Last Letter.

69 16 2
                                    


Halo, Elma Kasania (:
Aku merindukanmu. Sangat. Dan mungkin ketika kamu membaca surat ini, aku telah tiada. Entahlah, aku gak tahu, tapi aku merasa seperti ingin pulang.

Elma, sebelumnya, ada yang ingin kukatakan, tapi aku gak mau membuat kamu sedih.
Jadi;
aku cemburu kamu dengan dia.

Aku sedih saat tahu kamu sudah  melupakanku.

Aku gak suka kamu bermain dengan 'teman' palsu mu itu.

Aku gak menyukai kenyataan bahwa kamu menangis karena mereka tapi kamu tetap berusaha tersenyum.

Hatimu sakit, Elma (:

Aku juga gak menyukai kenyataan kalau sekarang yang membuatmu tertawa adalah dia, bukan aku.

Aku mencintaimu.

Aku tahu ini terlalu awal dan aku masih terlalu muda untuk membicarakannya.

Tapi ketika aku melihatmu, aku tahu bahwa kamulah salah satu kebahagianku nanti. Pertama melihatmu itu saat kelas 5 SD, terlalu dini dan terlalu lama bagimu untuk menyadari keberadaanku.

Aku lelah, Elma.

Aku ingin berhenti memikirkanmu. Tapi tidak bisa. Tolong bantu aku mengalihkan dirimu dari pikiranku.

Aku lelah, Elma.

Aku lelah dengan kepura-puraan ini. Dan aku memutuskan untuk berhenti berpura-pura. Meski tak berhenti mencintaimu.

Sudah ya, tanganku capek. Lagipula, tulisanku gak bagus-bagus amat. Ntar mata kamu sakit bacanya.

Dan tolong, jangan menangis juga menyesal saat kamu membaca surat ini dan aku sudah nggak ada.

Karena sebenarnya, aku ada dihatimu.
Meski nyempil dan paling ujung. Haha.

Saranghaeyo.
Gomawoyo.

I love you.
And I'm sorry.


Ahmad Fazi Putra.

Elma selesai membaca surat yang diberikan Ibunda Fazi padanya dengan mata merah berair.

Dia rindu.

Dia rindu pada Fazi.

Dia menyesal karena kebohongan yang dilakukannya.

Dia ingin Fazi miliknya kembali.

Iya, Fazi-nya.

[]

End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang