8.SEMUA KEMBALI PADA PEMILIK HATIPrilly membulatkan matanya, nafasnya tercekat. Seseorang yang membuat Ali uring-uringan beberapa hari terakhir kini ada didepannya. Seseorang yang telah menolongnya, seseorang yang juga harus ia balas budinya. Laras, ya dia Laras, bukan Prilly tak senang Laras pulang. Hanya saja yang membuat Prilly syok adalah bagaimana keadaan Laras sekarang.
“Mbak Laras”
“Prill, hai gimana kabar kamu?”
“Siapa Prill? Laras? Sayang ya ampun kenapa bisa begini?” Prilly menggeser tubuhnya ketika Ali jongkok menghampiri Laras yang duduk dikursi roda dan didorong seorang wanita yang mengaku asisten Laras.
“Mas, aku kangen” Laras memeluk Ali erat, begitupun sebaliknya. Dan Prilly hanya berdiri kaku dan mematung menatap dua insan mengupas rindu.
“Mas, Mbak Laras nya dibawa masuk dulu. Saya siapin minum dulu ya” Prilly menekan dadanya kuat, berharap rasa itu perlahan menguar hilang bersama helaan nafas, tapi ternyata rasa itu melebur menjadi bulir air mata. Kenapa rasanya begitu menyiksa? Bukankah Ali itu bukan miliknya? Ali hanya butuh jasa Prilly sebagai ibu cadangan, apa boleh bicara seperti itu. Prilly berbalik menutup pintu saat Ali mendorong kursi roda Laras, bahkan Ali meninggalkan beberapa barang Laras dikoper, koper itu memang berat, tapi Prilly merasa bahwa beban hidup nya lebih berat, dengan sekuat tenaga menggeret 2 koper sekaligus membawanya keruang tamu. Dimana Ali dan Laras duduk berdua dan bercengkrama.
“Mbak mau saya buatin minum apa?”
“Ya ampun Prill, kenapa kamu yang bawa tas nya? Kan bisa pak Ujang nanti bawain. Panggil bik Sum aja kamu duduk sini mbak mau cerita”
“Gpo mbak sekalian jalan, saya juga kuat kok. Mbak kebetulan bik Sum lagi kepasar, biar saya ambil mbak mau minum apa?”
“Air putih hangat aja Prill, sekalian tolong siapin makan siang kita yah” bukan Laras yang menjawab tapi Ali. Dan Prilly hanya mengangguk samar, masih diingat tadi pagi sikap Ali yang manja dan kini hilang.
“Baik Mas, mbak saya kedapur dulu ya”
Sesampainya didapur tangis Prilly pecah, rasanya begitu menyiksa. Hatinya terasa seperti luka yang sudah siap disiram garam setiap saat. Bodohnya ia, harusnya dulu tetap pada tujuan awal, tapi sekarang mundur pun tak mampu. Apalagi nanti jika ada bayi yang meringkuk nyaman dirahimnya, apakah rela diberikan kepada orang lain?
“Loh ko malah nangis disini, tamunya mana?”
“Eh ibu, itu anu bukan tamu. Mbak Laras pulang” Ibu mengangguk mengerti, mengusap rambut Prilly yang duduk dikursi sambil menangis.
“Yang sabar Kak, semua ada masa nya, ada waktu nya. Kita juga harus sadar, nak Laras yang membawa kita. Hidup kita lebih terarah setidaknya masa depan kamu jelas Kak”
“Bu harusnya aku ga boleh suka sama Mas Ali, ga boleh jatuh cinta ya bu? Mas Ali suami orang. Tapi kenapa aku ga bisa bu? Gimana kalau aku hamil, terus bayinya mereka ambil bu? Aku ga mau bu.”
“Hust nyebut Kak, istighfar. Kita ga boleh berburuk sangka. Ssst jangan nangis, udh mending kamu masuk kamar biar ibu yang bawa minum kedepan. Muka udah pucet begitu, sana tidur! “
“Tapi bu, nanti mbak Laras curiga”
“Engga nanti ibu bilang kamu ngga enak badan. Sudah ya ga usah nangis” Prilly mengangguk bangkit berjalan menuju kamar ibu. Tidak mungkin Prilly tidur dikamarnya, yang jelas dikamar atas dan pasti melewati ruang tamu untuk naik tangga.
*
Ali menatap nanar pada wajah pucat Laras yang kini berbaring disampingnya. Setelah makan siang Ali dan Laras hanya berdiam dikamar.
Kaki kanannya di gips karena mengalami patah tulang, serta perut bagian bawahnya masih terbungkus perban karena luka akibat kecelakaan yang Laras alami. Tadi Laras cerita, kejadian itu 2 minggu lalu, saat Laras berniat pulang setelah selesai mengikuti les masak. Seperti biasa Laras menaiki taxi untuk sampai di apartemen miliknya. Namun naas terjadi tabrakan dengan mobil lain hingga mobil yang Laras tumpangi oleng dan menabrak pembatas jalan. Laras dirawat 2 minggu karena luka dibagian perutnya yang lebar. Pisau yang Laras bawa setelah les masak ternyata menyayat perutnya hingga harus dioprasi. Dan kaki kanannya mengalami patah tulang, untuk Hp yang Laras bilang hilang nyatanya hancur entah kemana. Tapi Laras tak memberi tahu Ali dengan alasan pasti Ali akan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR LAIN (slow Update)
RomanceTAKDIR LAIN. SINOPSIS. Kisah klasik tentang cinta dan takdir yang berlawanan. Tentang 1 atau 2 keyakinan yang berlainan. Dan tentang dia pemuja cinta, serta dia penolak cinta. Rasanya sangat sempurna, ada kamu dan aku yang terlahir jadi kita. Nam...