"Kehilangan? Sejatinya kita tak pernah kehilangan apapun, sebab hakikatnya kita memang tak pernah memiliki apapun. Rasa memiliki layaknya sebuah fatamorgana yang kita yakini akan keberadaannya. Terlihat seolah-olah nyata namun hanyalah ilusi"
🍂🍂🍂
Para wanita tampak sangat elok dengan polesan make up di wajah beserta gaun brokat indah yang dikenakannya dengan berbagai model design yang unik dan berbeda satu sama lainnya, sedangkan para lelaki dengan style jaz yang memberikan kesan gagah. masing-masing kelas pun memiliki warna yang berbeda. Satu per satu nama dipanggil beserta pengalungan medali dan resmilah menjadi alumnus. Perasaan haru campur bahagia tampak dari wajah-wajah mereka. Ucapan perpisahan yang begitu menyayat hati hingga tampaklah beberapa bulir bening yang jatuh ke pipi memudarkan sedikit make-up. Di bagian akhir acara pun ditutup dengan penampilan dan hiburan dari adik-adik kelas.
Hingga tanpa kusadari telah berdiri seorang gadis kecil berkerudung peach yang kukira usianya 5 tahun, akupun menoleh kearahnya.
"Hallo kakak, kak Nafisya ya?" tanya gadis kecil itu dengan senyumnya yang merekah
"Loh adik tahu darimana?" tanyaku heran kepadanya sebab baru pertama kalinya berjumpa
"Itu dari nametag di kerudung kakak" jawabnya sambil menunjuk nametag ku
Oh, aku lupa ada nametag di kerudungku
"Ohiya bener, kakak lupa. Kalau nama adik siapa?"
"Zahra kak, boleh Zahra duduk di samping kakak?"
"Oh hai bunga cantik, boleh dong sini kakak bantu" akupun menggendongnya dan mendudukkan di kursi sebelah.
"Zahra kesini sama siapa?"
"Sama umi dan abi, itu abi sama umi duduk di sebelah sana, kalau kakak Zahra yang duduk di sebelah sana" ia pun menunjuk 2 bagian kursi orangtua, dan anak KI (Kelas Internasional)
"kalau kakak boleh tahu, nama kakak nya Zahra siapa?"
"kak Ziyan" jawabnya tersenyum manis
Aku pun melihat ke arah kursi bagian kelas akselerasi, deg, arah pandang kami pun saling bertemu dan aku langsung menunduk.
"Pipi kakak kenapa memerah?" tanya Zahra dengan polosnya
"Ah, engga apa-apa"
"Ohiya kak, sebenarnya Zahra kesini disuruh kak Ziyan"
"Loh kenapa sayang?"
"Untuk ngasih ini, dari kak Ziyan" Zahra pun memberikan sebuah kotak berwarna biru muda dengan pita merah muda.
"Ini.., apa Zahra?"
"Zahra juga engga tau kak , yaudah Zahra mau ke tempat umi sama abi dulu ya kak?"
"Iya Zahra, tolong bilangin makasih ya untuk kak Ziyan nya?"
"Siap kak" gadis kecil itu berdiri sambil bersikap hormat lalu langsung berlalu.
"Ciee dapat kado dari siapa nih? Belum saatnya wisuda aja udah dapat kado, gimana nanti pas wisuda tahun depan" tanya Wanda yang baru saja menghampiri
"Ini berarti rezeki nya Fisya, Nda"
"Eh Sya, ikutan foto bareng kakak kelas yuk"
"Hm engga deh, Nda"
"Duh kamu itu susah banget sih diajak foto, yaudah Wanda kesana ya?"
"Oke, bye Nafisya"
Para kakak kelas maupun adik kelas pada sibuk foto bersama ataupun berselfie, dan juga tak sedikit yang berfoto berdua apalagi dengan warna yang senada seperti couple. Dan tiba-tiba handphone ku pun bergetar menandakan ada sebuah panggilan masuk dari kak Naura, kakak ku.
"Assalamu'alaikum Nafisya"
"Wa'alaikumussalaam warahmatullah kak, ada apa?"
"Acaranya udah selesai belum?"
"Udah sih kak, ini tinggal sesi foto-foto, udah boleh pulang"
"Oh, kalau gitu sebelum balik asrama temenin kakak makan yuk, di cafe yang deket hotel itu aja, nanti kakak jemput ya? Ini kakak otw, nanti kakak hubungi lagi kalau udah di depan"
"Oke kak"
"Yaudah, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalaam warahmatullah"
Akupun bergegas keluar dari ballroom hotel itu untuk menuju ke bawah dan menunggu di lobby hotel.
Ting, pintu lift terbuka.
Deg, betapa kagetnya diri ini ketika melihat siapa orang yang berada di dalam lift. Kak Ziyan!
"Mau ke bawah?" tanyanya
"Eh, Ehm i..iya kak" jawabku sedikit terbata
"Mau balik ke asrama?" tanyanya lagi
"Hm engga kak"
"Lalu?" tanyanya lagi
Belum sempat kujawab pertanyaannya, sebuah telvon dari kak Naura muncul
"Halo kak Naura, Assalamu'alaikum?"
"..."
"Oh, oke Fisya ke bawah sekarang"
"...."
"Wa'alaikumussalaam waramatullah wabarakaatuh"
"Lagi buru-buru?" kali ini dia yang bertanya bukan kak Naura.
"Yaudah kamu aja dulu yang ke bawah, saya nanti" padahal aku belum menjawab apapun.
"Masuklah, kasian kakak kamu menunggu lama" ia pun keluar dari lift.
"Jazaakallahu khair" Jawabku kemudian segera memasuki lift.
"Waiyyaki" jawabnya dan pintu lift pun tertutup
'Apakah ini pertemuan terakhir?' tanyaku dalam hati pada diri sendiri. Ntah kenapa perasaan ini terasa aneh.
"Hei? Kenapa wajah nya sedih gitu?" tanya kak Naura ketika sesampainya di dalam mobil
"Gak apa kak"
"Ckckck, adikku ini lagi bersedih karena berpisah dengan seseorang yang dikagumi selama 2 tahun ya? Hm?"
"Apaan sih kakak ini, udah ah yuk kita berangkat, Fisya laper!"
"Sya, kamu merasa kehilangan? Padahal ya Sya, sejatinya kita tak pernah kehilangan apapun loh, toh pada hakikatnya kita memang tak pernah memiliki apapun. Fatamorgana! Kamu udah belajar tentang itu kan?"
"Iya udah kak"
"Nah, rasa memiliki itu layaknya sebuah fatamorgana yang kita yakini akan keberadaannya. Terlihat seolah-olah nyata namun hanyalah ilusi"
"Begitu ya kak?"
"Iya, kita tidaklah pernah memiliki apa-apa karena semuanya hanyalah sebuah titipan dari Sang Pencipta Yaa Dzul Jalaali Wal Ikraam, Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan. Kamu harus tau, ketika seseorang itu ditakdirkan untuk bertemu maka bersiaplah suatu saat untuk merasakan kehilangan, karna akan ada saja sebab-sebab yang memisahkan. Kaya kamu ketemu kakak kelas kamu 2 tahun lalu, kemudian sekarang saatnya lah Allah memisahkan kalian. Dan dia juga bukan milik kita yang bisa selalu ada disisi kita, bahkan ya Sya diri kita sendiri pun bukan milik kita, bukan?"
"Iya kak, makasih banyak yaa kak udah ingetin Fisya, sayaang kakak deh"
"Ketika rasa kasih, sayang, dan cinta itu semakin besar maka semakin berat pula untuk melepaskan. Maka janganlah berlebihan dalam mencinta melebihi cinta kepada Illahi. Ketika kita rela melepaskan sesuatu dengan ikhlas karna Allah, bukankah Allah akan menggantikan sesuatu yang lain untuk kita dengan yang lebih baik lagi?"
"The best lah memang kakakku ini, Super Naura Teguh, hahaha"
"Nama papa bukan Teguh, Sya"
"Duh, becanda kakakku sayang"
❤Hanykhaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Menunggu?
SpiritualMenunggu? sekiranya kamu dan semua orang tahu dan merasakan, menunggu bukanlah hal yang menyenangkan, bukan? Tapi terkadang... Dalam menunggu merupakan satu hal penantian yang terindah bagiku Jika boleh diibaratkan, Kamu tahu? kamu layaknya sebuah...