2. Not Superhero, Just..

32 7 7
                                    

🐘🐘🐘

Setelah sehari di rumah grandma kurasa tidak sepenuhnya hal buruk menimpa liburanku. Ternyata pemandangan disini jauh lebih indah dari Miami ataupun Hawai.

Desiran pasir pantai mengenai arus laut sehingga menimbulkan suara yang sangat indah sangat khas layaknya berada di pantai. Burung swallow pun bertebangan kesana kemari menyusuri langit dengan bebasnya.

Aku menghirup udara sambil menggeliat kecil. Menikmati suasana pagi di Kuba untuk pertama kalinya. Sedangkan grandma masih sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

"Pagi grandma, istirahatlah biar aku yang menyiapkan sarapan kali ini." kataku yang menghampiri grandma.

Aku bersandar di tembok yang mengarah ke tempat grandma sedang menyiapkan satu pancake untuku.

"Tidak perlu. Aku tidak ingin menghanguskan rumah kecilku ini hanya karena kau lupa mematikan oven." ucapnya sambil tertawa kecil meledeku.

Aku terkejut.

Darimana dia tahu. Bukankah tempat ini sangat minim komunikasi? Bagaimana bisa orang tuaku bercerita hal konyol itu pada grandma. Pikiranku terus berkecambuk.

"Darimana kau tahu?"

"Dari siapa lagi kalau bukan ayah dan ibumu yang bawel itu." grandma kini sudah selesai menyiapkan pancake itu dan berbalik menaruhnya di atas meja makan. Aku mengikutinya kemudian duduk di sampingnya.

"Itu tidak sengaja asal kau tahu." sambil memakan pancake itu aku menjawabnya. Tapi aku heran mengapa hanya ada satu pancake. Seharusnya kan ada dua. Satu untuku dan satu lagi untuknya. "Grandma, ngomong-ngomong soal sarapan, mengapa hanya ada satu? Kau tidak makan?"

"Aku sudah makan, kau tenang saja. Makanlah yang banyak." timpalnya yang hanya tersenyum padaku.

Aku tidak tega. Maka aku memotong sebagian pancake miliku lalu menaruhnya di satu piring lainnya dan memberinya pada grandma. "Kau juga harus makan jika ingin melihat aku makan banyak." kataku sambil memberi pancake itu di depan tangannya.

"Baiklah jika kau memaksa."

"Right.." aku mengacungkan kedua ibu jariku padanya setelah dia menerima pancake yang aku berikan. Kemudian kami menceritakan satu sama lain cerita yang kami punya dan terkadang kami tertawa sangat kencang karenanya. "Oh ya grandma, setelah sarapan aku ingin berjalan-jalan keliling tempat ini ya. Bolehkan?" pintaku.

"Tentu saja sayangku."

"Kau yang terbaik grandma!" aku menghampirinya lalu memeluk dengan erat.

🐘🐘🐘

Kakiku menelusuri setiap butir pasir pantai tanpa mengenakan alas kaki. Menikmati desiran ombak yang bergerak begitu bebasnyan. Tapi itu semua sirna ketika beberapa pemuda yang umurnya kira-kira lebih tua dariku menghampiriku. Dengan senyum sinis mereka mendekat ke arahku.

"Hai gadis manis, sedang berjalan-jalan? Mau kita temani?" katanya yang sesekali melihat pada teman-temannya yang ada dibelakang.

"Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri."

"Benarkah? Ayolah kita tidak akan macam-macam denganmu." jawabnya sambil tersenyum sinis tidak meyakinkan.

Kemudian mereka semakin mendekat ke arahku. Aku bingung harus lari lewat mana karena tiba-tiba saja semua kawanan mereka telah mengepungku. Aku berusaha mengambil ponselku dari dalam tas. Menekan beberapa digit nomor kemudian aku menekan  'Call'. Berulang kali aku menghubungi ponsel grandma tapi tidak bisa. Sampai aku menyadari bahwa disini tidak ada koneksi yang memadai. Disitu aku mulai panik dan tidak tahu harus bagaimana. Yang aku lakukan hanya melempar mereka dengan pasir-pasir pantai. Berniat mengelabui mata mereka kemudian setelahnya aku bisa kabur. Tapi rupanya caraku belum maksimal. Hampir saja aku berhasil kabur tapi di saat yang sama juga tanganku diraih seseorang. Mencengkram lenganku begitu kuat. Membuat aku tidak bisa berkutik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Summer Date.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang