'Sial sial sial... Kenapa aku harus terlambat sih...'
"Naru-chan... "
Pintu kamar itu diketuk berapa kali. Nggak keras sih tapi cukup buat yang empunya kamar panik kocar kacir. Salahkan jam bekernya yang mati pada saat yang nggak tepat. Harusnya dia bangun satu jam yang lalu.
"Naru-chan... Kamu tidak sakit kan?"
" Aku tidak apa-apa kaa-san. Maaf aku sedang ganti baju..."
"Baiklah. Sarapan sudah siap. Tinggal Naru-chan yang belum turun. Kami tunggu dibawah ya"
Meski suaranya dia buat setenang mungkin aslinya sudah berbagai makian dia pikirkan. Merutuki nasipnya yang apes di pagi ini. Belum lagi rambutnya yang emang susah buat dirapiin. Astaga tak dapatkah rutinitas paginya tidak serumit ini. Akirnya jalan pintas dibuat, rambut panjanngnya hanya dia kepang menjadi satu, meskipun itu akan mempertegas lehernya. Tapi apa boleh buat.
" Dari dulu style baju kaya gitu mulu g bosen?"
"Eh. Kenapa aniki...? Itu karena aku tidak suka kalau leherku kena angin. Hehe"
Sedangkan sang ibu hanya memandang putrinya dengan perasaan miris. Anaknya ini cantik lho. Tapi kenapa selalu berpenampilan seperti ini. Rambutnya yang panjang dikepang satu longgar saking longgarnya nutupin telinga sama lehernya. Belum lagi kacamata yang nggak ngehits, super gede ampe bener-bener nutupin Iris biru indah dibaliknya. Nggak lupa pula daleman turtleneck yang sukses nutupin seluruh lehernya. Padahal bukan biasanya cewek seumuran anak perempuannya ini udah mulai pakai baju yang nyeleneh, aneh bin ajaib yak. Terus juga minta uang saku ditambah supaya dia bisa belanja style kekinian ato nggak segala jenis make up yang pasti bikin puyeng klo dijabarin atu-atu.
" Shika-kun, hari ini hari pertama adikmu masuk sekolah sebagai kakak kau harus menjaga adikmu."
"Aku sudah tingkat tiga kaa-san. Kelasku berbeda lantai dengan Naru. Jadi-"
"Shika-kun"
Semua orang berhenti. Dua pasang mata menjuru kearah sang ayah. Klo kaa-san mereka udah mulai marah-marah yang bisa meredam cuma sang ayah.
" Sayang. Naru-chan kan sudah besar. Dia bisa jaga diri sendiri. Benar kan Naru-chan..."
"Jangan kawatir kaa-san. Naru pasti bisa semuanya sendiri. Lagipula Naru berangkat dan pulangkan selalu bersama aniki."
"Baiklah. Naru, Shika... Kalian sudah selesai sarapan kan? Akan otou-san antar sampai stasiun."
Dan satu keanehan lagi. Anak perempuannya ini susah banget kalau makan. Padahal badannya udah sekurus itu. Dia bukan tipe anak yang suka pilih-pilih makanan, meski begitu nggak pernah sekalipun makanan yang dikasih ke dia habis. Paling banyak tinggal setengah dan itu pun udah kaya dihitung perkalori sama dia. Meski dia bukan keturunan kandung keluarga Nara. Ternyata kepintarannya masih diatas rata-rata.
"Shikamaru..."
"Iya tou-san...?"
"Tolong jaga Naru ya"
Otou-san tidak pernah seperti ini. Emang sih baru sekarang adiknya ini masuk sekolah umum. Dan juga baru sekarang mereka tinggal bersama. Shikamaru sudah kenal Naru dari dulu dan juga selalu menganggap dia adiknya meski tidak lahir dari keluarga Nara. Selama ini Naru tinggal bersama seorang guru untuk menjalani home schooling. Mereka hanya bersama di hari saptu dan minggu saja. Tapi kan meski gitu cewek disebelahnya ini tetep adeknya, Naru tidak pernah terlibat masalah tapi klo emang bener ada yang berani ganggu apalagi bully dia. Dia punya cukup kekuatan buat mastiin adeknya ini aman.
Mereka berdua mengendarai kereta untuk menuju sekolah. Nggak lama sih cuman 40 menit melewati 10 stasiun. Lingkungan tempat tinggal keluarganya emang di punggiran kota, tempat yang nyaman dan nggak terlalu bising. Shikamaru ngelihat adeknya sebentar mastiin klo nggak ada yang ganggu dia, meskipun penampilan adeknya gini tapi klo dah sampe rumah dia jadi manis lagi gemesin banget. Ternyata jadi kakak itu gini ya, meski melelahkan menjemukan dan juga merepotkan... Ya mau gimana lagi. Dia nggak bisa tinggal diam klo mikirin adek kesayangannya ini kenapa-napa."Naru...?"
"Iya aniki?"
"Setiap istirahat nanti aku jemput ya."
"Baik."
Hah, kenapa dia mesti jadi kakak kaya gini sih. Bukannya ini ya yang namanya overprotective. Nggak lah, tindakannya masih wajar. Dia ngelakuin ini buat keamanan adeknya, bahkan otou-san juga berpendapat begitu. Jadi apa yang dia lakuin masih dibatas kenormalan kakak cowok yang punya adek cewek. Masih belum dikriteriakan sebagai paham sister complex.
Jadwal sekolah hari ini lumayan santai. Upacara penerimaan murid baru, pengenalan wilayah sekolah. Pokoknya hal-hal yang cuman punya hubungan sama murid baru.
Naru berjalan melewati lorong sekolah. Tingkat satu sama tingkat tiga emang terletak di lantai berbeda. Semua tingkatan terletak pada lantai yang berbeda. Agak lega sih jadi dia nggak perlu papasan sama kakak tingkat jadi kemungkinan untuk dibully semakin kecil. Naru bukannya lemah, dia cuman nggak suka kalau dia terlibat sama urusan yang bikin dia terekspose. Hah, dia memang butuh banyak air berhubungan dengan banyak orang seperti ini bikin ternggorokannya makin kering. Tapi tas bekalnya ada di kelas masak iya dia minum air keran, ada sih tadi kayanya vending machine deket kantin. Tapi masa iya dia harus jalan kekantin yang letaknya aja paling ujung, dan palingan juga pasti udah terisi penuh. Tambah mikir gini bikin tenggorokannya makin kering, kapan pengenalan ini selesai sih.
Belum juga berjalan beberapa langkah dari tempatnya semula sesuatu kaya nabrak tubuhnya dari belakang. Badannya langsung terhuyung kedepan, kayanya dia benar-benar kurang makan jaga keseimbangan badannya sendiri aja nggak bisa. Rasanya masalahnya nggak cuman itu sih, buktinya kesadarannya makin ilang habis ditabrak lagi. Hal itu juga yang membuat panik teman-teman kelasnya, yang nabrak juga langsung ngerasa bersalah gimana klo gara-gara ditubruk sama badannya temen barunya ini kenapa-napa.
"Nara-san apa kau baik-baik saja?"
Suara lirih masih memanggilnya berulang kali. Untung wali kelas mereka ada didekat situ jadi Naru bisa segera dibawa ke ruang kesehatan. Dan karena ruang kesehatan ada di lantai tiga otomatis kejadian tadi jadi bahan tontonan kelas lain. Seorang siswa perempuan dibopong oleh wali kelas dan siswa lainya, belum lagi beberapa siswa perempuan yang membututi mereka ke ruang kesehatan kejadian semacam ini pasti menimbulkan banyak spekulasi bukan.
"Shikamaru... Shikamaru... " Karena yang dipanggil nggak nyahut dari tadi ahirnya pukulan dikepala pun dihadiahkan pada cowok yang hobi tidur ini.
"Ada apa sih sakit tau"
"Adikmu pingsan. Tadi dibawa ke ruang kesehatan"
Sial. Lupakan tidur, Shikamaru langsung berlari ke arah ruang kesehatan. Astaga hari ini belum selesai kenapa juga adeknya ini pingsan. Kayanya tadi pagi masih sehat-sehat aja deh sewaktu mereka berdua berangkat tadi. Semoga tidak ada yang terjadi sama adeknya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pejalan Kembar
FanficHanya karena dia tidak melihat atau merasakan, bukan berarti dia sendiri. Dia mempunyai keluarga yang luar biasa. Meskipun hanya semu. Dia percaya kalau pesan terakir mamanya harus dia laksanakan. "Teruslah hidup Naru-chan" "Teruslah menghilang samp...