SATU

23 1 0
                                    

Hari ini adalah Minggu, bukan hari dimana bisa malas-malasan bagi Anya. Justru di hari libur seperti ini, cafe, resto, dan butiknya juga bakalan rame banget. Sebenarnya karena dia owner, bisa aja gak usah tiap hari ngecek bisnisnya kesana, cukup terima laporan.
Tapi Anya bukan orang yang seperti itu. Dia lebih suka sibuk dan menyapa pelanggannya setiap hari.

Anya adalah wanita cerdas, usahanya dimulai dari berjualan gorengan gerobak dengan mamanya pasca mama dan papanya bercerai. Pernah dia merasa malu hanya berjualan gorengan, namun mamanya menasehati "Anya, kamu itu jangan kemakan sama malu, malu gak bakalan membuatmu maju dan sukses. Yang kamu butuhkan adalah percaya diri, kamu harus bisa tunjukin ke semua orang bahwa kamu itu bisa sukses. Walaupun kamu dipandang sebelah mata dikarenakan anak broken home. Tunjukin dong anak broken home bisa lebih dari sukses. Lebih sukses dari mereka yang suka menghina kita. Lagian, jualan gorengan halal kok. Ini rezeki dari Allah untuk kita. Ya melalui gerobak ini. Kita gak minta makan sama mereka, jadi gausah dengerin apa kata orang. Bayar cacian mereka dengan kesuksesanmu, sayang."
.

Jam 4 pagi ia sudah mandi dan menunaikan sholat shubuh. Setelah merias diri dan me-matching kan pakaiannya ia segera bergegas ke ruang makan.
Disana mamanya dan kedua adiknya juga sudah bersiap untuk sarapan dan berangkat menuju tujuan masing-masing.

"Tania, hari ini lo mau kemana? Kok tumben udah bangun, biasanya bangkong." tanya Anya pada adiknya.

"Ih, kakak enak aja ngatain gue bangkong. Hari ini tuh gue mau CFD sama temen-temen." jawab Tania dengan nada super hiperbolis.

"Temen apa temen?" sahut Ian

"Apaan sih lo anak kecil diem deh."
Sambil menunjuk sendok ke wajah Ian.

"Bilang aja sama kak Ricky kan? Hahaha." ejek Ian tanpa takut. Ia tahu kakaknya jika digoda akan semakin lucu dan salah tingkah.

"Busettt, darimana lo tau?" sahut Tania

"Ya jelas ian tahu lah. Liat tuh dandan lo, ribet amat padahal juga mau CFD. Udah kelihatan!" sahut Anya membela Ian dan terlihat senang karena dibela.

"Ini mau makan atau enggak sih?" sela mama.

"Ya mau makan dong mamake, nasi gorengnya sangat menggoda." jawab Anya sambil mengendus bau nasi goreng itu.

"Mama gitu lohhh." jawab Tania bersemangat dan mengambil banyak nasi goreng ke piringnya.

Tania adalah adik Anya, lima tahun lebih muda dari Anya. Gaya berpakaiannya lebih sporty dan santai, berkulit hitam manis dengan 2 gingsul pada giginya. Seperti caramel, sangat manis.
Tapi dibalik wajah manisnya, dia sangat doyan makan. Apapun bisa tertampung dalam perutnya. Anehnya atau spesialnya, makanan-makanan yang dimakan seolah luruh tak menjadi lemak membandel pada tubuh.
.

Setelah sarapan, Anya mengantarkan Ian untuk latihan basket di sekolah. Ian memang masih smp jadi harus diantarkan karena belum mempunyai SIM.

Anya ingin selalu menjadi kakak super bagi kedua adiknya, selalu memberi perhatian, dukungan, dan semangat.

"Kak nanti gak usah jemput ya, gue bareng bang Faiz aja, kan searah." Kata Ian

"Gak ngerepotin emang? Kakak jemput aja deh." Anya menjawab.

"Kan yang nebeng calon adik ipar masak keberatan sih." Kata Ian dan langsung tawanya meledak.

"Huss, ngawur deh yan. Bang Faiz tuh gak suka sama kakak." Sambil menghra napas, Anya berkata bohong. Ya, dia tahu sekali bang Faiz sangat menyukai Anya.

"Orang gila aja tahu kalau bang Faiz suka sama kakak." Ledek Ian semakin menjadi.

"Ah ngaco deh, udah sampe nih." Akhirnya, lega sudah sampai sekolah. Jika tidak cepat sampai maka dia akan terus terpojokkan oleh Ian.

PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang