A Miracle of Magic

35 4 1
                                    

21/5/2017

Langit sudah mendung sedari tadi. Pertanda akan turun hujan sore ini. Terlihat, banyak orang berlalu-lalang serta kendaraan yang bergerak kesana-kemari. Ramai.

Burung-burung kecil hinggap di beberapa atap rumah bertingkat seraya berkicau merdu di atas sana. Sebagian gerai-gerai kudapan mulai menutup tirainya.
Perlahan-lahan, hujan turun tanpa aba-aba disertai petir menyambar kota ini. Orang-orang berlarian masuk ke toko pinggir jalan untuk berteduh.

Jalanan terlihat sepi sekarang, hanya beberapa kendaraan beroda empat dengan wipernya yang bergerak untuk menyingkirkan air di kaca depan.

Seorang gadis berdiri tegak di tengah-tengah hujan yang deras. Gadis tengah melamun di dekat lampu kota yang masih bersinar walau sedikit redup. Payung merahnya mulai basah dikarenakan hujan yang mengguyur bumi dengan deras.

Tangannya terlihat bergetar, hingga segelas Green Tea yang dipegangnya tak seimbang. Cuaca memang dingin saat ini, menjadi dalih yang membuat gadis itu menggigil tiada henti.

Malam hampir tiba, gadis itu tetap berdiri di sana tanpa mengubah posisinya sedikitpun. Dia seperti merasakan sesuatu, sesuatu yang bisa mengancam nyawanya.

Tiba-tiba, sebuah mobil hitam pekat berhenti di hadapannya. Dengan kedua lampu sorot yang terang, menyilaukan mata gadis itu.

Kaca mobilnya turun dengan pelan, kemudian sosok pria berkacamata hitam—sopir—menyuruhnya untuk masuk. Gadis itu hanya mengangguk. Mobilnya mundur perlahan, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Gadis tujuh belas tahun itu merasakan getaran yang berasal dari ponselnya. Merasa bahwa itu adalah telefon dari seseorang yang amat penting, tangannya meraba masuk ke sakunya dan memasang di telinga kirinya.

Beberapa kalimat serta candaan keluar dari mulut gadis itu, sementara sopirnya yang duduk di depan hanya tergeming.

Sebuah mobil sedan merah gelap mengikutinya dari arah belakang, melaju dengan kecepatan amat berbahaya. Sadar akan hal itu, sang sopir hanya mendapat kebingungan.

Sebuah tangan yang menggenggam revolver hitam keluar dari arah kaca mobil yang terbuka. Dan terdengar beberapa ledakan yang keluar dari revolver itu.

Gadis itu terkejut kaget serta terlihat gelisah di atas mobil itu. Sang sopir langsung membanting stir dan menambah kecepatan kendaranya dari yang biasanya.

Peluru yang terlontar cepat tepat mengenai ban mobil gadis itu. Dan yang terjadi sebuah kecelakaan yang disertai ledakan. Nyawa sopir dan gadis itu tak menentu di dalam mobil yang terbakar.

Siapa sangka, tubuh gadis itu melayang keluar lewat kaca depan mobil bersama sebuah titik api yang menyala di lengan atasnya. Tak lupa sebuah cahaya hijau yang terpancar di sekeliling tubuhnya. Ia terkena sihir.

Di sisi lain, sebuah tangan sedang memainkan tongkat kecil sambil mengucapkan sesuatu yang membuat gadis itu perlahan jatuh ke aspal, dan membuat api yang berada di lengannya padam.

Lelaki berjubah hitam itu juga mengeluarkan sopir Jizel dan langsung mengobati luka bakar yang dialaminya dengan kekuatan sulapnya.

Tak lebih dari satu menit, mobil sedan berwarna merah gelap yang berisikan penembak revolver tadipun meledak seperti mobil yang dikendarai oleh Jizel. Api yang dihasilkan yang besar sehingga sulit dipadamkan meskipun hujan. Lebat masih berlangsung saat itu.

__

Jizel mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum sepenuhnya ia bisa melihat apa yang ada di hadapannya dengan benar. Tak salah. Kini ia memang benar berada di rumahnya. Tepatnya, di dalam kamarnya. Bagaimana bisa? Bukannya dia baru saja mengalami kecelakaan? Apakah itu hanya mimpi? Namun, kenapa rasanya tadi seperti kenyataan?

Fantasy Collaboration {Event 6}Where stories live. Discover now