PA. 2 INI AKU

51 4 17
                                    

Malam itu adalah malam yang menyenangkan sekali. Ku rasakan hidupku lebih bermakna setelah malam itu. Sungguh, malam yang tak terlupakan.

Aku baru mencobanya lagi, setelah satu tahun ku tak lakukan hal sehina itu. Hal apakah itu ?  Sayangnya, aku hanya melakukannya sebentar. Itu karena aku mabuk.

Aku tak sadar apa-apa lagi setelah tertidur dan aku sudah ada di depan kamar hotelku ketika ku terbangun. Membingungkan. Sangat lelah badanku ini dan sangat pegal.

Ku rebahkan badanku sebentar setelah aku bangun.  Ku tatap jam dinding kamarku, menunjukan pukul 10.06. Ku tegakkan diriku dan mandi.

Aku keluar ruanganku.  Hari ini aku berpakaian kasual rapi. Ketikaku berjalan, langkahku terhenti pada lift yang terasa sangat bersih pagi ini. Akupun berjalan keluar melewati beberapa pegawai.

" Pagi Tuan Franklin !", sapa resepsionis padaku.

" Pagi juga Leoni, kau tampak cantik hari ini !" godaku kepada wanita cantik itu tapi aku tak tertarik padanya. Dia memang cantik,  tapi dia sangat egois,  kecuali padaku.

" Hari ini anda akan pergi kemana , Tuan ?" balas godanya padaku dan keluar dari meja kerjanya, kemudian mendekatiku. Ditempelkannya tubuh itu padaku,  dan aku sedikit tergoda.

" Aku akan bermain-main hari ini, ada apa ?", tanyaku karena aku curiga ia tahu kebiasaan malamku.

" Tidak, aku hanya bertanya saja, aku ingin tahu , apa yang kau lakukan di mansion itu setiap malam ? " elaknya padaku mencoba menyembunyikan perasaannya. Ia menyukaiku,  tapi aku tak menyukainya.

" Aku hanya bermain mencari peruntunganku setiap malam, hahaha..." tawaku kemudian aku tersenyum padanya dan dia balas senyumanku.

Ku lanjutkan perjalananku. Langkah-demi langkah aku lalui. Akupun akhirnya terhenti pada salon perempuan milik kenalanku.

Meskipun distrik ini sangat suram,  tapi terasa seperti distrik biasa.  Perbedaannya hanyalah kebebasan. Sama halnya distrik lain,  mencari uang di sini akan sulit dengan kejujuran. Jadi,  jangan menganggap suatu hal itu sulit atau terlalu mudah dalam mencari uang, karena itu relatif.

" Selamat pagi, kamu mau bawakan ini untuk Regina ?" sapa Rienne sang pemilik salon padaku .

" Tahu dari mana kamu, aku memang ingin ke rumah Regina ? " aku terkejut karena sepertinya ia tahu apa keinginanku.

" Iya, aku bisa membaca pikiranmu, hahahaha!" candanya yang disusul tawa dengan kerasnya. Tawa keras dengan serak memberat.  Tawanya yang sangat khas.

" Ee .... Umm, baiklah. Aku pergi dahulu !" aku terkejut atas apa yang ia katakan dan meninggalkannya tanpa bertatap muka.

Kulanjutkan langkah kakiku.  Tak terasa begitu jauh ku melangkah. Tapi  aku terus berjalan.
.
.
.
.
.
.
.
.

∆∆∆∆

" Tok .. Tok .. Tok..",  ketukan tanganku pada pintu rumah yang tak terlalu terawat. Rumah kecil dengan pintu kuning berbordir.

" Iya, sebentar !", teriak wanita dari dalam rumah yang terdengar sangat kencang.

Ia datang dan membukakan pintu padaku.  Tanpa melihat wajahku terlebih dahulu,  ia lebih memilih melihat benda yang aku bawa ini.

" Hai, Regina!" sapaku sopan. Meski ini adalah distrik terbuang, ku rasa tak ada salahnya menjadi sopan.

" Oh...siapa ya, anda ?" tanyanya sambil mengingat ingat wajah diriku. Ia mulai menerka dan mengingat bentuk dan ciri wajahku ini.

Tak lama kemudian, ia mendekatiku, menerkaku lagi, dan terus mencuri dayaku, dengan wajah cantik dengan rambut blonde hitam terurai dengan mata sayu berwarna biru bercahaya.

" Apakah anda Tuan Franklin Lovaann ?" tanyanya dengan agak bingung dan menggaruk-garuk kepala.

" Ya, saya Franklin. Halo Regina. Rupanya, kau mulai lupa denganku. Ini pesan dari kakakmu, Rienne " jawabku sambil menyodorkan bungkusan kotak berwarna biru muda.

" Jalan hari ini sangat bersih " kata Regina dan menatapku santai.
" Merah muda yang indah " kataku asal dan mengedipkan mataku padanya. Itu hanyalah kiasan.

" Silahkan masuk, akan ku hidangkan roti jahe dan secangkir teh, tolong ?", pintanya padaku dan tersenyum misterius.

" Terima kasih, pane cake lebih enak. Baiklah " jawabku dengan bercanda.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

∆∆∆∆

" Terima kasih Regina, sampai jumpa lagi !" seruku padanya dan meninggalkannya. Aku pergi pukul 10 pagi. Agak siang. Aku pulang dari rumah wanita itu pukul 4 sore. Kurasa agak aneh. Mungkin..ah sudahlah. Tapi , aku sudah di hotelku. Aku harus pergi lagi. Ini saatnya aku pergi ke mansion itu.

" Mansionkah , Tuan ?", tanya Leoni padaku.

" Itulah kerjaanku, mau apa lagi ?", tanyaku balik padanya agak melengking karena aku ingin segera berangkat.

" Sudahlah, aku pergi dahulu !", seruku agak keras , aku sudah terlambat dan mulai kesal dan meninggalkan tanda tanya pada Leoni. 

Ku berjalan dengan tergesa-gesa.  Ku tuju mobil putih yang terparkir pada parkiran hotel ini.

" Grekkk...", aku membuka pintu mobilku. Aku baru beli mobil tadi. Regina adalah sales mobil. Dan dia, Regina, adalah orang yang terpercaya, ia wanita yang handal dalam otomotif.

" Ayo, secepat apa kau, Ferrari?", tanyaku pada mobil baruku , Ferrari Galardo warna putih ini. Ku melesat jauh dan akhirnya akupun terhenti sejenak pada suatu tempat.
.
.
.
.
.
.
.
.

∆∆∆∆

" Woww.., mobil baru, Tuan !" seru pria kekar kemarin dan merangkulku.
Aku ini benar- benar hina, atau bukan. Sudahlah.

" Kali ini, aku bawa asnya, dan kau jokernya. Kita akan menang lagi." katanya padaku kemudian menciumku.

" Baiklah, kita masuk priaku !" seruku dan aku memulai kerjaku. Inilah aku, tapi siapa aku, siapa dia, dan ada apa dengan mansion ini ?

Nb :

Hai, ini update keduaku. Agak berbeda, ya ? Mohon bantuannya.
Salam dariku

I'am Not a Bitch LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang