Suara decitan sepatu dengan iringan musik yang lirih di ruang latihan samar-samar masih terdengar. Diruangan itu hanya ada beberapa lampu yang menerangi. Lantai penuh dengan keringat dan tertinggal beberapa jejak kotor diatasnya. Sang pemilik tak peduli dengan itu meskipun seluruh kaos putihnya sudah basah kuyup. Memperlihatkan bagian atas tubuh yang dibasahi peluh."Shit."
Umpatan itu keluar dari mulutnya ketika ada pola gerakan terlewati. Geram sekali dibuatnya. Tak jarang ia melemparkan kekesalannya dengan terus menggerakkan tubuh.
Tanpa henti. Tanpa istirahat.
"Johnny? Apa yang kau lakukan?"
Gerakannya terhenti seketika saat tiba-tiba lampu menerangi seisi ruangan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang menusuk. Pekikan kecil terdengar. Memegangi kepalanya yang terasa sakit Johnny berusaha mencari siapa pelakunya. Lalu ia menemukan Kai yang berdiri diambang pintu. Ia sama sekali tidak menyadari kehadirannya karena terlalu sibuk.
Pemilik suara itu mendekati Johnny lalu memegangi pundaknya dengan hati-hati untuk memeriksa. "Kau baik-baik saja?"
Manik cokelat itu hanya menatap hyung-nya frustasi. "Tentu."
Berdecak cukup keras Kai tahu itu bohong. Penampilan Johnny yang kacau mengatakan semuanya. "Lihatlah. Kau harus beristirahat. Bagaimana jika kau ketahuan?"
Johnny tahu ruang latihan tidak boleh digunakan setelah jam 10 malam. Tapi ia tetap melakukan latihan tanpa coach. Baginya hari ini adalah hari yang sangat buruk. Buruk sekali. Siang tadi ia mendapat pesan dari ayahnya yang berhasil membuatnya naik pitam.
Sudah beberapa bulan Johnny memiliki konflik dengannya. Dan sampai saat ini belum berakhir. Sebab itu ia merasa frustasi.
"Kenapa kau nekad berlatih sampai selarut ini?" Kai memecah lamunan Johnny.
Johnny terdiam beberapa saat. Arah tatapannya hanya lurus kedepan. "Aku... belum cukup menguasai koreonya."
Kai mengangkat salah satu alisnya. Dia menghela napasnya agak kasar. "Aku juga. Tapi kau tahu melanggar peraturan itu bahaya sekali. Mari kita kembali ke dorm saja. Ganti pakaianmu jika tidak ingin sakit."
Kai berusaha menarik lengan lemas Johnny. Tapi Johnny menahannya, ia menolak tarikan Kai. "Aku bisa sendiri."
"Oh, baiklah."
Setelah semua lampu dipadamkan mereka berdua meninggalkan ruang latihan. Johnny terlihat begitu emosi dan kelelahan. Latihan hari ini juga terbilang cukup menguras tenaga apalagi Johnny yang menambah porsi latihan hingga dini hari. Karena itu Kai agak menjaga jarak dan terciptalah kesunyian diantara mereka selama perjalanan.
Johnny adalah salah satu teman trainee Kai. Perbedaannya adalah Johnny bukan orang dengan kewarganegaraan asli Korea. Ia berasal dari Chicago, Amerika. Dari sekian trainee asing lainnya Kai melihat Johnny sebagai seseorang yang tidak mudah menyerah. Sangat jarang dia melihat Johnny dalam keadaan emosi. Memang kemungkinan seseorang akan mencapai suatu titik jenuh itu ada. Dia yakin temannya ini bisa melewati masa trainee dan akan melakukan debut.
Tapi setelah daftar trainee yang akan debut secara resmi diumumkan Kai merasa tidak enak dengan Johnny. Karena mereka telah mengikuti rangkaian training yang panjang dan tentu saja melelahkan. Bagaimana rasanya ditinggal debut oleh teman seperjuanganmu?
Kai menggaruk belakang kepalanya dan berdeham halus. "Kalau ada sesuatu yang ingin kau ceritakan, katakan saja."
"Tidak ada." Johnny menjawabnya dengan cepat. Ada sesuatu yang disembunyikan dari nadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
FanfictionSetiap orang memiliki impian yang ingin diraih. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa keraguan yang menghantui dapat membuatmu ingin segera melepas ambisi pengejaran mimpi fana itu. "Pikir kembali alasan yang dapat membuatmu bertahan hingga saat ini, Youn...