-The Edge-

4.2K 446 61
                                    







"Yerim-ah! kita akan kedatangan tamu. Cepat siap-siap."

Seorang gadis berseragam sekolah nampak sedang asik dengan ponselnya. Begitu mendengar teriakkan ibunya, ia langsung bangkit berdiri dan menguncir rambut coklatnya tinggi-tinggi. Baru saja ia melangkah keluar kamar, ponselnya berdering.

"Yeoboseo? Seulgi-ya, maafkan aku sepertinya hari ini kau tidak bisa ke rumahku dulu."

"Weirae? Untung aku belum siap-siap, loh."

Yerim menggigiti kuku jari telunjuknya. "Ah itu.. rumahku kedatangan tamu."

"Eum. Baiklah kalau begitu. Besok bagaimana?"

"Aku belum bisa pastikan."

Terdengar teriakkan yang kedua kalinya dari arah dapur.

"Seulgi-ya, maaf aku tidak bisa lama-lama. Eommaku cerewet sekali, nih. Ku tutup yaa. Annyeong~" Setelah itu Yerim buru-buru menuju ke arah dapur.


"Siapa tamu kita? Kenapa harus memasak seperti itu, sih." Gerutunya.

Sang eomma menarik nafas panjang. "Bibimu."

Satu kata itu sukses membuat Kim Yerim membelalakan mata. "Buat apa orang itu kemari? Aku tak mau bertemu dengannya."

"Jangan begitu, Yerim. Kau kan tahu sendiri bagaimana ia sudah begitu banyak membantu keluarga kita. Ambilkan garam di kulkas, nak."

Yerim membuka kulkas sambil mendecih. "Aku benar-benar tak suka pada sikapnya yang selalu merendahkan ibu. Ini garamnya."

"Bukan merendahkan. Wataknya dari dulu memang begitu. Ia merasa bertanggung jawab pada adiknya ini. Kau harus liat rasa pedulinya pada keluarga kita." Jawabnya sambil tersenyum.

Ting

Tong

"Sial. Nenek lampir itu datang." Ia mendelik malas.

"Ayo cepat bukakan pintunya."

Kim Yerim dan ibunya sudah terbiasa hidup berdua. Rumah yang mereka tinggali pun tidak besar. Hanya satu lantai dengan 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Tidak ada yang istimewa.

Ayahnya meninggal waktu Yerim masih kecil karena kanker otak. Uang sudah dihabiskan begitu banyak untuk biaya pengobatan tapi ayahnya tetap tak tertolong. Setelah ayahnya tiada, sang ibu bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Namun penghasilan yang Kim Harin dapat dari pegawai restoran tidaklah cukup untuk membiayai Yerim bersekolah. Waktu itu Yerim hampir di keluarkan karna menunggak lebih dari 3 bulan.

Berbeda dengan sang kakak yang jauh diatas rata-rata. Hidupnya glamour dan serba berkecukupan bahkan perusahaannya dimana-mana. Ya. Kim Hayeon, kepala presedir dari perusahaan Kim Corporation yang begitu sukses adalah bibi Yerim. Ia sering kali meluangkan waktu untuk datang ke rumah adiknya. Ia memberikan uang untuk membantu kehidupan mereka. Berkat sang kakak pula Kim Yerim dapat bersekolah.

"Silahkan masuk."

Wanita paruh baya dengan busana elegan itu melangkahkan kakinya memasuki rumah Yerim. Ia melepaskan kacamata hitamnya lalu duduk di sofa ruang tamu. "Bagaimana sekolahmu?"

"Biasa saja." Jawab Yerim malas.

Wanita itu menatap Yerim dengan serius. "Jangan sampai prestasimu mengecewakanku. Ingat karena siapa kau bisa bersekolah." Yerim hanya bisa mengangguk lemah.

The Monster (Chanbaek ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang