Hai hai kembali lagi di cerita ini.
Maaf ya apdet nya lama.
Jangan lupa vote & comment ya.Happy reading♡
~~~~~~~
Lamunan raina terhenti ketika suara bu ranti terdengar. Ia jadi gelagapan sendiri.
"Raina kamu duduk di depan bian ya." Ucap bu ranti.
"Eh iya bu, terima kasih." Raina berucap seraya tersenyum.
'Oh jadi Bian nama cowok itu' batin raina.
Raina berjalan menuju bangku tempat ia duduk. Ia melihat sebentar ke arah Bian yang sedang fokus mengobrol dengan teman sebangkunya.
"Hai, aku Raina. Nama kamu Bian kan? Aku boleh duduk disini?" Raina berkata dan bertanya sambil tersenyum.
Bian melirik ke arah Raina sebentar lalu melanjutkan lagi obrolannya. Mata Raina terbelalak, ia merasa dikacangi oleh cowok itu.
"Ehem" dehaman Raina didengar oleh Bian tetapi tetap saja diacuhkan oleh Bian.
"Maaf kalo aku ganggu kamu ngobrol. Aku duduk disini ya." Ujar Raina pada Bian dengan pandangan sendu.
Buan merasa jengah dengan sikap cewek didepannya itu yang menurutnya itu sangat mengganggu.
"Bentar ya bro." Ucap Bian pada teman ngobrolnya tadi. Lantas temannya mengangguk.
Bian menatap dingin ke arah Raina yang memandangnya dengan penuh harap.
"Lo tuh ganggu banget sih! Kalo mau duduk ya duduk aja! Ribet banget sih." Ketus Bian.
"Aku--" belum sempat Raina menyelesaikan ucapannya, suara Bu Ranti memotongnya.
"Raina, kenalannya dilanjutkan saat istirahat saja ya. Sekarang kamu silahkan duduk." Ujar Bu Ranti.
Raina yang tadinya memandang ke arah Bian kini arah pandangannya menuju Bu Ranti.
"Iya Bu."
"Baik anak-anak sekarang kita lanjutkan pelajaran kita hari ini." Bu Ranti kembali berucap tapi bukan hanya pada raina melainkan pada semua murid kelas X IPA 1.
"Iyaa Buu."
-------
Kringg
Bel sudah berbunyi menandakan jam pelajaran sudah habis. Waktunya istirahat.
"Anak-anak pelajaran kita hari ini sampai disini dulu, akan kita lanjutkan besok lusa." Tutur Bu Ranti.
Terlihat semua murid berbondong-bondong menuju ke kantin untuk istirahat. Tapi tidak dengan Bian, ia lebih memilih mendengarkan lagu di iphonenya menggunakan earphone.
Raina juga bingung sendiri, biasanya orang lebih memilih untuk beristirahat di kantin daripada menetap dikelas.
"Kamu gak ke kantin?" Tanya Raina pada Bian.
Bian merasa ada yang bicara padanya memilih mendonggakkan kepalanya untuk melihat siapa yang bertanya tadi karena suara tadi kurang terdengar jelas saat ia memakai ear phone. Bian melepas ear phonenya.
"Lo ngomong sama gue?" Tanya Bian pada Raina seraya menunjuk raina dan dirinya sendiri.
"Iya."
"Oh" hanya itu tanggapan Bian lalu kembali memasang ear phonenya. Raina hanya tercengang mendengarnya.
"Aku kan nanya sama kamu, kamu gak ke kantin? Tapi kamu jawabnya cuma 'oh' doang." Raina berucap dengan lesu lalu saat ingin berbalik.
Bian melepas ear phonenya lalu meletakkan benda tersebut di atas meja belajarnya. Tangannya refleks menahan tangan Raina.
"Gue males ke kantin." Ucap Bian datar.
"Ke..kenapa?" Tanya Raina saat sadar tangannya dipegang oleh bian. Bian yang sadar akan itupun kaget lalu melepaskan tangannya dari tangan Raina.
"Sorry." Bian berujar datar.
"Eh iya gak papa kok."
"Ya gak kenapa kenapa juga. Males aja. Dan lo kenapa gak ke kantin?" Ucap Bian datar lagi.
"Aku sebenernya mau kekantin tapi aku takut dibully." Raina berucap dengan wajah yang lesu.
"Kenapa takut. Biarin aja kali." Bian berucap dengan pelan tapi tersirat kemarahan.
Entah kenapa, Bian merasa ia tidak suka melihat orang yang suka dibully. Kalau pun di bully karena ada alasan, harus diselesaikan baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Without Reason
Teen Fiction" Sesungguhnya luka mengajarkan kita akan satu hal, cinta tidak akan pernah memilih tempat dimana ia akan berada." - Raina Adriani "Perbedaan diciptakan agar kita berusaha lebih untuk belajar mencintai sesama dan setelah aku tahu apa artinya perbeda...