"Jeni, huh?" Naomi menaikkan alisnya sebelah. Pandangan matanya menyiratkan ketidaksukaan.
Cowok didepannya terbelalak kaget, "How come?"
"Gue nggak sebodoh itu sampai nggak sadar kalau you love her," Naomi menekan kalimat terakhirnya yang entah mengapa berefek juga pada perasaanya yang ikut tertekan saat mengucapkannya. "Tapi Jeni cuman cinta sesaat lo."
Cowok itu, Rai, menggeleng tak terima. "Jeni bukan cinta sesaat gue," ia ikut-ikut menekan kalimatnya. "I do love her. I really do."
Naomi tersenyum getir. Bagaimana mungkin pacarnya itu mendeklarasikan perasaannya terhadap perempuan lain tepat didepan pacarnya sendiri.
Such a jerk.
"Maaf karena suka sama cewek lain disaat kita masih menjalin hubungan," ada nada sesal yang kentara di kalimatnya, "lo pasti bisa dapet cowok yang lebih baik dari gue."
"Klise lo, Sampah," Naomi mengusap wajahnya kasar. Ia benar-benar benci diperlakukan seperti ini.
"Maaf. Sekali lagi gue minta maaf. Tapi gue harus pergi sekarang." Punggung besar Rai menjauh, membuatnya tampak kecil seiring dengan langkah lebarnya.
Dan setelah punggung itu raib, barulah keluar air mata Naomi. Rai adalah cinta pertama Naomi. Namun ia juga yang menciptakan lubang dalam bernama luka yang pertama kalinya di hati Naomi.
"Jenia Kalimatra ... maukah kau menjadi pacar pertama dari Anjaya Sentosa?"
Pemandangan seru di jam kosong.
Siang ini para guru sedang rapat sehingga menyebabkan seluruh murid yang harusnya duduk manis didalam kelas malah berhamburan keluar. Ada yang jajan di kantin, ada yang main bola di lapangan, dan ada juga yang sekadar duduk-duduk di kelas untuk bergosip ria.
Lorong kelas yang tadinya lengang, mendadak berganti atmosfir menjadi riuh. Hari ini Anjaya Santoso, cowok yang terkenal suka nembak cewek sana-sini kembali melancarkan aksinya. Percaya tidak percaya Anjaya telah menyatakan cinta murahnya kepada hampir setengah adik kelas, dan sepertiga teman seangkatannya. Dan hari ini ia memilih Jenia untuk diajak bersanding.
"Sorry ya Anjaya, kayaknya lo udah tahu jawaban gue," Jeni menyibak rambut panjangnya centil. Matanya bahkan tak mau sedetikpun menatap Anjaya seakan-akan cowok itu adalah pemandangan paling menjijikan.
"JADI LO MAU?!" Anjaya berteriak histeris. Ia yang tadinya berlutut kini bangkit dengan mata berbinar. Cowok itu memegang kedua pundak Jeni tak percaya.
Naomi yang sedari tadi ikut menjadi penonton kontan tertawa. Anjaya itu bodoh, bego, atau dongo, sih?
Jeni berdecak kesal. Tak sudi tangan Anjaya mengenai pundaknya. "Ck! Lo itu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunyi Hujan #NIL
Short StoryDedicated to #NIL event @raitaakurabu Air hujan malam ini lebih dingin. Bunyi hujan yang biasanya menenangkan, justru menampilkan sisi lainnya; menyakitkan. Genre : Romance Pairing : Anjaya x Naomi Fuzihara Enjoy the roller coaster!