Happier

791 116 6
                                    

Sebelum membaca silahkan dengarkan lagunya.
Selamat membaca.

Beberapa hari menjelang hari penting dalam hidupku aku menyusuri jalan dimana semua kenangan itu tercipta.
Kenangan manis namun menggoreskan luka tak kasat mata dalam hatiku.

Entah semenjak kapan aku terikat padamu, apakah kau juga merasakan hal yang sama denganku ataukah tidak.

Min Yoongi.

Aku tersenyum ketika kenangan mengenai dirimu berputar dalam memoriku.

Bagaimana caramu berjalan,
Bagaimana caramu tersenyum,
Bagaimana caramu berbicara,
Bagaimana caramu mengeluhkan betapa kau sangat membenci berjalan kaki ketika menyusuri tempat ini bersamaku.

Dulu.

"Jimin, gendong aku."
Kamu merentangkan kedua tanganmu, menanti diriku menghampiri dan mensejajarkan punggungku dengan kedua kakimu.
Membuatku semakin mengembangkan senyum pada wajahku.

"Kau berat Yoongi, dasar gendut."
Kalimat yang biasa aku lontarkan hanya sekedar mengolok dan menjahili dirimu agar kau merajuk kepadaku.
Dan Aku sangat menyukai hal itu.

"Ish. Dasar menyebalkan."

Perasaanku menghangat seakan tumbuh semakin besar namun membuatku tersenyum miris ketika perih secara bersamaan  datang karena tajamnya duri yang tersemat dirantingnya menggores hatiku.

Aku terlalu bodoh untuk menyadarinya setelah semuanya sudah terlambat.

Saat dimana aku menyakitimu begitu dalam ketika aku memperkenalkan wanita baru yang aku harapkan dapat memperjelas perasaan kaburku padamu.

"Yoongi, ini Seulgi. Aku sudah pernah menceritakannya kepadamu bukan?"
Kau aktor yang buruk dimataku Yoongi, air mukamu dengan cepat berubah ketika Seulgi, wanita itu aku bawa kehadapanmu.
Kau yang awalnya begitu antusias saat kita akan bertemu berubah muram ketika ada wanita lain datang bersamaku.

Aku tak pernah menghiraukannya karena aku pikir itu hanya penglihatan semuku atau malah harapan dalam hatiku yang paling dalam namun langsung kutepis saat itu juga.

"Ah, ya salam kenal aku Yoongi. Teman Jimin"
Bibir manismu tersenyum namun tidak dengan matamu.
Kau menatapku setelah menjabat tangan Seulgi dengan menampakkan Senyum yang membuatku bersumpah, jika masih ada kesempatan untukku aku tidak akan membuatmu memperlihatkannya lagi karena diriku.
Kepedihan terukir jelas dimatamu yang selalu menampakkan kecerianmu.

Aku terlalu bodoh untuk menyadarinya setelah semuanya sudah terlambat.

Kedekatanku dengan Seulgi menciptakan sedikit jarak diantara kita, akupun sering mendapatimu terdiam memandangi satu titik dengan tatapan kosong yang membuat hatiku terasa seperti teriris oleh pisau bayangan ketika melihatmu tak seceria Yoongi-ku yang aku kenal selama ini.

Ada sesuatu yang hilang dalam diriku.

"Aku mencintaimu Yoongi."
Yaah Yoongi, cinta semuku yang memekat dan semakin nyata seiring berjalannya waktu menghantam kesadaranku bahwa karena keegoisanku aku kehilangan dirimu.

Aku terlalu bodoh untuk menyadarinya setelah semuanya terlambat.

Aku menunduk, berselimut angin musim dingin dalam sunyinya malam ini.
Angin yang berhembus menambah kebekuan dalam hatiku.
Setelah aku memutuskan bersama Seulgi, aku masih merasakan ketidakpastian atas kekaburan perasaanku padamu Yoongi.
Pada kenyataannya aku sudah bersama wanita yang kuputuskan untuk bersama namun kekosongan semakin besar menggerogoti jiwaku, aku malah kehilangan separuh diriku bersamamu.

Setelah aku mengutarakan niatku bersama Seulgi kau menghilang bak di telan bumi, aku tak bisa menemukan keberadaanmu dimanapun.
Aku begitu frustasi,
Kenapa kau lakukan ini padaku Yoongi?
Semua yang kulihat bahkan kusentuh mengingatkanku pada dirimu.

Ternyata aku begitu mencintaimu tapi aku terlalu bodoh untuk menyadarinya ketika kau pergi meninggalkanku.

Tidak bukan dirimu, tapi akulah yang ternyata telah meninggalkanmu.
Aku yang sudah egois dengan membohongi perasaanku dan telah melukaimu setelah aku tahu bahwa kau juga memiliki perasaan yang sempat aku ragukan terjadi pada diriku.

Kenapa bukan kau saja yang mengatakan perasaanmu padaku Yoongi?
Kenapa harus orang lain?

"Jimin, kenapa kau lakukan ini kepada Yoongi yang jelas-jelas mencintaimu. Apa kau buta eoh?"
Hatiku terlonjak tak terkendali mendengar penuturan Seokjin Hyung.
Debaran jantungku mulai menggila saat merasakan kelegaan yang luar biasa menyelimuti jiwaku.
Seakan kekosongan yang sempat menyergapku kembali terisi dengan ribuan kupu-kupu yang menggelitik di dalam sana.
Bahkan Seulgi tak terlintas dalam benakku ketika Seokjin hyung menyiramkan air dalam kegersangan jiwaku.

Aku telah memutuskan berpisah dengannya.

Aku langsung berlari kemana hati ini meyakini bahwa kau berada disana.
Bayangan akan kebahagiaan sempat menguasaiku saat kegamangan dalam diriku terjawab hingga aku selalu mengukir senyum sepanjang perjalanan.

Aku menyesali apa yang terlambat aku sadari hingga semuanya sudah tak bisa aku jangkau kembali. Senyumku memudar saat itu juga ketika  aku melihatmu bersama dengan orang lain.
Berjalan berdua dengan saling melontarkan kata-kata yang membuat wajahmu memancarkan kebahagiaan yang sempat kulihat saat kita bersama dulu.

Secepat itukah kau melupakanku dan menggantikannya dengan orang lain?
Namun apa hakku untuk meneriakkan pertanyaan itu padamu.
Karena pada kenyataannya akulah yang memulai menyakitimu.

Kau terlihat begitu bahagia, hingga kaki ini tak berani mendekat.

Kau berjalan bersamanya menuju tempat dimana pernah menjadi tempat favorit kita berdua.
Menghabiskan waktu hampir setiap hari menikmati ice cream yang begitu kau gilai.
Senyummu tak pernah terlihat sebahagia ini setelah keputusanku mengenalkan dan menjalin hubungan dengan Seulgi.

"Benarkah hyung? Kau memang paling mengerti."
Kau tersenyum dan terkekeh menampakkan gigi kecilmu yang begitu menggemaskan nemun dalam rengkuhan pria lain bukan diriku.

Kau terlihat begitu bahagia, hingga tubuh ini tak berani bergerak mendekat hanya mampu menatapmu dan memandangi dirimu dari jauh membiarkan ribuan anak panah menghujam tubuhku.

Memilih tempat duduk dimana kau tak akan melihatku di tempat yang sama dalam keadaan yang begitu memalukan.
Memandangmu tersenyum lebar membuat hatiku teriris dan kepedihan menjalar bersama aliran darah dalam diriku saat senyum manis itu bukan terukir karena diriku.

Min Yoongi taukah kau?
Aku begitu merindukanmu,
Aku merindukan suaramu,
Bagaimana dirimu tersenyum,
Bagaimana dirimu berujar manja kepadaku,
Dan semua hal yang berada dalam dirimu.
Aku tersenyum miris mengingat hal yang tak dapat aku jangkau lagi.

Dan sekarang kau melakukannya bukan untuk diriku.
Senyum itu,
Rajukanmu,
Rengkuhanmu,
Bukan lagi untukku, karenaku dan bersamaku.

Pria lain dihadapanmu sudah menggantikan posisiku.
Mendapatkan hatimu yang pernah dengan sukarela kau serahkan padaku, namun aku menepis keberadaan perasaanmu.

Tidak ada yang menyakitimu seperti aku menyakitimu, tapi bolehkan aku berkata?
Tidak ada yang mencintaimu seperti aku mencintaimu.
Namun melihatmu sudah bersama pria yang mampu membuatmu kembali tersenyum, aku akan berjanji tidak lagi mengusikmu setelah ini.
Biarkan perasaanku menjadi rahasia dan hukumanku karena telah menyakitimu.

Aku beranjak dari tempatku memandangmu, membiarkan perasaan ini mengikatku selamanya.
Dan kau sempat melihatku berjalan pergi meninggalkan bar favorit kita. Dulu.
Bolehkan aku berharap ketika kau sempat menatap kepergianku, tatapan itu pertanda kau tidak mengijinkanku untuk pergi?

Akan tetapi mengingat betapa keputusanku menyakitimu aku tersadar, kau berhak mendapatkan kebahagiaanmu walaupun bukan karena diriku.
Namun jika ia menyakitimu dan  kebahagiaanmu adalah aku, kau perlu tau aku akan selalu disini menerimamu dengan segala kekurangan dan kelebihan dari seorang Park Jimin.



END

Maafkan saya yang sudah menyakiti Yoongi di part sebelumnya dan sekarang menyakiti Jimin.
Selamat membaca dan selamat menikmati.

GONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang