GONE

1K 138 33
                                    

"Yoongi~ah, aku mencintaimu."

Akhirnya kalimat itu terucap dari bibirmu Jimin, haruskah aku merasa senang dan bahagia? Anni, hatiku justru menjerit histeris karena kau mengungkapkan perasaanmu padaku, tapi bukan kau tujukkan untukku Jimin.

"Bagaimana Yoongi, apa itu sudah sangat meyakinkan?"

Kau bertanya kepadaku dengan begitu antusias, menggenggam erat tanganku sembari tersenyum hingga pendar sabitmu hanya sebatas garis yang selalu menjadi favoritku.

Tapi kau tidak tahu.

" Wow, itu luar biasa Jimin. Aku sampai mengira kau sedang menyatakan cintamu padaku. Aku yakin ia pasti akan langsung menerimamu."

Ya, andai perasaan cintamu kau tujukan untukku Jimin aku tak akan menolak perasaanmu. Karena hati ini bukan milikku lagi, ia lebih memilih bersarang dalam genggamanmu yang bahkan kau sendiripun tidak mengetahuinya.

Ini adalah hari kebahagiaanmu, hari dimana sudah kau nantikan begitu lama. Akan tetapi ini adalah hari yang paling tidak kuiinginkan dalam sepanjang kehidupanku.

" Kau memang sahabat terbaikku Min Yoongi. Aku sangat menyayangimu."

Aku juga mencintaimu Jimin.

Ingin rasanya aku berteriak di depan wajah tampanmu bahwa aku bukan sahabatmu, aku tidak ingin menjadi sahabatmu karena aku sangat mencintaimu.

Mataku memerah seiring dengan emosi diriku yang membuncah.

"Hey, hey. Apa yang terjadi Yoongi? Kenapa kau menangis?"

Aku mencintaimu Park Jimin. Tidak kah kau sadar itu?

Aku hanya sanggup meneriakkan kalimat bodoh itu dalam hatiku. Melihatmu selalu menatapnya dengan penuh Cinta, walaupun hanya dengan membayangkannya saja wajah tampanmu tampak begitu berseri. Tak bisakah kau melihatku yang ada dihadapanmu saat ini Jimin?

"Aku? Tidak, aku tentu saja aku sedang merasa bahagia untukmu Jimin. Akhirnya setelah sekian lama.."

Kau pendusta Min Yoongi.

Diriku yang lain berteriak memakiku, kata pendusta berulang kali teriakan bahkan kini semakin menjerit histeris disana.

"Ya Tuhan, kau begitu menggemaskan Min Yoongi. Sahabatmu ini sedang berbahagia jadi jangan buang air matamu percuma oke. Aku tak suka melihatmu menangis."

Tapi aku menangis karenamu Jimin.

Jimin mengusap pipiku dengan lembut, membersihkan bekas air mata yang membasahi kedua pipiku. Bolehkah aku egois dan melarangmu pergi?

Hentikan Jimin. Jangan lakukan lagi atau aku akan semakin hancur karenanya.
Karena yang aku harapkan tidak pernah menjadi yang kau pikirkan.

"Sudah pergilah sana, nona Seulgi pasti sedang menunggumu. Jangan pedulikan aku."

Aku harus tersenyum untukmu, maka aku akan melakukannya. Tanganmu masih setia menghapus jejak air mata yang tak hentinya mengalir di pipiku, maaf kan aku yang telah menepis tanganmu dan mendorong tubuhmu menjauh. Aku hanya

"Yoongi perasaanku tidak enak. Apa aku telah menyakitimu?"

Kepalaku menggeleng namun hatiku mengangguk, menampakkan senyum yang ingin kau lihat sebagai dukunganku untukmu. Hatiku berontak dengan terus menginterupsi air mataku untuk tetap mengalir. Kebingungan nampak jelas dimatamu, kau terus menatapku dengan tatapan yang bolehkan aku berharap bahwa kau sedang mengkhawatirkanku?

Nyatanya tidak.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu terlebih dahulu baru aku akan menemui Seulgi."

Kau meraih tanganku, namun dengan lembut aku menepisnya. Kau kembali menatapku yang masih setia dengan senyum palsuku.

"Tidak Jimin, jangan buat Seulgi menunggu terlalu lama. Atau kau mau dia diambil orang lain eoh? Cepat pergilah."

Jam ditanganmu memaksamu untuk pergi Jimin. Kau menatapku bergantian dengan Rolex hitam yang melingkari pergelangan tanganmu.

Tetaplah bersamaku Jimin.

"Baiklah. Aku akan menemui Seulgi. Setelah itu aku akan menghubungimu oke. Cepat pulang dan beritahu aku kalau kau sudah sampai rumah. Aku mencintaimu Yoongi."

Tidak. Kau tidak pernah mencintaiku Jimin. Aku tidak ingin mendengarnya.

Kau memelukku, mengecup pucuk kepalaku kemudian berlari menuju mobilmu yang tak jauh dari tempat kita berdiri. Dan kau pergi meninggalkanku.

Aku telah kalah Park Jimin, tubuhku meringsut jatuh terduduk dalam luasnya taman yang dulu menjadi tempat favorit kita berdua namun sekarang menjadi tempat dimana aku ditinggalkan oleh hatiku.

Hatiku yang telah pergi bersama denganmu Jimin. Meninggalkan luka menganga disana.

"Selamat tinghal Jimin. Aku mencintaimu."





END

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang