"Nakula tunggu!"
Aluna mempercepat langkahnya, mengejar cowok berseragam putih abu-abu yang berjalan lebih cepat beberapa langkah di depannya. Wajahnya sangat datar dan pandangannya dingin. Nakula sama sekali tidak menghiraukan Aluna yang berusaha mengejarnya di belakang.
"Nakula! kamu kenapa sih?" Aluna berhasil menyamakan langkahnya dan menghentikan Nakula dengan memegang lengannya.
Cowok itu menghentikan langkahnya, namun ia tidak melirik Aluna sama sekali.
"Nakula! aku lagi ngomong sama kamu, tolong hargain dong!"
Nakula tidak menjawab.
Aluna tediam, berusaha mengingat kembali apa yang ia lakukan sebelumnya. Aluna merasa tidak ada hal buruk yang ia lakukan sampai membuat Nakula marah padannya, semua normal-normal saja, lalu kenapa cowok bermata hijau itu tidak mendengarkannya sama sekali.
"Kamu kenapa sih? kalo aku salah ngomong ke!, biar aku tahu salah aku apa. Kan kalo begini aku tambah bingung, kamunya juga tambah kesel." Ucap Aluna mengkerucutkan bibirnya.
"Kemana?" tanya Nakula akhirnya.
"Kemana? Apanya?"
"Kemarin."
"Kemarin?"
Aluna seperti orang bodoh sekarang. Nakula diam, Aluna menggaruk kepalanya kebingungan.
"Kemarin?" gumam Aluna, dan setelah beberapa saat ia teringat, "oh kamu tanya aku kemarin kemana? Kemarin aku pergi ke toko musik buat beli microphone baru. Mic punya ekskul vokal rusak gara-gara di pinjemin ke osis."
"Sama?"
"Hah? Sama? Nakula kamu kebiasaan deh kalo marah sifat nya begini lagi!"
"Lupain." Nakula justru pergi lagi meninggalkan Aluna. Aluna yang tidak tahu maksud pertanyaan Nakula mendadak membulatkan mata terkejut.
"Kamu marah karna aku pergi sama kak Arjuna?" tanya Aluna membuat Nakula menghentikan langkahnya.
Mendengar nama itu membuat wajah Nakula mendadak memerah, rasanya ia ingin sekali memukul atau menendang apapun yang ada di sekitarnya.
"Kamu cemburu?" tanya lagi Aluna, "aku sama kak Arjuna gak ada apa-apa kok Nakula, aku cuma temenin dia buat beli mic baru, udah itu aja."
"Harus berdua ya?" tanya Nakula ketus.
Aluna mengernyit.
"Nakula, kamu—"
"Harus sama kamu ya?" sela Nakula tak mengijinkan Aluna bicara, "emangnya gak ada anggota lain selain kamu?"
Aluna diam, ia yang sudah hafal dengan sifat Nakula tidak berani menjawab apapun, karena yang ada Nakula akan semakin marah dengannya.
Emosi Nakula semakin menjadi-jadi, pemikiran Aluna ternyata salah. Diamnya Aluna membuat Nakula berpikir kalau Arjuna memang sengaja mengajak Aluna pergi agar bisa jalan berdua dengan Aluna.
Daripada ia marah lebih lanjut dengan Aluna, Nakula memilih meninggalkan Aluna begitu saja. Aluna yang terkejut langsung berlari dan mengejar Nakula.
"Nakula tunggu" Aluna berusaha meraih tangan Nakula, ketika tangannya menyentuh lengan Nakula, dengan refleks Nakula menebas tangan Aluna agar menjauh darinya.
"Auuuwh!" ringis Aluna memegang tangannya yang sakit karena Nakula. Nakula menghentikan langkahnya dan langsung berbalik mendekati Aluna.
"Aluna kamu—"
"Gak usah!" ucap Aluna menjauhkan tangannya dari Nakula.
Mata belonya menatap mata hijau Nakula dengan sedikit berkaca, alisnya menekuk tajam memandang kesal wajah Nakula yang sekarang terlihat khawatir dengannya.
Aluna membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkan Nakula.
"Shit!" kesal Nakula.
-Inestable-
JENG.. JENG.. JENG.. Sequeeeeeeeellllll!!!!!
Karena banyak yang minta dan belum bisa move on dari Nakula (termasuk aku) jadi aku langsung posting aja ya sequelnya Hehehe.😂😂😂
Semoga bisa sebagus Senior's.🙏
See you in the next part 😊🙏💕
KAMU SEDANG MEMBACA
INESTABLE
Подростковая литератураCemburu, sekiranya kata itu yang mengambarkan sisi lain Nakula ketika ia menjalin hubungan dengan Aluna, walaupun sifat datarnya masih mendarah daging, namun Nakula tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya jika Aluna dekat dengan cowok lain. Lalu a...