PART 1

2.1K 359 65
                                    

.
.
.
.

"Taruh situ aja pak barangnya biar saya yang bawa sendiri." Terlihat bertumpuk-tumpuk kardus di depan Jihoon. Ya, hari ini Jihoon resmi pindah ke apartemen pribadinya. Awalnya eomma nya nggak ngijinin secara dia anak satu-satunya tapi Jihoon yang ngerengek dan bilang kalau dia udah gede buat ngebuat eommanya mengiyakan permintaannya.

"Tuan muda yakin bisa bawa barang-barangnya sendiri?"

"Yakin pak, nanti Jihoon bisa minta tolong orang. Bapak pulang aja ya, kasian mama kalau mau ke salon nggak ada yang nganter." Jihoon sendiri nggak yakin sih masalahnya itu kardus nya ada dua mana besar-besar lagi.

Akhirnya sopir Jihoon pulang dan ninggalin Jihoon dengan satu buah koper dan dua tumpuk kardus besar yang nggak tau isinya apa. Salahin eomma nya Jihoon yang over protektif sama anaknya.

Tidak lama kemudian lewat seorang laki-laki di hadapan Jihoon. Kesempatan Jihoon buat minta tolong.

"Hai! Bisa minta tolong bawain kardus aku? Aku penghuni baru disini."

Dan dunia Jihoon terhenti seketika. Namja yang ia mintai tolong tadi ternyata Bae Jinyoung, seniornya di SMA. Alasan Jihoon bisa masuk universitas yang sekarang. Dan Jihoon rasa Bae Jinyoung sekarang terlihat semakin tampan.

"Manja sekali, bawa barangmu sendiri."

"Tapi kan tanganku hanya dua. Mana bisa aku membawanya sendiri."

"Tumpuk kardusnya dan bawa dengan satu tangan. Tangan yang satunya untuk menarik koper."

"Tapi kardus ini berat. Aku mohon sekali ini saja bantulah aku."

Akhirnya mau tidak mau Jinyoung membawakan dua kardus Jihoon. Dan Jihoon hanya perlu menarik kopernya.

"Akhirnya sampai juga. Terima kasih hyung. Kau tinggal di lantai berapa?"

Setelah menaruh kardus Jihoon, Jinyoung langsung pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Jihoon.

Jihoon pun membereskan kamarnya dan menaruh barang-barangnya.

"Aku harus memberitahu Woojin kalau aku satu apartemen dengan Bae Jinyoung."

Jihoon pun mengambil ponselnya dan menelepon sahabatnya itu.

"Yoboseyo Jihoon-ah. Ada apa menelepon?"

"Kau tau sepertinya aku sangat beruntung."

"Beruntung kenapa?"

"Aku satu apartemen dengan Bae Jinyoung." Girang Jihoon.

"Wah benarkah? Selamat ya. Haaah, seharusnya aku juga satu apartemen denganmu, tapi orang tua ku memilihkan apartemen ini."

"Tidak apa-apa, yang penting kan kita bisa bertemu di kampus."

"Tapi tidak bisa sering, kita kan berbeda fakultas."

"Kau benar. Ya sudah, sudah dulu ya, aku mengantuk karena baru selesai membereskan kamar."

Setelahnya Jihoon pun tidur karena kelelahan, sebelum tidur tak lupa ia mengecup foto Jinyoung yang selalu terpasang rapi di samping tempat tidurnya.

.
.

Keesokan harinya di kampus, Jihoon menjadi pusat perhatian teman-temannya. Bagaimana tidak? Jihoon itu sangat tampan dan manis tanpa cacat. Sekarang Jihoon sudah merubah penampilannya. Tak ada lagi kaca mata bulat yang bertengger di hidungnya digantikan oleh softlense. Rambutnya ia biarkan sedikit berantakan dan berwarna coklat, tidak seperti dulu.

"Hai, boleh kenalan? Aku Samuel, Kim Samuel."

"Jihoon, Park Jihoon."

"Jihoon, kau benar-benar sangat tampan."

PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang