I Miss You Yoona

192 11 0
                                    

Saat ini aku masih di rumah, bersama-sama keluargaku, sama seperti sebelumnya, tak ada yang berubah.

Bahkan diriku sendiri tak sanggup percaya memiliki hubungan yang begini baik dengan keluargaku.

Terlebih lagi, hubungan kami sangat baik sampai-sampai rasanya sedikit memuakkan.

Di masa muda, aku sering memberontak terhadap keluarga, bertingkah menyebalkan dan melontarkan ancaman-ancaman kekanakkan.

Bagaimana pun, saat-saat bersama keluarga amatlah penting sekarang. Karenanya, ada saat-saat di mana (aku berpikir) mungkinkah karena ini aku tidak memiliki kekasih?

Chapter 4

Di Korea Selatan, budaya menghormati tetua masih bertahan. Walau demikian, saat keluar bersama-sama keluargaku, kami berpura-pura mengacuhkan satu sama lain, aku sangat senang karenanya.

Makan makanan enak yang disiapkan ibu, berkumpul dengan keluarga, menonton film, drama, membaca buku, tidur siang, membaca naskah dan untuk hobi yang lain, aku masih tetap belajar.

Tiba-tiba, saat aku melongokkan kepala keluar jendela, sudah langit musim panas di Seoul.

Dibandingkan sebelumnya, rumahku sungguh sudah amat luas. Ini benar-benar karena aku tinggal bersama keluarga maka aku dapat hidup di rumah seperti ini.

Kedua orang tuaku masih muda, kami dapat berbincang bersama, berjalan-jalan bersama, adik perempuanku sendiri sangat manis.

Entah bagaimana mengatakannya, dari sudut pandang tertentu, bisa dibilang tak ada yang benar-benar berubah saat ini (bila dibandingkan) dengan masa kanak-kanakku.

Aku senang berada bersama keluargaku. Sungguh, aku sedikit malu mengatakan hal ini. Jika ini sebuah tayangan TV, pemandu acara pasti akan berkata “Kamu membanggakan dirimu sendiri”

Hidup seperti ini, tanpa banyak perubahan yang kadang-kadang aku merasa tak nyata.

Di sore hari, saat di mana semuanya hijau, bagaimana kalau kita berjalan-jalan bersama? Saat kukirim pesan ini kepadamu, permintaan ini akan segera terkabul.

Mengenakan sepatu olahraga, memakai jaket, turun dari lift dengan santai dan menemuimu di restoran favoritmu.

Memimpikan hal-hal seperti ini, (tapi) aku tidak akan mengasihani diriku sendiri. Aku bukanlah pria lemah seperti itu. Staff di sekitarku berusaha melindungiku habis-habisan, dan bahkan masih banyak yang mengharapkan hidup seperti diriku.

Aku pikir, jika aku dapat melakukannya, maka ambillah semua yang aku miliki, berikan semuanya kepada semua orang.

Aku tidak berpura-pura sopan.

Bila aku punya kemampuan, aku akan menggunakan semuanya, selama hidupku.

Aku juga tahu itu, lebih tepatnya karena itu lah, aku berada dalam masa persiapan saat ini.

Bertemu denganmu beberapa saat yang lalu…walau pun aku menuliskannya seperti ini, walau pun aku telah menuliskannya dalam surat untukmu, tak dapat diungkapkan, aku tak bisa menuliskan seluruh detailnya.

Menjadi seperti ini seutuhnya, tak ubahnya seperti sebuah mesin hiburan.

Kau melambai, tersenyum kepadaku, walau kau hanya menatapku sesaat.

Layaknya anak kecil, seperti mata seekor kucing, aku melihat begitu banyak kesedihan dalam mata ini.

Sulit untuk menebak hati seorang wanita, wanita juga sering kali melakukan hal-hal yang rumit.

Apalagi, melupakan kekasih lama mereka dengan sangat cepat.

Hal ini, sampai saat ini, aku juga tak dapat mengerti sepenuhnya.

Mungkin aku tak akan bisa memahaminya seumur hidupku.

Barangkali ekspresimu sedikit mengingatkanku, walau pun simpel seperti ini, namun membuatku merasakan terlalu-terlambat-untuk-menyesal di hatiku.

Bahkan hanya dengan melihat gunung, melihat sungai yang membeku, melihat lautan yang memancarkan cahaya menyilaukan, menyaksikan dedaunan di sisi jalan yang memerah dari kuningnya dalam sekejap.

Di mataku, kecantikanmu melebihi (semuanya).

Ini pertama kalinya aku merasakan ini adalah cinta.

Aku selalu berharap bahwa dalam laguku, sikap dan perbuatanku, akan ada sesuatu yang menyentuh orang-orang. Bahkan jika aku bukan seorang selebriti, bagaimana aku akan melakukannya.

Hal-hal yang aku harapkan untuk kucapai terlalu banyak. Aku tertarik untuk mengarahkan, aku juga ingin belajar arsitektur, mesin, dan lain-lain.

Aku bukannya mengatakan aku bisa melakukan apa pun. Bagaimana pun, selagi aku masih muda, jiwaku telah terpaut pada seni yang sangat hebat. Saat aku pertama kali bernyanyi, aku tiba-tiba menyadari hal ini. Aku bernyanyi dengan hatiku, aku tak tahu kapan itu, lagu mempengaruhi perubahanku bernyanyi.

Direktur, pengarang lirik atau komposer, seringkali bersama  mencari bagaimana sebuah lagu seharusnya dinyanyikan, seperti apa orangnya dan bagaimana menyanyikannya. Saat aku menyadarinya, aku juga telah menjadi sebuah lagu.

Menyanyi dan berakting sangat mirip, menjadi orang lain. Namun sedikit bagian dariku ada di sini, fragmenku yang rusak yang tak bisa ditahan untuk melompat keluar, menggaung di seluruh tempat melalui suara.

Ah! Tak peduli apa pun, aku masih suka bernyanyi, walau pun mengalami masa-masa yang melelahkan, selama aku bernyanyi, aku kembali bertenaga seutuhnya.

Walau begitu, aku mengerti alasan mengapa aku menyukai lagu.

Yaitu bahwa aku sangat mencintai lagu. Aku bagai burung kecil, terbang menuju jiwa dari lagu, melangkah di bahunya, benyanyi bersama. Ini sungguhan.

Shall We LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang