"Tetap tinggal, dengan satu syarat aku bisa keluar masuk kamar"
Rio masih memain-mainkan pistolnya dan lalu menatap Cassy. "Deal! Jika kamu keluar satu langkah dari tanah ini, maka sepuluh nyawa pria ini akan melayang".
Cassy agak sedikit ragu dengan pernyataan tadi namun ia segera mensetujinya. Setidaknya ia tidak berada di kamar terus menerus.
"Baiklah. Saya mau berangkat kerja. Pastikan dirimu tidak menginjak salah tanah atau kau akan tau akibatnya"
Cassy hanya mengangguk ketakutan. Pria ini sungguh gak waras. Menukar sepuluh nyawa untuk satu nyawa? Apakah tidak ada hukum undang-undang dan hak asasi dirumah ini?Ntahlah. Cassy bergidik ngeri.
Ia melangkahkan kakinya menuju taman rumah. Ia butuh merilekskan dirinya setelah berhari-hari terkurung dikamar. Ia butuh udara segar. Ia mengambil tempat duduk yang ada di taman. Menatap langit sendu. Ia kangen papa, kakak, dan adiknya. Kemana mereka? kenapa tidak membawanya pergi?Kenapa malah meninggalkannya pada pria itu? Tidakkah papanya tahu pria itu melakukan hal-hal kasar padanya?
Cassy sangat amat pasrah sekarang ini. Ia hanya berharap papanya cepat pulang dan menjemputnya. Lalu ia akan melaporkan perlakuan pria itu padanya ke papanya. Dan Ia sangat yakin papanya akan membalaskan hal-hal yang lebih kejam dari itu.
Cassy memejamkan matanya dan meneteskan air mata yang ia tahankan sedari tadi. Bahunya bergetar. Ia menangis dalam diam. Ia sangat lelah. Hingga tak sadar ia tertidur. Saat terbangun hari sudah pukul dua siang. Ia beranjak dari kursi. Memandang bunga mawar yang ada. Bunga mawar itu dijaga dengan sangat indah. Cassy memetik beberapa tangkai lalu membawanya ke dalam rumah. Ia memandang ke segala tempat. Lalu melompat kesenangan.
"Yes ketemu!!" ucap Cassy memegang sebuah vas bunga kosong yang berdebu. Cassy berjalan ke arah dapur dan membersihkan vas bunga itu. Lalu mengambil gunting dan merapikan bunga mawar yang ia petik.
Cassy memasukkan bunga mawar tersebut ke dalam vas dan meletakkanya di ruang tamu. Cantik. Gumamnya.
Cassy beranjak dari ruang tamu dan kembali ke kamarnya. Desaign rumah ini sangat sederhana namun berkelas. Cassy memilih untuk mandi karna sudah mulai sore.
Sudah berapa lama ia tidak mandi? pikirnya. Ntahlah. Ia ingin secepatnya mandi. Ia merasa dirinya sangat bau dan lengket.
Ia memilih untuk berendam. Memilih sabun beraroma mawar yang sangat merilekskan. Ia sangat menyukai aroma mawar.
Setelah selesai berendam, Cassy mengambil handuk dan melilitkannya ke tubuhnya. Ia berjalan keluar kamar mandi dan memasuki walk in closet. Cassy tertegun melihat walk in closet. Sangat banyak baju yang ia yakini tidak pernah tersentuh. Masih baru.
Cassy memilih dress putih selutut dan sangat cocok di tubuhnya.
Natural. Gumamnya.
"SEMUANYA KUMPUL!!!!!!", teriak seseorang bah toak yang merusak gendang telinga. Membvuat Cassy terpekik dan langsung keluar kamar. Menuju ke arah sumber suara.
Pria-pria berjas hitam dan beberapa pelayan lainnya berkumpul di ruangan tamu termasuk Cassy.
"Siapa yang memetik bunga mawar ini?" semuanya hanya bungkam. Tak berani menatap kearah sang pemilik suara.
"Jawab!!", teriaknya mengeluarkan pistol. Membuat beberapa pelayan langsung bergerak.
"Ampun Tuan. Kami tidak tahu siapa yang memetik bunga mawar ini" ucap seorang pelayan takut.
"Aku yang memetiknya. Kenapa?" seluruh mata menatap padanya. Membuat Cassy agak sedikit bergidik ngeri. Ia menelan salivanya susah. Mampus aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
R&C
Teen FictionJangan lupa tinggalkan jejak kalian- DONT BE A SILENT READERS. Rio-22th Si pemaksa. Dingin.Kejam dan sok keren Cassy- 18th Si penurut. Berhati lemah lembut. Penyayang dan pemasrah Keduanya bertemu dalam suatu situasi. Antara senang atau sedih. Anta...