Pada saat kecil kita belajar untuk mengenal orang-orang di sekitar kita dan pada saat dewasa kita mulai belajar untuk mengenal kenyataan dari orang-orang di sekitar kita.
Seperti pada saat ini Alessia dan orang-orang di sekelilingnya. Perempuan itu menoleh kepada laki-laki yang masih duduk di sebelahnya.
Mengamati laki-laki yang masih mengenakan seragam dan juga masih terlihat betah duduk di halte bis.
"Kenapa lo masih di sini?" tanya Alessia.
Alessia melihat Dearly yang perlahan-lahan menolehkan kepala kepada dirinya. Mata mereka bertemu dan Alessia baru menyadari bahwa kulit laki-laki itu jauh lebih putih dari dugaannya.
"Lo nanyain gue?" balas Dearly.
Alessia menyipitkan matanya dan tidak menjawab. Terdengar tawa dari Dearly, menampakan deretan gigi laki-laki itu yang rapi.
"Kalau gue pulang, lo mau ikut?"
Pertanyaan Dearly membuat Alessia semakin menyipitkan matanya.
"Gue ga ngerti," kata Alessia.
"Apa?" balas Dearly.
Alessia menahan dirinya untuk tidak terdengar menyebalkan karena sejujur bersikap menyebalkan itu sangat melelahkan terlebih pada laki-laki yang duduk di sebelahnya saat ini.
"Sebenarnya apa yang ada di dalam kepala lo?"
"Tentang diri lo atau-"
Alessia menyela kalimat Dearly sebelum laki-laki sempat menyelesaikannya.
"Tentang diri lo sendiri," balas Alessia.
Dearly tidak mengatakan apa pun, laki-laki malah membalas Alessia dengan pertanyaan
"Lo barusan bilang tentang orang yang baik di depan tapi busuk di belakang. Apa menurut lo, gue juga orang yang kayak gitu?"
"Gue bukan peramal dan gue ga kenal lo."
"Tapi gue kenal lo dan gue tahu lo-"
Lagi-lagi Alessia menyela kalimat Dearly dengan cepat dimana terdengar sedikit kasar.
"Lo ga tau apa-apa tentang gue."
"Gue udah denger banyak hal tentang lo."
Alessia terdengar mendengus pelan sebelum kembali menatap kepada Dearly dengan tatapan sedikit malas.
"Apa yang lo denger belum tentu benar."
"Gue tau dan gue ga pernah bilang kalau apa yang gue denger itu pasti benar," tuntas Dearly.
Kalimat Dearly membuat Alessia menatap kepada laki-laki itu dan menghela nafas panjang.
Entah kenapa ia merasa sedikit lega meski sejujurnya ia tidak peduli apa yang dipikirkan oleh laki-laki itu tentang dirinya namun apa yang dikatakan oleh Dearly barusan memberi sedikit hiburan untuk Alessia.
Alessia meraih kantong plastik dan kemudian mengeluarkan minuman dari dalam sana, membuka tutupnya dan meneguk cairan dingin itu dengan rakus setelah ia hampir menghabiskan setengah dari isinya, Alessia menjauhkan botol itu dari mulutnya.
Menoleh kepada Dearly dan mendapati laki-laki itu tengah menatapnya.
Tatapan mereka bertemu dan Alessia tampak memiringkan sebelah kepalanya dan kemudian tanpa aba-aba, perempuan itu mengeluarkan suara sendawa dari mulutnya tepat di hadapan wajah Dearly.
Dearly sontak memalingkan wajahnya dan memutar kedua bola matanya sambil menjepit hidungnya dengan dua jarinya sedangkan sebelah tangannya mengibas-ngibas di depan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERRORIST
Teen FictionThey said find someone that understand you at your worst and cherish at your highest. And here is Dearly for you. Alessia. © Copyright 2016, NOIR13.