5. She's bungling

11.8K 96 30
                                    

Darrel

“Hallo” sapaku malas ditelepon genggamku setelah melihat siapa yang meneleponku, Raka.

Teman SD ku yang entah bagaimana caranya dengan sendirinya kami masih saling berkomunikasi sampai sekarang, bahkan ketika aku di Manchester sekalipun, dia atau aku masih saling menelepon atau bertatap muka lewat skype sekedar berbincang-bincang yang tak perlu. Ganjil memang, tapi itulah nyatanya. Aku sendiri pun bingung dengan bromance diantara kami, padahal ada banyak sekali alasan untuk melupakan masa-masa SD dan orang-orang didalamnya, termasuk Raka, apalagi tipikal orang seperti aku ini. Mengapa aku menyebutnya bromance ? karena aku tak tahu sebutan yang pas untuk persahabatan diantara kami, terlalu klise jika aku menamainya best friend frorever. Dia satu-satunya teman dekatku di Indonesia saat ini. Disaat seperti ini aku beruntung untuk tidak pernah memutuskan kontak dengannya, yeah dia sama asyiknya dengan orang-orang di Manchester, hanya saja dia tinggal di Indonesia.

“Ada acara apa nanti malam?” tanyanya lagi tanpa mematikan musik yang sedang mengalun disana, musik Indonesia tentunya.

“Acara? Are you kidding me? Aku tak pernah punya acara yang berarti disini, selain mengurus perjodohan sialan ini”

Terdengar kekehan tawanya diujung sana. Setelah tahu aku datang ke Indonesia secara tiba-tiba, dia sibuk menanyai alasan dibalik kedatangan ku yang tak terduga ini. Awalnya aku tak ingin menceritakan tentang perjodohan ini, tapi lama-lama bosan pula aku mendengar pertanyaannya yang diulang-ulang tentang ‘mengapa tiba-tiba sekali aku datang ke Indonesia’. Ketika mendengarkan alasannya, bukan mengejekku atau menertawaiku dia malah memberiku selamat dan berharap aku menerima perjodohan itu. Sial ! Aku berharap dia saja yang menikahi Ali. Perempuan tak tahu tata krama itu.

“Ok ok buddy” sambungnya lagi. Sekarang musik yang mengalun tadi sudah berhenti. “Bagaimana kalau kau ikut aku malam ini, salah satu temanku mengadakan acara midnight party, yah party seperti pada umumnya, tapi setidaknya kau tak perlu mengurung diri di rumah”

“Kenapa tak sekarang saja? Aku bosan sekali disini” balas ku sambil mengetuk-negtuk remot  TV yang kupegang karena mogok berfungsi.

Lagi-lagi dia terkekeh. Aku tak mengerti kenapa dia banyak tertawa saat ini.

Midnight party, Rel, midnight. Sekarang masih jam tiga sore” sambungnya tanpa melupakan kekehan pendeknya.

“Hah, saking bosannya aku sudah tak peduli lagi jam berapa sekarang. Baiklah jemput aku, atau aku tak pergi” ancamku, sebenarnya aku bukan bermaksud mengancamnya melainkan karena walaupun dijelaskan dimana acara midnight party itu, aku pasti sulit menemukannya.

It’s no problem. Oh ya, kenapa kau tak ajak dia sekalian?”

“Siapa?” bingung mendengarkan pertanyaannya barusan. Aku tak tahu siapa dia yang dimaksud anak keturunan Jawa satu ini.

“Ali, calon istrimu yang memiliki nama seperti laki-laki itu”

“Sshhhh, your wish !” balasku garang sambil memutuskan sambungan telepon sebelum aku sempat mendengarkan suara kekehannya yang lama-lama terdengar mengejek itu.

Aku sedang menghabiskan spagheti buatanku sendiri saat itu ketika aku melihat Ali tergopoh-gopoh berlari dari pintu belakang yang terhubung ke kebun mawar milik ibuku. Tidak hanya itu wajahnya terlihat panik sambil salah satu tangannya menggenngam tangan yang satunya lagi. Aku bisa saja terus melanjutkan makan dan seperti biasanya menganggap perempuan itu tak ada, seperti katanya sendiri kemarin siang, hantu yang tembus pandang. Tapi jika aku tidak  melihat ceceran darah disebelah kakiku yang setelah kutelusuri berasal dari pintu belakang dan berakhir tepat di bawah kaki perempuan itu yang tengah sibuk dengan wastafel, entah apa yang sedang ia lakukan tapi itu bukan pertanda baik ketika aku melihat cairan berwarna merah ditangannya bercampur dengan air yang mengucur dari kran wastafel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My life in ruins with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang