Pagi itu parkiran sebuah sekolah internasional di Jakarta ramai di penuhi para murid yang ingin menuntaskan rasa keingitahuan mereka.
Ya, mereka penasaran dengan perbincangan panas bahwa seorang yang memiliki wajah tampan dan dingin dikenal tidak mudah percaya dengan orang disekitarnya, kini turun dari mobil bersama seorang perempuan.
Siapa lagi kalau bukan Alano dan Tessa.
Saat Alano turun dari mobil, para siswi menjerit histeris, bukan karna apa kini kadar ketampan Alano semakin bertambah, rambut yg dulunya hitam kelam kini menjadi keemasan, belum lagi ia mengumbar senyuman yg sangat jarang ia berikan. Ya senyuman yg menampilkan gigi putihnya dan lensung pipinya yang dalam, semakin membuat heboh suasana pagi di Internasional School.
Seketika kehebohan itu berubah menjadi keheningan ketika Tessa turun dari mobil, mereka bertanya tanya dalam diam tentang Tessa, tetapi ada juga yg berbisik bisik langsung tentangnya, Tessa hanya menanggapinya dengan wajah datar.
Suasana yg tadinya riuh seketika menjadi mencengkam dengan kehadiran Tessa, tapi itu tak berlangsung lama setelah terangkatnya debu debu karna kecepatan sebuah mobil sport berwarna biru tua itu melewati mereka.
Refleks semua mata tertuju pada mobil yg barusan lewat itu, ya tak usah terkejut dengan siapa yg turun, Daniel dan Audrey, sepasang kekasih itu memang hobinya membuat kehebohan.
Tak lama keramian di parkiran sekolah mulai berkurang karna panggilan sekolah memanggil mereka, ya bel masuk baru saja berbunyi, sebagian besar dari mereka sudah masuk kelas, tinggal hanya beberapa orang yg masih penasaran.
"Hoi bro" teriak Daniel sambil berjalan ke arah Alano, dengan sebelah tangannya memeluk pinggang Audrey possessive dan tangan sebelahnya lagi ia angkat ke udara.
Alano hanya diam saja menanggapi kelakuan temannya itu, ia lebih memilih untuk berjalan mendekat kearah Tessa.
"Dasar boneka" keluh Daniel sambil menyerucutkan bibirnya, sedangkan Audrey terkekeh geli melihat kelakuan kekasihnya.
"Hi! Gue Audrey dan lo?" ucap Audrey sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya.
Tessa melihat itu tersenyum manis, dan menerima uluran tangan Audrey. Shit, putih dan halus. Tessa merasa putik abu mengengam tangan sang putri.
"Tessa, Naomi Teresa" balas Tessa sambil tersenyum dengan mata yg berbinar binar, Alano melihat ini hanya mampu tersenyum bahagia, ia senang melihat sorot mata Tessa yg begitu bersemangat.
Setelah sesi pengenalan diri mereka berjalan berdampingan menuju kelas, mereka berpisah saat di perbatasan antara gedung ipa dan ips.
Audrey adalah anak ips tingkat XII, sedangkan Alano dan Daniel ipa tinggat XII, hanya Tessa yg paling muda di antara mereka, karna ia anak Ipa tingkat XI.
▪▪▪
Alano sedari tadi hanya memperhatikan jendela, ya lebih tepatnya apa yg ada di luar jendela.
Seorang gadis berambut pirang kecoklatan itu sedang men-drible sebuah bola yg ada di tangannya, tak peduli dengan keringat yg menyucur deras dan wajah putihnya yg mulai memerah kala itu.
Alano merasa sejak pertama kali melihatnya seperti ada getaran aneh yg tak pernah ia rasakan ketika bersama orang lain.
"Cie ngelamun si kapten basket lo" ledek Daniel ketika melihat Alano tersenyum sendiri.
Alano hanya diam melihat kelakuan temannya yg terus mengodanya itu, memang benar sih ia sedang melamunkan gadis yg baru baru ini berputar putar dikepalanya.
"Kalian udah jadian?" jujur, pertanyaan Daniel yg satu ini tidak pernah terpikir dikepala Alano, menurut dia Tessa bukan seseorang yg mudah ditahlukan.
"Udah gak waras ya" jawab Alano sambil menatap tajam Daniel yg sedang cekikikan.
"Kalo lo suka tembak aja dia" ucapan Daniel sukses membuat perasaan Alano bercampur aduk, kalo boleh jujur Alano memang menyukai Tessa sejak pertama melihatnya, dia begitu berbeda, tapi apalah daya seorang Alano yg selalu gagal dengan urusan cinta?
"Suka sama cewek sadis gitu? Mimpi apa gue semalam?" munafik Alano.
"Sadis apaan, cerita dong" dan mengalirlah cerita mulai dari ia mengikuti Tessa hingga kejadian didepan pintu apatermennya. Ya mungkin reaksi Daniel saat mendengar itu bukan reaksi yg diinginkan Alano.
Daniel tertawa terbahak bahak hingga menciptakan 'polusi suara' dikelasnya, dan disaat itu pula sebuah benda kecil berwarna hitam melesat masuk kedalam mulut Daniel dan membuatnya terbatuk batuk.
Sontak seluruh kelas tertawa terjengkang jengkang melihat Daniel yg mendapat hadiah dari guru killer sekolah mereka.
Alano sendiri menutup mulutnya untuk menahan tawa yg sudah ingin keluar, ia mengalihkan pandangannya menuju Tessa yg sendang mengipasi dirinya mengunakan karton aqua.
Ada sedikit rasa iba melihatnya kepanasan begitu, Alano akhirnya memutuskan keluar kelas dengan membawa sebotol air mineral biasa dari tasnya, dan meninggalkan Daniel yg masih terbatuk batuk sambil menatap tajam guru yg melemparnya dengan tutup spidol itu.
Saat Alano sampai di dilapangan basket, ia masih melihat Tessa mengipas kipaskan dirinya yg kepanasan itu.
Botol plastik yg berisi air mineral dengan sapu tangan berwarna merah maroon yg membalutnya itu tiba tiba berada di hadapan Tessa, refleks hal itu membuat Tessa mendongkakan wajahnya untuk melihat siapa gerangan yg berbaik hati menolongnya disaat kehausan seperti itu.
Alano, ya orang yg berbaik hati kala itu adalah Alano, senyuman yg sangat jarang ia tunjukan kepada siapapun membuat Tessa terpana memandangi senyuman yg membolongkan kedua pipi empunya.
"Lo hauskan?" Tanya Alano sambil duduk di sebelah Tessa.
Tessa bukan tipe seorang yg munafik, jika ia memang benar haus, buat apa bohong toh?
Tak menunggu lama, air mineral yg diberikan Alano langsung tandas, tak lupa sapu tangan berwarna merah maroon dengan sulaman benang emas yg berinisialkan C.M.M dipakai untuk menyeka keringatnya yg menyucur deras.
"Makasih, gue cuci dulu sapu tangannya besok gue balikin" ucap Tessa sambil menendang asal botol bekas air mineralnya tadi.
"Gak usah lo simpan aja, oh ya nama gue Alano mungkin lo gak tau" ucap Alano sambil menatap langit yg tertutupi dengan awan.
"Tau, Calvin Malano Martiez kan? Salah satu penerus yg akan meneruskan perusahaan keluarga Martiez yg dibangun lama sekali oleh buyut lo kan, sekarang itu perusahaan yg menanganinya adalah kakak laki laki lo kan, Brandon Nicolas Martiez".
"Lo kenal gue?" tanya Alano sambil mengerutkan dahinya tak percaya, dilain sisi itu adalah kalimat terpanjang yg pernah Tessa ucapkan pada Alano.
"Gue tau semuanya, semuanya hingga sesuatu yg gak mau lo bahas" ujar Tessa sambil tersenyum kebawah dan mengayunkan kedua kakinya asal.
"Kenapa?" tanya Alano sambil menghadapkan tubuh Tessa ke arahnya.
"Karena nama gue Tessa!" balas Tessa sambil tersenyum sangat lebar hingga kedua matanya menyipit lalu berlalu meninggalkan Alano dengan sejuta kegugupannya.
Sebelum berlalu Tessa menempelkan sesuatu berwarna pink di dahi Alano, sebuah kertas yg membuat kedua pipi Alano membolong kembali, ya kertas yg berisi id line Tessa.
"Sekali lo masuk lo gak bakal bisa keluar lagi, Tessa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Of Love
Teen FictionMungkin hidupmu terasa tidak sempurna, tapi percayalah cinta akan selalu membuat apapun terasa sempurna. -Alano & Tessa