Love-in-a-mist

2K 130 5
                                    

Love-in-a-mist memiliki arti kebingungan. Seperti berjalan tanpa arah, mengikuti kelinci putih hingga akhirnya terjatuh ke dalam lubang hitam dan tak bisa kembali lagi. Seperti kamu yang menjadi intuisiku, sebelum aku tersadar bahwa semua hanya kebingungan semata. Aku tersesat, dan kamu … sebenarnya tidak pernah ada disana.

***

AUTHOR’s POV

Hampir 15 menit berlalu dan Lily masih tidak bergerak untuk sekedar membuka pintu di hadapannya. Yang ia lakukan tidak lebih dari menggenggam gelisah sebuket bunga matahari serta menatap ragu pintu tersebut.

Siang ini, Lily diminta oleh Anggi untuk menjenguk Kala karena Anggi disibukkan dengan remedial juga mengejar tugas-tugas yang tertinggal. Mau tak mau Lily pun menyetujuinya dan disinilah ia sekarang, berdiri di depan pintu kamar rawat Kala seperti orang bodoh.

“Lily?”

Sang pemilik nama terlonjak kaget mendengar suara berat seseorang memanggil namanya. Lily menoleh dan ia dapati Sauzan dengan senyum kecil diwajahnya. Tanpa Lily sadari wajahnya merona samar melihat senyum itu.

“Kok gak masuk, Ly?” Sauzan bertanya ketika ia sudah berada disamping adik kelasnya itu.

“K-kenapa memangnya? Bukan urusanmu, ‘kan?” Lily membuang muka dengan angkuhnya. Buket bunga di dalam genggamannya ia pegang lebih kuat dari sebelumnya.

“Bunga matahari?” Sauzan tertawa kecil. Makin kesini Sauzan tidak membenci Lily lagi, apalagi saat mengetahui Lily adalah sumber semangat temannya untuk tetap bertahan dan berusaha sembuh.

“Ada yang salah, Tuan?” sinis Lily menyembunyikan bunga tersebut di balik punggungnya. “Memangnya situ bawa apa? Mawar hitam, hm?”

“Lain kali bakal gue kasih lo mawar hitam,” balas Sauzan dibalas delikan tajam Lily yang menurut Sauzan itu lucu. Aneh rasanya melihat sisi lain gadis dihadapannya ini selain menyebalkan.

“Sebelum itu, Lily yang akan mengirim seribu mawar hitam kerumahmu. Huh!” Lily menyibak pelan rambutnya yang digerai dengan angkuh sebelum membuka pintu kamar rawat Kala tanpa pikir panjang seperti tadi. Kehadiran Sauzan ternyata cukup membuat rasa gugupnya pergi.

Di dalam ruangan itu, Kala sedang menonton Televisi. Melihat ada seseorang yang datang membuatnya menoleh. Dan, ketika ia mengetahui orang itu adalah Lily, senyuman merekah diwajahnya yang pucat dan tirus. Jelas terlihat lelaki itu senang sekali.

“Hai, Ly,” sapa Kala lirih saat Lily sudah berada berdiri di dekat kasurnya.

“Lily kemari karna disuruh oleh Anggi. Bukan bermaksud menjenguk atau apapun kok!” Lily menatap Kala dengan sorot serius seperti anak kecil yang melihat suatu hal baru. “Kamu semakin jelek saja, Kal. Kurus dan pucat─akh!” Lily mengusap kepalanya yang barusan dijitak oleh Sauzan. “BEGO! NGAPAIN SIH KAMU?!” teriak Lily tak terima atas perlakuan Sauzan.

“Lo ngaca dulu gih sana. Lo tuh juga kurus dan pucat. Ditambah lo itu pendek dan nyebelin. Yang artinya lo lebih jelek dari Kala.”

Kala tertawa lemah mendengar ejekan yang diberikan Sauzan untuk Lily. Apalagi saat Lily begitu kesal hingga wajah manisnya memerah serta kakinya tanpa ampun menendang tungkai Sauzan, membuat lelaki itu meringis kesakitan dan melompat-lompat dengan satu kaki lainnya.

“Kalian terlihat lebih akrab dari sebelumnya,” ucap Kala membuat kedua orang itu menoleh. “Gue seneng lihatnya.”

“Kami tidak akrab dan Lily sama sekali tidak senang!” seru Lily melirik sinis Sauzan disebelahnya. “Sudah ada Sauzan, ‘kan? Lily pulang sekarang.”

PainHealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang