Tiga

41 4 2
                                    

“Tak ada rahasia dalam persahabatan”

***

Hari ini adalah jadwal Maddy ngedate sama Aileen. Ya, ada buku baru yang sangat-sangat ingin Maddy beli sejak buku pertama telah usai kubaca. Dan hari ini adalah hari yang sangat cerah untuk mendatangi toko buku langganan kami. Segera Maddy menuju ke rumah Aileen, seperti biasa dia kan memboncengku.

“Leen, kayanya ada yang lo sembunyiin ya?” tanya Maddy.

“Hmm, ngga kok Maddy. Ngga ada yang aku sembunyiin dari kamu dan yang lain” kata Aileen.

“Hmm, okelah aku percaya padamu. Oh ya, kata Alison lo lagi PDKT gitu sama Denzel. Kok lo ngga cerita-cerita sih?” protes Maddy.

“Ya ampun, Madeline sayang, bukannya aku ngga mau cerita ke kamu tapi belum ada waktu buat cerita ke kalian. Coba liat jadwal-jadwal kita minggu-minggu ini, padat semua kan? Mana bisa aku cerita ke kalian.” Kata Aileen, suaranya terhalang oleh angin.

“Ya, kamu ada benarnya juga. Ngga ada quality time buat kita bareng-bareng” Aline pun mengangguk menutujui Ailenn.

Maddy sungguh menyesal tak mengetahui segalanya tentang sahabat-sahabatku. Kesibukan akan tugas dan sekolah membuat kami lupa untuk menyisihkan waktu bersama. Sungguh menyedihkan.

“Kalo gitu lo utang cerita ke aku. Nanti ceritain semuanya yaa” ucap Maddy.

“Siap deh” jawab Aileen dan menambah kecepatan sepeda motornya.

Maddy telah menemukan buku itu dan berniat untuk membayarnya, saat aku melihat Aileen sedang bersama dengan Denzel di rak bagian novel. Hmm.. Kenapa Denzel juga ada disini? Apa yang dilakukannya? Aileen sedang mengambil buku yang juga ingin diambil oleh Denzel. Mungkin sebuah kebetulan yang mempertemukan mereka.
“Eh ada lo, zel? Apa kabar?” sapa Maddy

“Baik kok, line. Ke sini bareng siapa?” tanya Denzel

“Aku” jawab Aileen

“Emm, okelah. Aku duluan ya, buru-buru nih” kata Denzel

“Kemana?” tanya Aileen, sedikit manja.

“Ke rumah Evan” jawabnya sambil mengacak rambut Aileen.

“Yah, kok buru-buru sih. Padahal aku mau mengajak kamu dan Aileen ke café dulu” kata Maddy.

“Aduh, lain kali ya. Bye” jawab Denzel.

“Okelah, take care” jawan Aileen.

Maddy dan Aileen sepakat sehabis melihat buku-buku dan membeli salah satu diantaranya, kami langsung menuju café yang letaknya tak jauh dengan toko buku tempat kami berada sekarang. Disana Aileen akan kupaksa menceritakan semua yang terjadi padanya semenjak dia putus dengan Gerald. Ya, sudah lebih dari satu bulan kami tak bercerita satu sama lain. Tentu banyak kejadian dalam hidup kami. Dan, sebagai gantinya aku akan menceritakan apa yang terjadi dalam hidupku juga.

“Ya, aku sudah dekat dengan Denzel semenjak aku masih bareng Gerald. Aku putus dengan Gerald, bukan karena Denzel tapi karena dia mendua. Aku waktu itu belum ada rasa ketertarikan sedikitpun dengan Denzel. Tapi semenjak dia mengajakku melihat basket yang aku mengajakmu itu, dan semenjak ia memberiku bunga. Aku mulai tertarik dengannya. Bersamanya aku merasa aman dan nyaman. Ngga kaya waktu aku sama Gerald, dia lebih banyak memanjakanku dan dia membebaskan diriku untuk bermain dengan cowok lain. Dia ngga over protective denganku. Dia sangat mempercayaiku.” Kata Aileen panjang lebar.

“Okelah sayang. Kalau aku ngga ada yang ingin kuceritakan. Aku setuju kalau kamu bersama Denzel. Dia baik dan perhatian, ku lihat dari caranya memandangmu menunjukkan bahwa dia benar-benar mencintaimu.” Kataku.

“Thanks, Mad. Lo udah ngerestuin gue sama Denzel. Doain ya biar dia cepet nembak gue” kata Aileen dengan senyum nakalnya

“Ih, lo dikasih restu malah gini banget. Ngga jadi deh, ngga jadi” kata Maddy

Makanan dan minuman yang kami pesan pun datang. Aku dan Aileen pun memakannya sambil menceritakan hal-hal yang lucu. Setelah makanan habis, aku berniat untuk pulang ke rumah Aileen dan melahap isi novel yang baru saja aku beli. Sangat tidak sabar untuk membacanya!

30/5/2017

B.E.S.T.I.E [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang