Bag 4

13 5 0
                                    

Sore hari dirumah Vio, setelah Vio pulang sekolah.
"Bi, mama kemana?" Vio menaruh tasnya di lantai dan merebahkan badannya di sofa ruang tv.

"Hmm... nyonya pergi ke.." Bi Mina menghentikan perkataannya.

"Pergi ke mana bi?" Vio mengambil tasnya yang tergeletak di lantai dan mencari handphone miliknya.

"Pergi ke rumah sakit non," Bi Minah merendahkan nada bicara nya dan menunduk.

"Siapa yang sakit?" Ia mengambil benda yang dicarinya sedari tadi. Bi Minah sedikit kaget, ternyata anak majikannya itu belum mengetahui apa yang terjadi saat ini.

"Den Gifran kecelakaan," Bi Minah tau pasti anak majikannya itu akan kaget, Abangnya yang biasanya nyamperin dia pas pulang sekolah kini sedang dirawat dirumah sakit.

"APA??!!" Vio kaget bukan kepalang. Seketika ia mengeluarkan air mata saat mendengar perkataan Bi Minah tadi.

"Dirawat dirumah sakit apa bi?" Vio bergegas pergi keluar rumah.

"Rs Kencana, hati-hati non," Bi Minah was-was

Vio keluar dari dalam rumah dan pergi ke arah garasi, disitu sudah terlihat Pak Tomi seorang supir keluarga Vio.

"Pak, anterin saya ke Rs Kencana!" Vio yang masih memakai seragam sekolah itu langsung masuk ke dalam mobil keluarga nya.

"Ba-baik non," Pak Tomi kaget tiba-tiba anak majikannya itu datang dan segera masuk ke dalam mobil.

Rs Kencana jaraknya lumayan dekat dengan rumah Vio, jadi waktu yang di butuh lumayan singkat. Vio dan Pak Tomi sudah sampai di Rs Kencana, Vio segera menelpon mama nya.

"Ma, kamar bang Gifran nomor berapa?" Ucap Vio sedikit panik.

"Nomor 23 Vi," ucap mama nya. Mama nya tau pasti Vio akan menyusul ke Rumah sakit, karena ya Vio itu udah deket banget sama Abangnya itu.

"Oke ma, aku kesana," Vio memutus sambungan telfon dengan mama nya. Ia bergegas mencari ruangan Abangnya itu.

"21... 22... 23!" Vio menghitung nomor yang tertera di pintu kamar rumah sakit. Dan ia mendapati mama nya yang duduk di kursi tunggu.

"Ma," Vio mendekat ke mama nya yang sedang menangis, Hingga air mata Vio pun tak bisa dibendung lagi.
Vio duduk disamping mama nya. Tak lama seorang dokter keluar dari kamar Abangnya.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Mama nya langsung berdiri ketika dokter itu keluar.

"Anak ibu kekurangan banyak darah, dan stok darah dirumah sakit sedang habis. Golongan darah anak ibu AB." Jawab dokter tersebut menerangkan.

"Tolong carikan pendonor dok, saya tidak mau anak saya mati kehabisan darah." Mama nya memohon kepada dokter tersebut.

"Tapi bu, golongan darah AB itu sangat langka. Kita belum tentu menemukan pendonor dengan sangat cepat, sedangkan anak ibu membutuhkan nya segera. Saya tinggal dulu ya bu." Dokter itu pun pergi meninggalkan Vio dan mamanya.

"Ma, aku mau ke kamar mandi dulu ya," Vio berdiri dari kursi yang ia tadi duduki disamping mamanya.

"Sekalian nanti kamu ke mini market ya, beli roti tawar, susu kental manis, sama minuman." Mamanya menitip pesan.

"Iya ma." Vio meninggalkan mamanya dan pergi ke luar rumah sakit, sebenarnya ia bukan mau ke kamar mandi, ia hanya ingin pergi menenangkan diri sejenak.

"Gua harus cari pendonor buat abang, tapi nyari ke mana ya?" Gumamnya saat keluar dari rumah sakit.

Dia pergi menuju taman kota sore itu, langit sore yang begitu indah membuat Vio lumayan tenang. Ia duduk disalah satu bangku taman yang tidak ada satu orang pun selain dia. Langit sore menjelang gelap menandakan malam akan datang, Vio mengambil Handphone dari tas sekolahnya.

The Berandal's [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang