1. My life in ruins with you

40.9K 115 3
                                    

Aaliyah

"Tapi tidak ada salahnya jika dicoba dulu kan, setidaknya kami bukan orang tua yang tiba-tiba saja memaksa putrinya menikah" rayu ayahku, aku tahu dia akan terus merayuku sampai aku menyerah.

Bisa-bisanya kedua orangtua ku membicarakan tentang perjodohan dimeja makan, setidaknya biarkan aku menikmati makan malamku dulu baru mereka boleh membicarakan hal semacam ini. Ahhh, nafsu makanku jadi seratus persen hilang.

"Tapi aku baru 21 tahun pah" entah yang keberapa kalinya aku mengelak dan berharap mereka berhenti memojokkanku, walau ku tahu itu tidak pernah berhasil. Aku pikir aku hanya membuang waktu ku saja jika berada di sini terus.

"Loh memang kenapa, kan sudah banyak yang menikah muda sekarang"

"Lagi pula dia keturunan indo loh Al, masa kamu sama sekali tidak tertarik?" sekarang giliran ibuku, mereka berdua sama saja, membujuk dan merayuku sampai titik darah penghabisan. Jujur saja walaupun dia keturunan indo aku tetap tidak menyukai yang namanya perjodohan, itu terdengar norak dan terlalu Siti Nurbaya. Tapi pada akhirnya aku harus menyerah, ya setidaknya mereka berdua adalah orang tuaku yang harus kupatuhi, toh mereka tidak langsung memaksaku untuk menikah dengan laki-laki yang tidak kukenal itu, mereka memberiku waktu untuk menentukannya.

"Dan kami berdua tidak akan menjodohkanmu dengan laki-laki sembarangan, Walger adalah teman ku sejak kuliah dan kutahu dia mendidik anaknya dengan baik, kau tidak akan menyesal Al" ayahku tidak mau berhenti mempromosikan anak temannya itu.

"Oh ya, memangnya kalian berdua yakin Daniel....."

"Darrel namanya Al" ibuku dengan spontan mengklarifikasi nama laki-laki yang akan dijodohkan dengan ku. Yah, aku belum pernah berkenalan dengannya sebelumnya, bagaimana aku bisa menyebut namanya tanpa ada kesalahan.

"Ya terserah lah, yang jelas laki-laki yang akan dijodohkan denganku itu, apa kalian berdua yakin dia akan setuju dengan perjodohan ini"

"Tidak ada yang tahu pasti, tapi tidak ada salahnya jika dicoba, mungkin love at first sight itu benar-benar ada" aku hampir tertawa mendengar ayahku mengatakan kalimat itu. Aku sama sekali tidak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama, bagaimana mungkin dua orang yang belum pernah bertemu sebelumnya mengetahui kalau itu adalah belahan jiwanya, itu sungguh konyol. Kalaupun mereka saling menyukai itu namanya kagum pada pandangan pertama, bukan cinta pada pandangan pertama.

"Baiklah, terserah mama papa saja, ujung-ujungnya aku juga harus mengalah" jawabku dengan asal.

"Aku tahu kau terpaksa mengatakan itu, tapi yakinlah kau tidak akan kecewa Al" ayahku tersenyum lega sekarang.

"Tapi pada akhirnya aku kan yang menentukan tentang perjodohan ini?" ya, aku harus mempertanyakan ini karena inilah pertanyaan yang sebenarnya ingin kupertanyaan mengenai semua perjodohan ini.

"Ya, tapi kami berdua sangat berharap kau bisa menikah dengan Darrel nantinya" ibuku menyentuh lenganku "Aku tahu tidak ada yang menyukai perjodohan, dan pasti kau menganggap kami ketinggalan zaman tapi jujur Al, kami dan keluarga Walger sudah lama merencanakan perjodohan ini dan tidak ada yang lebih membahagiakan lagi jika kami bisa menjadi besan"

Kalau begini aku jadi serba salah, ibuku sungguh tulus mengatakan itu. Aku tak tega menolaknya, tapi kan ini menyangkut masa depan ku. Ahhhh aku pusing !!!

Disinilah aku berada, didalam sebuah restaurant mewah yang menyajikan makanan dan minuman yang aku bahkan tidak bisa menyebut namanya dengan benar. Fegatto alla Veneziana, Fettucine, Abbacchio al forno, Bruschetta dan masih banyak lagi nama asing yang tertera didalam menu. Akhirnya aku memilih Risotto, satu-satunya makanan yang pernah kumakan sebelumnya. Pasti keluarga Walger yang meminta untuk bertemu di restaurant ini.

My life in ruins with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang