3. New house, new stranger

12K 67 8
                                    

Aaliyah


Pagi ini adalah pagi terburuk sepanjang hidupku, dan mungkin seterusnya akan menjadi pagi yang buruk. Bagaiman tidak, mulai hari ini aku harus membiasakan diriku untuk tinggal dirumah yang sama sekali belum pernah kukunjungi untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Jika aku harus tinggal dirumah orang yang sudah kukenal itu bukan masalah bagiku, tapi aku akan ditempatkan dirumah 'calon' suamiku. Yang sudah jelas kami berdua tidak saling mengenal. Ditambah lagi laki-laki itu menunjukkan kesan buruk di pertemuan pertama kami, ya walaupun dia sudah baik mau meminjamkan aku jaket miliknya dan juga mengantarku pulang malam itu tapi tetap saja aku tidak menyukainya. Jika cinta bisa tumbuh hanya dari melihat wajah, aku pasti jatuh cinta dengan laki-laki itu. Dan kuyakin semua perempuan normal yang melihatnya juga beranggapan sama sepertiku. Menurutku Darrel sangat tampan, aku benci mengakuinya.Tapi sayangnya cinta tidak semudah itu.

Aku hanya diam membisu selama perjalanan menuju rumah calon besan kedua orang tuaku. Aku tahu wajahku pasti sangat jelek sekali saat ini, aku tidak berusaha tersenyum ketika ayahku mencoba melucu didalam mobil padahal biasanya lelucon ayahku selalu berhasil membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Aku mengencangkan otot-otot wajahku untuk menciptakan mimik kesal, tapi rupanya kedua orang tuaku tidak menyadarinya.

Akhirnya perjalanan ini berakhir disuatu halaman rumah megah yang dua kali lipat lebih besar dari rumahku. Jelas saja jika dibandingkan dengan besar rumahku, rumah ini jauh lebih besar. Ayahku adalah pencinta minimalis modern begitu  juga rumahku. Dan kebalikan dari keluarga Walger yang dari rumahnya saja sudah kutebak dia menyukai ruang yang lapang. Seperti taman didepan rumahnya yang menurutku bisa digunakan untuk menjadi taman bermain anak-anak.

Walger dan istrinya sudah menunggu kedatangan kami didepan rumahnya. Sama seperti kedua orang tua ku, mereka berdua tersenyum manis menyambut kedatanganku. Aku pun membalas senyuman mereka. Well, ini sangat canggung.

Dengan sedikit berbasa-basi para orang tua berbicara sementara aku hanya duduk diam mendengarkan dan sesekali ikut tersenyum jika mendengarkan pembicaraan yang mereka maksudkan untuk membuatku tersenyum. Sungguh lelucon apapun itu tidak akan mampu membuatku tersenyum saat ini !

Tapi bagusnya pagi ini, aku tidak harus langsung bertemu dengan (lagi-lagi) 'calon' suamiku. Kuharap dia tidak segera hadir ditengah-tengah jamuan kecil ini. Aku hanya tidak ingin menambah kadar bad mood menjadi buruk. Ini semua sudah cukup bagiku.

Dan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ayah dan ibuku bersiap meninggalkan kediaman Walger. Ayahku menjelaskan bahwa aku akan baik-baik saja selama berada disini dan ibuku mengatakan bahwa aku akan betah tinggal disini. Ah rupanya kedua orang tua ku belum sepenuhnya mengenal ku, aku tidak akan baik-baik saja dan tidak akan betah tinggal selain dirumahku. Aku sedih ketika melihat kedua orang tua ku dengan tanpa penyesalan menempatkan aku ditempat asing ini. Aku sangat sedih lagi ketika melihat mobil ayahku perlahan menjauh dari halaman luas milik Walger ini. Kesedihanku bertambah ketika ibuku melambaikan tangannya kepadaku. Begitu senangnyakah mereka meninggalkanku? Rasanya aku ingin menangis, umurku yang sudah tidak anak-anak lagi tidak mampu mencegahku untuk menahan tangis ku. Well, aku tidak dalam arti sebenarnya menangis, hanya saja kurasakan mataku berkaca-kaca dan pengelihatanku seperti memudar.kuusapkan tanganku untuk menghapus air mata yang menggenang ini. Sebisa mungkin jangan sampai air mata ku membasahi pipi.

Diana seperti bisa merasakan kesedihanku, dia merangkulku dan mengatakan bahwa perkataan ayah dan ibuku itu ada benarnya. Bahwa aku akan baik-baik saja selama disini dan mungkin aku akan betah disini. Diana mengajakku untuk masuk kedalam rumahnya. Akupun menurutinya.

Aku masih kebisuanku dan masih membayangkan betapa teganya orang tuaku meninggalkan aku disini. Pandanganku kosong menerawang menuju keluar jendela. Melihat betapa cerahnya cuaca hari ini, awan membentuk gumpalan-gumpalan putih yang bergulung banyak sekali. Sungguh suasana hatiku berbanding terbalik dengan cuaca diluar.

My life in ruins with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang