Prolog

6K 455 46
                                    

Bertemu dengannya adalah suatu hal yang datang secara kebetulan, namun dengan frekuensi yang sangat banyak.

Namanya Ian.
Begitu yang beberapa bulan lalu ia ucapkan dengan terbata-bata di depanku, dengan mata yang sedikit mengarah ke langit-langit Bus, tanda jika ia sedang memikirkan sesuatu. Tapi sekarang aku tahu jika itu bukan nama yang sebenarnya. Bahkan di percakapan pertama saja ia sudah membohongiku. Lucunya, aku percaya.

Ian mengenalkanku bagaimana cara menikmati hidup dengan benar. Senyumannya mengajariku bahwa kehidupan tak sesulit yang aku yakini selama ini. Belajar dan bekerja adalah omong kosong di matanya. Baginya, kehidupan sangat berharga untuk diisi dengan kegiatan membosankan seperti itu.

"Peraturan pertama, nggak boleh pulang lebih dari jam sembilan malam. Ayah pasti marah." kataku.

Cowok itu mengangkat sebelah alisnya, "lalu?"

"Nggak boleh makan dipinggir jalan. Kata ayah itu tidak sehat."

"Ada lagi?"

Aku mengangguk, "yang terakhir, nggak boleh menginap di rumah teman."

"Udah itu aja?" tanyanya dengan senyum jahil.

Aku mengangguk, sedikit bingung dengan ekspresi wajahnya yang sama sekali tak cemas.

"Boleh aku tambahin satu lagi peraturan di hidupmu?" tanyanya.

Aku menaikan satu alisku. Sebelum benar-benar membuka suara untuk menjawab pertanyaannya, Ian sudah lebih dulu berkata,

"Peraturan yang terakhir, tidak ada yang namanya peraturan lagi."

Aku tertawa.

"Sudahku duga," kataku seraya memukul pundaknya pelan.

***

Hy, ada yang masuk ke lapak ini??? Kaget nggak? Kaget kek. Wkwkkwk

Jangan lupa Vote dan komen yaaa. 😘

Love you, guys!
-putrilagilagi

What You DoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang