Part 1 "Perjodohan"

356 16 22
                                    

"Apa, Mah? Nikah?"

Sellin dengan ringan menganggukkan kepala.

"Tapi sama siapa, Mah?"

"Papah sama Mamah sudah menjodohkan kamu dengan anak teman lama Papah kamu."

Cewek berambut panjang hitam sebahu itu menggeleng-gelengkan kepalanya keras, hingga helaian rambutnya yang di gerai berterbangan kemana-mana.

"Nggak! Sophie nggak mau! Mamah sama Papah nggak bisa kaya gitu dong. Ini 'kan buat masa depan Sophie sendiri. Kenapa kalian harus ikut campur juga dalam masalah jodoh aku, Mah, Pah?"

"Karena kami kedua orangtua kamu, Sayang." Tommy merangkul pundak Sophie dengan hangat. Getaran emosi anaknya masih sangat terasa pada telapak tangannya.

"Tapi, 'kan, Pah?"

"Nggak ada tapi-tapian, Shopie." pukul telak oleh Sellin.

Sophie mendengus kasar. Dihentakannya tangan Tommy dari bahunya. Lalu berlari mencari pengaduan kelain tempat.

"Hallo, Kak?"

"Iya, Dek. Ada apa?"

"Pulang cepetan. Gue teraniaya."

"Hah? Sama siapa?! Bilang ke gue! Biar gue hajar sampai habis!"

"Udah, lo pulang cepetan ke rumah."

"Oh, oke-oke ... Gue muter balik nih ke rumah."

Sambungan telpon diputus oleh Sophie. Mencari perlindungan adalah jalan satu-satunya bagi dirinya. Tak ada pilihan lain selain meminta pertolongan Sandy sang kakak.

"Gue yakin! Mamah sama Papah pasti nggak akan jadi buat jodohin gue sama anak temen Papah sialan itu!" geram Sophie, mencincang-cincang guling di pelukannya.

Fajar baru saja muncul dari tempat persembunyian. Tepat kedua mata cantik itu terbuka. Dengan wajah masih tertutup embun mengantuk. Sophie mendatangi kedua orangtuanya di meja makan.

Tapi apa yang ia dapat di sana? Bukan sapaan yang hangat layaknya anak-anak pada umumnya. Melainkan sebuah berita buruk. Bahkan, sangat buruk bagi dirinya.

Sudah cukup semua paksaan yang hadir dalam Sophie akibat keegoisan kedua orangtuanya dalam mendidik dirinya selama ini. Tidak puaskah mereka melakukan hal itu pada anak perempuan mereka satu-satunya?

Jika keadaannya sudah seperti ini. Sophie sudah tak bisa melakukan pembelaan apapun lagi. Kecuali, memanggil seorang pahlawannya sejak kecil hingga saat ini yang selalu bersedia menolongnya.

Lima belas menit kemudian. Mobil sport hitam mengkilat berhenti tepat di depan rumah keluarga Tyson.

Dengan memburu sang pengemudi langsung membuka pintu rumah dengan kasar. Ia langsung berlari menuju kamar adiknya.

"Pie! Dek! Keluar!"

Ceklek.

Yang pertama kali di lihat adalah, wajah kusam, penuh air mata, serta suara sesegukan yang entah bagaimana seperti di buat-buat olehnya.

"Lo kenapa, Dek?!" tanya Sandy, khawatir.

Tak butuh waktu lama melihat kondisi buruk adiknya. Sandy langsung memeluk Sophie erat. Suara sesegukan itu kini telah berganti menjadi suara keras sebuah tangisan besar gadis berusia dua puluh satu tahun.

WL [All's Fair In War And Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang