Haii! Voela Deicha here!
Selamat datang kembali di tulisanku yang kedua. Mungkin ini juga tulisan terakhir.
Selamat membaca..
================================
Seperti hari-hari biasanya Aku menjalani aktivitas biasanya. Bangun pagi–sarapan–berangkat ke kantor–melayani pasien yang berkonsultasi.
Yap. Aku adalah seorang psikiater. Umurku baru kepala 2 tepatnya 25. Masih muda kan? Tentu saja.
Kembali ke diriku saat ini.
Aku sedang menyibukkan diriku dengan mencorat-coret ms.word di komputer ruanganku. Mencurahkan jutaan kata yang hinggap dan singgah di otakku.
––—————
Momen kedua yang aku lewati bersamamu. Setelah momen pertama di rumah itu. Rumah dimana aku tumbuh dan berkembang hingga aku berumur 5 tahun. Di rumah dimana semua kenangan bersamamu telah sirna ditelan rasa sakit bercampur rindu dan benci.
Benci?
Ah, itu hanya embel-embel karena aku gengsi menyatakan aku sayang padamu.Seperti saat momen kedua bersamamu.
Aku berpura-pura tidak peduli.
Aku berpura-pura seolah kau tak ada di hidupku. Kau tak pernah ambil bagian dalam hidupku. Kau tidak pernah memberikanku pelajaran.Namun, andai kau tahu, Ayah. Aku menjerit dan menangis dalam hati. Kau tetap ayah kandungku. Ayah biologisku.
Aku tetap tidak rela melihat jasadmu tertutup kain putih.
Sebenarnya.
Aku sangat tidak rela. Melihat jasadmu di bawa ke sebuah tempat terakhir.
Sebenarnya.
Aku tidak kuasa melihat dirimu tertanam di bawah tanah.
Ayah.
Ayah.
Andai kau tahu!
Aku diam-diam merindukanmu.
Diam-diam menangisimu.
Diam-diam ku panjatkan doa untukmu.Setiap sholat lima waktu ku.
Setiap sholat sunnah ku.Tak lupa ku menyebut nama mu, Ayah.
Ayah. Kau boleh tidak memikirkanku.
Kau boleh melupakanku.Tapi, aku tetap menyayangimu.
Aku tetap menganggapmu Cinta Pertamaku.Semoga kau tenang disana, Ayah. Tenang. Aku disini tetap merindukanmu. Tetap mendoakanmu. Aku telah memaafkan seluruh kesalahanmu. Begitu juga ibu. Beliau sudah menghapus luka yang kau buat, Ayah.
Aku pun begitu. Semua luka yang kau buat sudah ku anggap angin lalu.
Salam sayang Voela Deicha.
——————
Aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Menyambar tisu di hadapanku. Mengatur nafasku yang mulai berpacu. Sayangnya, nafasku terlalu bersemangat untuk keluar-masuk. Hingga tak sadar. Seorang pasien yang baru masuk berteriak panik. Lalu, aku tak merasakan apa-apa. Selain, kesedihan dan duka yang mendalam.
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love [Twoshot]
Short StoryMaafkan aku yang hanya mengingat 2 momen bersamamu, Dad. Semua ingatan hilang sempurna oleh sebuah kata yang berbunyi 'Perpisahan'. -Voel-