang sanggup berbicara.

"Berani sekali kalian melakukan ini, mengerjai teman kalian sendiri. Di kelas saya pula!! Ayo mengaku kalau tidak kalian semua saya hukum!"

Seseorang tiba-tiba bersuara," Tidak tau Bu, kami tidak melakukannya. Sepertinya bukan dari kelas ini Bu," ujar Siswa tersebut.

"Bagaimanapun kalian tetap salah karena kalian malah menertawakannya bukan malah membantu, sebaiknya kalian pikirkan itu. Sekarang buka bukunya. Dan Asya sebaiknya kamu ke ruang ganti kamu punya baju olahraga kan?"

"P-punya Bu," jawab Asya terbata.

"Ya sudah kamu mau diantar?"

"Saya bisa sendiri Bu," ujar Asya sambil memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot. Kemudian keluar dari kelas dengan langkah lesu dan tertunduk.

****

Asya mengeringkan rambutnya dengan handuk yang diberikan orang tadi. Dia langsung ke kamar kecil untuk membersihkan rambut dan tubuhnya dari tepung kemudian mengganti bajunya dengan baju olahraga yang ada di lokernya. Kenapa dia sial sekali? Pikirnya. Sambil tetap mengusap rambutnya dengan handuk tidak sengaja dia melihat inisial di ujung handuk tersebut.

"Ini punya siapa ya? Siapa yang memberikannya?" ujarnya sendiri.

"Apa Nita? Tidak mungkin kalau Nita pasti dia menghampiriku," ujarnya lagi pada diri sendiri.

Asya mengendikkan bahunya, biarlah nanti orang tersebut juga pasti meminta kembali padanya, pikirnya.

Setelah dirasa rambutnya kering, Asya menyimpan handuk dan bajunya tadi di loker kemudian buru-buru kembali ke kelas karena dia tidak mau terlalu lama di luar. Asya berjalan terlalu terburu-buru sampai..

Bruuuukkk...

Aaakhh...

"Akh! Sakit.." Asya merasa itu bukan suaranya tapi suara siapa? dia tadi memejamkan mata reflek saat terjatuh karena tiba-tiba menabrak sesuatu yang tinggi dan empuk?!. Saat membuka mata ada satu wajah terpampang jelas dan nyata di bawahnya karena posisinya sedang menindih sesuatu yang membuatnya terpana dan itu adalah...Pria Ini??? Radit??? Astaga!!! Pekiknya dalam hati. Juga dia melihat tangannya yang lancang bersandar di dada Radit. Oh, my god. Sedangkan yang terjadi pada wajahnya adalah ekspresi terkejut, malu dan tidak tau harus berbuat apa. Segala pemikiran bersileweran di kepalanya. Kenapa bisa dia tiba-tiba menabrak Radit. Dan..dan..dia pucat.

Bintang AsyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang