Hari ini adalah hari senin. Hari di mana semua orang kembali beraktivitas seperti biasa. Kata orang kalau hari senin itu hari yang paling membosankan dan terkesan lebih lama daripada hari-hari yang lain.Namun, tidak dengan seorang cewek memakai blazer putih berbalutkan kaos lengan pendek hitam ini. Ia kini telah siap untuk melaksanakan kegiatan rutinnya di kampus. Sebagai pelajar sekaligus seorang mahasiswi di kampus ternama, Sophie selalu di tuntut untuk tetap disiplin dan taat peraturan.
Datang lebih awal adalah hobby-nya. Sambil menunggu kedua sahabatnya, cewek cerewet plus manja itu selalu menyumpal telinganya dengan headset. lalu mencoret-coret sebuah kertas sebagai alat gambar sederhananya.
Sophie saat ini tengah berkuliah di falkutas hukum di Lager University. Sudah dua tahun kira-kira lamanya Sophie menimba ilmu di sana. Tepatnya saat ini ia tengah menunggu pergantian semester, dari semester empat ke semester lima.
Bukan keinginan Sophie untuk berkuliah di jurusan hukum. Karena sebuah paksaan kedua orangtuanya, Sophie diwajibkan untuk patuh dan mau tak mau harus ikut kemauan kedua orangtuanya.
Sebutlah kalau kedua orangtuanya sangat pemaksa. Tak ada satu kata pun yang dapat menyangkal perintah keduanya. Meski di setiap perintah memiliki sebuah alasan. Namun pikiran dan hati seseorang tidak selalu bisa di samakan.
"Sophie, sarapan dulu, Sayang," titah Tommy, begitu melihat putrinya datang dari arah berlawanan.
Langkah kaki Sophie terhenti, lalu melirik papahnya sekilas. "Sophie sarapan di kantin kampus aja, Pah," katanya, dengan nada ketus.
Sophie kembali berjalan keluar dari rumah menuju mobilnya yang terparkir apik di depan bagasi. Cepat-cepat dirinya memasuki mobil, lalu segera pergi dari parkiran rumahnya.
Di perjalanan, mobil kesayangan Sophie tak sengaja di senggol sebuah mobil sport merah. Pengemudi itu dengan asalnya mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Padahal kecepatan mobil sport dalam kilometer rendah saja sudah cepat.
Brak.
"Sialan!" umpat cewek itu, langsung menancap gasnya dengan cepat hingga menyalip mobil yang telah membuat mobil kesayangannya lecet.
"Woi! Buka kaca mobil lo! Turun lo!" cewek itu dengan tidak malunya berteriak-teriak meneriaki pengemudi mobil itu agar membuka kaca mobilnya serta segera turun dari mobil.
Di dalam mobil merah darah itu, sang pengemudi menggertakan giginya kesal. Sudah cukup masalah yang ada di rumah ia bawa-bawa. Sekarang ia pun harus menghadapi cewek gila yang meneriakinya agar segera turun dari mobil.
Sempat terjadi selip-menyelip antara mobil sport dengan mobil BMW yang di modifikasi menjadi berwarna pink cerah itu. Akhirnya sang pengemudi mobil sport memberhentikan mobilnya kepinggir jalan. Untung saja bukan kawasan padat polisi. Jika memang benar, bukan saja mobilnya yang kena tilang. Tapi dirinya pun harus ikut di boyong ke kantor polisi.
"Heh! Kalau bawa mobil itu yang bener dong! Bisa bawa mobil nggak si lu?!" bentak Sophie, yang sudah ada di depan pintu mobil sport itu.
Pengemudinya saja belum turun. Ia sudah stay duluan di depan pintu mobilnya. Dengan laga petarung, Sophie menggedor kaca mobil pengemudi itu berulang kali. Ingat! Berulang kali.
Slekk.
Kaca mobil yang di tunggu-tunggu Sophie untuk di buka pun kini telah hilang di telan selipan pintu mobil. Menampilkan wajah kaku, putih pucat, serta wajah datar sang pengemudi mobil.
Masih saling tatap-menatap. Sophie terus berusaha agar tetap menjaga image-nya.
"Kalau gue nggak punya hati, pasti sekarang lo dan mobil lo ini bisa di geret paksa sama polisi. Enak aja lo ngendarain mobil tanpa aturan. Indonesia itu negara hukum. Gue bisa aja nuntut lo sekarang karena hampir aja membahayakan nyawa orang lain!" Sophie tak henti-hentinya mengomel sambil menunjuk-nunjuk wajah pengemudi mobil sport itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WL [All's Fair In War And Love]
VampirVampire+Romance+18+Pembaca yang bijak. Peperangan akan segera di mulai. Tinggal mengitung bulan, pertempuran mematikan akan kembali terulang. Menyisakan kepedihan mendalam di setiap pertempuran, untuk melindungi satu sama lain agar tetap bisa menyer...